Organisasi muslim terbesar di AS, Council on American-Islamic Relations (CAIR) membentuk divisi khusus "Islamofobia" dalam struktur organisasinya. CAIR mengumumkan pembentukan divisi itu dalam acara jamuan perayaan 16 tahun CAIR akhir pekan kemarin di Arlington.
Acara tersebut dihadiri 900 tamu dari kalangan komunitas muslim, aktivis, pemuka dari lintas agama dan para diplomat. Di hadapan para hadirin, Direktur Eksekutif CAIR Nihad Awad menjelaskan, organisasinya membentuk divisi khusus "Islamofobia" untuk merespon makin meningkatnya sentimen anti-Islam di tengah masyarakat AS.
"Setiap tahun divisi ini akan membuat laporan tentang kasus-kasus atau insiden terkait Islamofobia, memantau pernyataan-pernyataan retoris yang isinya menyerang Islam dan Muslim dan akan memberikan informasi akurat dan seimbang untuk mengkonter sentimen anti-Islam itu dalam rangka menciptakan kehidupan yang toleran antar umat beragama dan saling kesepahaman," jelas Awad.
Divisi "Islamofobia" sambungnya, juga akan menyelenggarakan konferensi, seminar, pertunjukkan antar budaya dan kegiatan positif lainnya untuk dirancang khusus untuk memberikan pendidikan dan ruang dialog.
"Kita telah menyaksikan segelintir orang yang fanatik dan penghasut menciptalan histeria anti-Islam dengan melakukan kampanye-kampanye berdasarkan informasi yang palsu dan menyimpang," ujar Awad.
Ia menambahkan, diantara kelompok etnis dan agama yang ada di AS, komunitas Muslim yang lebih sering mengalami sentimen anti-Islam dan kerap dicurigai. "Untuk menghadapi hal itu dibutuhkan kerjasama dan niat baik dari seluruh lapisan masyarakat dengan latar belakang agama yang berbeda-beda," tukas Awad. (ln/PRW) eramuslim.com
Acara tersebut dihadiri 900 tamu dari kalangan komunitas muslim, aktivis, pemuka dari lintas agama dan para diplomat. Di hadapan para hadirin, Direktur Eksekutif CAIR Nihad Awad menjelaskan, organisasinya membentuk divisi khusus "Islamofobia" untuk merespon makin meningkatnya sentimen anti-Islam di tengah masyarakat AS.
"Setiap tahun divisi ini akan membuat laporan tentang kasus-kasus atau insiden terkait Islamofobia, memantau pernyataan-pernyataan retoris yang isinya menyerang Islam dan Muslim dan akan memberikan informasi akurat dan seimbang untuk mengkonter sentimen anti-Islam itu dalam rangka menciptakan kehidupan yang toleran antar umat beragama dan saling kesepahaman," jelas Awad.
Divisi "Islamofobia" sambungnya, juga akan menyelenggarakan konferensi, seminar, pertunjukkan antar budaya dan kegiatan positif lainnya untuk dirancang khusus untuk memberikan pendidikan dan ruang dialog.
"Kita telah menyaksikan segelintir orang yang fanatik dan penghasut menciptalan histeria anti-Islam dengan melakukan kampanye-kampanye berdasarkan informasi yang palsu dan menyimpang," ujar Awad.
Ia menambahkan, diantara kelompok etnis dan agama yang ada di AS, komunitas Muslim yang lebih sering mengalami sentimen anti-Islam dan kerap dicurigai. "Untuk menghadapi hal itu dibutuhkan kerjasama dan niat baik dari seluruh lapisan masyarakat dengan latar belakang agama yang berbeda-beda," tukas Awad. (ln/PRW) eramuslim.com
Post a Comment