BAGHDAD (Berita SuaraMedia) – Ketua asosiasi ulama Irak, Harith al-Dhari, mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang berafiliasi dengan agen mata-mata Israel, Mossad, bebas beroperasi di seluruh Irak. Al Adhari, ketua Asosiasi Cendekiawan Muslim, mengatakan bahwa perusahaan-perusahaan Israel terutama terkonsentrasi di negara-negara di wilayah utara Kurdistan.
"Perusahaan-perusahaan itu bekerjasama langsung dengan agen mata-mata Zionis," ujar al Dhari, ulama Sunni paling berpengaruh dan tokoh anti-Amerika terkemuka di Irak.
"Perusahaan Israel menyusup ke Irak dengan nama-nama dalam bahasa Arab, Inggris, dan Turki," ujarnya lebih jauh.
Laporan mengatakan setidaknya terdapat 70 perusahaan Israel yang beroperasi di Irak, menggunakan perpanjangan perusahaan Arab atau Eropa.
Awal tahun ini, petugas bea cukai Syiria menyita beberapa truk penuh dengan barang-barang Israel menuju ke Irak.
Di tahun 2008, kantor berita Irak, Yaqen, mengungkapkan bahwa lebih dari 55 perusahaan Israel bekerja di negara itu dengan nama samaran.
Yaqen menambahkan bahwa perusahaan Zionis beroperasi di berbagai bidang, termasuk infrastruktur dan pemasaran. Agen polisi rahasia Mossad telah mendirikan Bank Pemberi Pinjaman Kurdi dengan kantor pusat di Sulaymaniyah, sebelah utara Irak, di mana separatis Kurdi bentukan AS berada.
Laporan itu mengindikasikan bahwa bank tersebut memiliki misi rahasia membeli saluran luas lahan pertanian, ladang minyak, dan area pemukiman di sekitar kota Al Mawsil dan Kirkuk, keduanya adalah kota kaya minyak di utara Irak.
Pembelian tanah besar-besaran itu memfasilitasi upaya separatis Kurdi bentukan AS, milisi Peshmergah, untuk mengusir penduduk Arab dan Turkoman sehingga wilayah kaya minyak itu bisa dianeksasi ke dalam negara separatis Kurdi di bawah hegemoni AS dan Zionis.
Disebutkan juga bahwa ekspor Israel lebih dari 300 juta dolar dalam bentuk barang-barang ke Irak setiap tahunnya.
Perusahaan-perusahaan itu memenangkan kontrak untuk proyek konstruksi di irak, berkat bantuan dari Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) yang mengawasi alokasi kontrak pembangunan di Irak.
Laporan itu mengindikasikan bahwa salah satu penerima manfaat utama dari kehadiran Zionis di Irak adalah mantan kepala staf Israel, Amnon Lipkin-Shahak, yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Komunikasi Israel. (rin/pv/st) www.suaramedia.com

Post a Comment