"(Penambahan) tidak terelakkan, (BBM bersubsidi) akan membengkak karena memang yang pertama dari sisi harga minyak dunia juga di luar asumsi kita," ujar Hatta di Jakarta.
Dia menjelaskan, asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada asumsi APBN sudah tidak relevan lagi. "Asumsi kitakan USD80 per barel kenyataannya lebih dari USD100-an per barelnya. Dari sisi itu saja sudah menjadi beban impor BBM kita meningkat," tutur dia.
Di samping itu, lanjut Hatta, pengunaan BBM bersubsidi pada semester pertama ini sudah melebihi, sementara pemerintah harus melakukan subsidi pada sisi listrik untuk meningkatkan elektrifikasi.
"Adanya hambatan pada listrik 1.000 megawatt kemudian juga dengan gas yang tidak sesuai dengan apa yang di harapkan PLN tentu pengunaan BBM untuk meningkatkan elektrikfikasi tentunya meningkat dan ini tentu akan berakibat pada beban tambahan sudbsidi," jelasnya.
Akan tetapi, Hatta sendiri enggan mengungkapkan seberapa besar penambahan subsidi yang akan diberikan. "Sekarang akan dibahas di kabinet dan akan di bahas bersama dewan yang jelas akan terjadi, prediksi kita akan terjadi peningkatan kuotanya," tandasnya.(OZ/ian)
Post a Comment