Paus telah menulis sebuah penolakan secara pribadi dan terinci terhadap persangkaan bahwa orang-orang Yahudi secara kolektif bertanggung jawab atas kematian Yesus.
Dalam buku yang akan diterbitkan minggu depan, ia menyimpulkan bahwa mereka yang bertanggung jawab atas penyaliban adalah kaum "aristokrasi Rumah Ibadah" dan pendukung pemberontak Barabas, demikian diberitakan Guardian, Rabu (2/3).
Menolak penafsiran selama berabad-abad berdasarkan pernyataan St Yohanes bahwa pelakunya "orang-orang Yahudi" yang menuntut pembebasan Barabas dan eksekusi terhadap Yesus, Paus bertanya, "Bagaimana mungkin mereka menuntut eksekusi, sementara seluruh rakyat telah hadir pada saat itu?"
Tuduhan terhadap Yahudi yang dianggap bersalah secara kolektif, yang mengganggu hubungan antara kedua agama, telah dibantah oleh Gereja Katolik Roma pada Konsili Vatikan kedua tahun 1965. Tapi baru pertama kali ini Paus menguraikan secara terinci, berupa pembongkaran konsep teologis tersebut.
Yang paling penting dari hal tersebut, penulisnya seorang Paus kelahiran Jerman yang telah mengalami gangguan badai dalam hubungan Yahudi-Katolik. Elan Steinberg, Wakil Presiden dari Kumpulan Warga Amerika dan Keturunannya yang Selamat dari Holocaust, mengatakan kepada Reuters: "Ini adalah langkah besar. Pembantahan secara pribadi secara teologis, yang selama berabad-abad mengandung antisemitisme..."
Uraikan Benediktus ini tergambarkan dalam ringkasan buku edisi kedua bukunya, Jesus of Nazareth, yang akan terbit Rabu (10/3) depan oleh penerbit Vatikan. Edisi pertama diterbitkan empat tahun lalu. Edisi kedua ini bercerita tentang saat terakhir kehidupan Jesus, kematian, dan kebangkitannya yang merupakan pusat dari kepercayaan Kristen.
Paus juga berfokus pada bagian lain dari Injil yang sering digunakan untuk menentang Yahudi. Hal itu berupa penjelasan St Matius bahwa orang-orang mengatakan: "Darahnya menjadi tanggungan kami dan anak-anak kami."
Benediktus menulis bahwa kematian Yesus itu bukan berkaitan dengan hukuman, tetapi keselamatan. Darah yang ia tumpahkan "tidak menangis keluar untuk membalas dendam dan menghukum, tetapi ia membawa rekonsiliasi." (Perihal kematian ini dalam Islam, Nabi Isa tidak menjadi korban penyaliban).
Paus, yang saat muda tergabung dalam organisasi Pemuda Hitler, telah menimbulkan berondongan kritikan dua tahun yang lalu dia ketika ia mencabut pengucilan terhadap Uskup ultra tradisionalis Richard Williamson, yang meragukan keberadaan Holocaust.
Kemudian pada tahun yang sama ia dikritik karena melanjutkan pentasbihan orang suci atas Pius XII. Vatikan memuji Paus masa perang itu yang telah bekerja dengan diam-diam untuk menyelamatkan nyawa orang-orang Yahudi, tetapi para pengkritiknya mengatakan, Paus (PIUS XII) tersebut seharusnya secara terbuka mencela genosida yang dilakukan Nazi.*
Keterangan foto: Paus Benediktus XVI.
Menolak penafsiran selama berabad-abad berdasarkan pernyataan St Yohanes bahwa pelakunya "orang-orang Yahudi" yang menuntut pembebasan Barabas dan eksekusi terhadap Yesus, Paus bertanya, "Bagaimana mungkin mereka menuntut eksekusi, sementara seluruh rakyat telah hadir pada saat itu?"
Tuduhan terhadap Yahudi yang dianggap bersalah secara kolektif, yang mengganggu hubungan antara kedua agama, telah dibantah oleh Gereja Katolik Roma pada Konsili Vatikan kedua tahun 1965. Tapi baru pertama kali ini Paus menguraikan secara terinci, berupa pembongkaran konsep teologis tersebut.
Yang paling penting dari hal tersebut, penulisnya seorang Paus kelahiran Jerman yang telah mengalami gangguan badai dalam hubungan Yahudi-Katolik. Elan Steinberg, Wakil Presiden dari Kumpulan Warga Amerika dan Keturunannya yang Selamat dari Holocaust, mengatakan kepada Reuters: "Ini adalah langkah besar. Pembantahan secara pribadi secara teologis, yang selama berabad-abad mengandung antisemitisme..."
Uraikan Benediktus ini tergambarkan dalam ringkasan buku edisi kedua bukunya, Jesus of Nazareth, yang akan terbit Rabu (10/3) depan oleh penerbit Vatikan. Edisi pertama diterbitkan empat tahun lalu. Edisi kedua ini bercerita tentang saat terakhir kehidupan Jesus, kematian, dan kebangkitannya yang merupakan pusat dari kepercayaan Kristen.
Paus juga berfokus pada bagian lain dari Injil yang sering digunakan untuk menentang Yahudi. Hal itu berupa penjelasan St Matius bahwa orang-orang mengatakan: "Darahnya menjadi tanggungan kami dan anak-anak kami."
Benediktus menulis bahwa kematian Yesus itu bukan berkaitan dengan hukuman, tetapi keselamatan. Darah yang ia tumpahkan "tidak menangis keluar untuk membalas dendam dan menghukum, tetapi ia membawa rekonsiliasi." (Perihal kematian ini dalam Islam, Nabi Isa tidak menjadi korban penyaliban).
Paus, yang saat muda tergabung dalam organisasi Pemuda Hitler, telah menimbulkan berondongan kritikan dua tahun yang lalu dia ketika ia mencabut pengucilan terhadap Uskup ultra tradisionalis Richard Williamson, yang meragukan keberadaan Holocaust.
Kemudian pada tahun yang sama ia dikritik karena melanjutkan pentasbihan orang suci atas Pius XII. Vatikan memuji Paus masa perang itu yang telah bekerja dengan diam-diam untuk menyelamatkan nyawa orang-orang Yahudi, tetapi para pengkritiknya mengatakan, Paus (PIUS XII) tersebut seharusnya secara terbuka mencela genosida yang dilakukan Nazi.*
Keterangan foto: Paus Benediktus XVI.
Hidayatullah.com--
Post a Comment