Amerika Serikat (AS) mendesak percepatan penandatanganan kontrak senilai 60 miliar dolar pejuaalan senjata ke Arab Saudi. Hasil penjualan itu akan digunakan untuk menutupi sebagian dari dampak krisis finansial di AS.
Pejabat tinggi AS, termasuk komandan Badan Pertahanan Misil AS, berupaya mendorong para pemimpin Arab Saudi agar membeli sistim pertahanan Terminal High Altitude Area Defense systems (THAAD) serta meningkatkan kemampuan misil Patriotnya, selain tawaran pertama AS seperti pada draft kontrak.
Meski menuai kritik dari kelompok dan aktivis anti perang di AS karena pemerintah Washington memicu perlombaan senjata di kawasan Timur Tengah. Sumber-sumber pemerintah setempat beralasan, penandatanganan kontrak penjualan senjata 60 miliar dolar ke Arab Saudi akan menciptakan 77 ribu lapangan kerja di 44 negara bagian di AS.
Tawaran penjualan senjata kepada Arab Saudi itu merupakan yang terbesar yang pernah dilakukan AS, kata para pejabat AS, Senin seperti dilaporkan AFP. Lantaran transaksinya begitu besar, perjanjian yang sudah dimulai dibahas tahun 2007 itu belum kunjung diputuskan Kongres Amerika. Belakangan kerjasama ini kembali dibahas. Dan pemerintah segera mengirim proporsal baru ke Kongres.
Berdasarkan draft kontrak yang ditandatangani antara pejabat Washington dan Riyadh pada 13 Agustus lalu, AS akan mengizinkan Arab Saudi membeli 84 jet tempur F-15 baru, meremajakan 70 pesawat F-15 lama, dan membeli 70 helikopter Apache, 72 helikopter Black Hawks, serta 36 helikopter Little Birds.
Paket penjualan tersebut termasuk misil antiradar HARM, bom JDAM berpresisi tinggi, misil Hellfire dan layar canggih yang terpasang pada helm pilot pesawat tempur. Walaupun Israel dan sekutunya di Kongres AS selalu menentang kasus-kasus penjualan senjata AS kepada Arab Saudi sebelumnya, Gedung Putih berharap kesepakatan penjualan kali ini mulus dan tidak ada keberatan dari Israel.
Namun AS menegaskan komitmennya untuk menyerahkan jet tempur baru F-35 baru kepada Israel demi menciptakan perimbangan militer di kawasan Timur Tengah.
Sebelumnya, laporan media menyebutkan bahwa untuk meredakan kekhawatiran Israel, Obama sempat memutuskan untuk tidak menawarkan apa yang disebut standoff systems kepada Arab Saudi.
Standoff systems itu adalah persenjataan canggih jarak jauh yang bisa dipasangkan ke pesawat F-15 untuk operasi penyerangan terhadap target di darat maupun laut.
"Saya rasa Israel akan mengerti bahwa rencana penjualan itu bukan untuk mengancam kualitas kemampuan militer mereka," katanya. Israel akan mendapat jet tempur yang lebih canggih, yakni F-35 yang merupakan pesawat tempur generasi kelima AS.
Selain untuk mendorong ekonomi AS, penjualan senjata besar-besaran ke Arab Saudi yang beraliran Suni ini, juga didorong keresahan AS atas kekuatan militer Iran terus mengalami perkambangan yang pesat.
Menurut keterangan sejumlah pengamat politik, antusias AS untuk menjual senjata ke negara-negara Arab di Timur Tengah selain bagian dari strategi untuk menebarkan Iranphobia di kawasan, juga mendorong perlombaan senjata negara-negara Arab termasuk Arab Saudi, Kuwait, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
Sumber bahan :
1. Antara
2. Guardian
3. AFP
4. Vivanews
http://www.indonesianvoices.com/index.php/components/com_comment/index.php?option=com_content&view=article&id=714%3Aas-memaksa-arab-saudi-membeli-senjata-60-miliar-dolar-demi-menutup-defisit-anggaran&catid=39%3Aisu-gerakan-anti-perang&Itemid=60
Post a Comment