Jubir HTI: Korupsi by System, Mimpi Memberantas Korupsi

“Sampai jungkir balik kayak apa, sampai mimpi tiap malam, kagak bakalan akan menghapus Korupsi di negeri ini bahkan sampai kiamat,” tutur Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia saat acara Halqoh Islam Peradaban (HIP) 42, Sabtu (13/10) di Wisma Antara Jakarta.
Menurutnya hal itu karena tidak adanya kemauan dan keteladanan untuk memberantas korupsi. “Untuk pemberantasan korupsi yang dibutuhkan tidak hanya institusi,” jelasnya di hadapan ratusan peserta yang hadir.
Ismail menjelaskan perlu kemauan, terutama kemauan yang kuat dari pemimpin tertinggi negeri ini. “Jika kemauan datang dari pemimpin tertinggi maka sudah banyak kasus-kasus korupsi di negeri ini yang sudah terbongkar,” ujarnya.
Menurutnya Kemauan itu mestinya melahirkan keteladanan sama seperti orang tua punya kemauan untuk mendidik anak yang baik, shaleh dan rajin shalat. “Bagaimana mau jadi teladan bagi anaknya kalau bapaknya tidak shalat,” lanjutnya.
Inilah menurutnya yang harus ditanyakan pada seluruh aparat di negeri ini. Baik itu di kepolisian, kejaksaan, kehakiman, dan anggota DPR.
Ia menambahkan korupsi di Indonesia dipengaruhi by person dan by system. Korupsi di Indonesia agak mudah jika by person muncul karena ketamakan individu atau mungkin keterpaksaan individu oleh karena gaji yang kurang itu masih agak ringan dinaikkan gaji selesai. “Kalau ketamakan individu dipukul sedikit selesai,” urainya.
Tapi yang terjadi di negeri kita ini korupsi tidak hanya terjadi karena by person tapi juga by system yang lahir karena sistem yang cenderung membuat orang korup seperti proses politik yang sangat mahal di negeri ini.
“Proses demokrasi di negeri ini yang membutuhkan biaya kampanye untuk membeli partai politik, yang memerlukan biaya yang sangat besar,” terangnya.
Selain itu juga menurut Ismail, rendahnya hukuman terhadap koruptor juga menjadi faktor sulitnya menghilangkan korupsi ditambah lagi korupsi di penegakan hukum. “mulai dari penyelidikan, penuntutan, sampai di penjara sekalipun ada korupsi,” urainya.
Dari hal itu menurutnya, ada lagi tiga faktor utama. Pertama, sistem yang mendorong dan memacu korupsi, “itulah sistem politik demokrasi sekuler,” jelasnya.
Kedua, rendahnya keteladanan. “Dan ketiga, tipisnya apa yang disebut suasana keimanan yang hampir-hampir tidak ada dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini,” tambahnya.
“Kalau ada itu hanya sebatas hari besar Islam. masuk masjid, Ingat. Keluar masjid lupa,” imbuhnya disambut gelak tawa peserta.
HIP  42 yang bertemakan KPK vs Polri mimpi pemberantasan korupsi? Ini menghadirkan juga pembicara Irjen Pol. Boy Rafli Amar (Karo Penmas Polri) dan Adhie Masardi (Aktivis anti Korupsi).
[www.globalmuslim.web.id]