OVERLAND PARK, Kansas) – Rudolph Muhammad adalah seorang direktur Kwanzaa Martial Arts Academy (Akademi seni bela diri Kwanzaa) di Overland Park. Ia adalah seorang instruktur tae kwon do dan karate.
Muhammad juga adalah seorang imam di Pusat Islam Al-Inshirah. Jurnalis Cindy Hoedel dari kantor berita Kansas City mewawancari instruktur Muslim tersebut di studionya di Bannister Road.
Ketika ditanya mengapa Muhammad berpikir bahwa seni bela diri baik untuk anak-anak, mengingat beberapa ibu ada yang berpikir bahwa seni bela diri seperti sebuah kekerasan, Muhammad menjawab bahwa akademinya mengajar seni bela diri dengan cara yang berbeda dari pada di beberapa tempat lainnya.
"Kami mengunakan sebuah pendekatan tradisional untuk mengajari yang didasarkan atas rasa hormat, kesopanan, dan disiplin. Gagasan di baliknya tidak hanya mengajari anak-anak tentang bagaimana bertarung namun juga untuk mengembangkan karakter mereka," Muhammad mengatakan.
Ketika Hoedel menanggapi bahwa ada komponen perkelahian di dalam seni bela diri, Muhammad menambahkan bahwa "begitulah cara seni bela diri diproyeksikan di film-film. Saya membencinya. Proyeksi tersebut memberikan citra yang salah dari seni bela diri. Kita didedikasikan untuk membangun karakter."
Muhammad juga menjelaskan apa saja yang ia ajarkan ketika jurnalis tersebut menanyakan apakah ia juga mengajarkan bagaimana mendaratkan sebuah tendangan.
"Kami tidak hanya mengajarkan bagaimana menendang. Kami mengajari kapan dan bagaimana menggunakan tendangan, yaitu sebagai usaha terakhir jika Anda terancam dan anggota keluarga sedang terancam dan Anda tidak dapat membicarakan cara keluar dari situasi tersebut," Muhammad mengatakan.
Ia juga menjelaskan tujuan pertamanya adalah untuk meyakinkan orang lain secara verbal atau secara psikologis untuk tidak menyerang. Akademinya juga mengajarkan bagaimana untuk tidak bereaksi terlalu berlebihan, karena ketika membela diri sendiri, seseorang memiliki tanggung jawab legal, moral dan spiritual di dalamnya.
Yang dimaksudkan dengan tanggung jawab moral di sini, Muhammad menjelaskan, "Jika Anda adalah orang yang baik, jika Anda melebih-lebihkannya, hati nurani Anda akan merasa terganggu. Kemungkinan seseorang memukul Anda dan Anda mengalahkan mereka; maka hal tersebut akan mengganggu Anda selama hidup Anda karena hal tersebut tidak perlu. Kami menghabiskan begitu banyak waktu mengajari prinsip tersebut kepada murid dewasa maupun anak-anak."
Jurnalis tersebut menanyakan tentang menjauhkan anak-anak dari cidera dalam turnamen. Dan Muhammad mengatakan bahwa dalam turnamen ada peraturan dan wasit. Juri melihat turnamen dengan seksama sehinggat tidak ada yang berada di luar kendali .
"Kami juga menggunakan alat perlindungan, dan kami mengajari anak-anak bahwa setiap orang adalah pemenang. Jika Anda berusaha sebaik mungkin dan Anda merasa bersikap baik dan Anda mempraktikkan sportivitas yang baik, maka Anda adalah seorang pemenang."
Mengingat Muhammad mengajari kemampuan yang bisa dibilang agresif, jurnalis tersebut menanyakan tentang bagaimana ia mengajarkan kesopanan dan rasa hormat di tengah kemampuan semacam itu.
"Dimulai dengan hal yang kecil, contohnya, jika seorang anak harus pergi ke kamar kecil, ia harus meminta ijin," Muhammad mengatakan.
Pemikiran semcam itu memang adalah sebuah gagasan kuno, namun Muhammad menegaskan kembali bahwa pemikiran tersebut adalah tradisional. "Para siswa harus mengatakan 'Yes, Sir' dan 'Thank you'. Kami bermeditasi sebelum kelas dimulai, dan para siswa membungkuk kepada instruktur dan satu sama lain. Rasa hormat mendarah daging di dalam program kami. Jika kami nelihat sikap buruk, kami mengoreksi mereka. Hal tersebut lebih penting dari pada melihat seberapa baik Anda menendang.
"Melihat bahwa anak-anak belajar kemampuan konsentrasi dan belajar bagaimana untuk tetap pada tugas dan tidak teralihkan oleh anak-anak lainnya adalah bagian yang paling penting di dalam kelas."
Di beberapa studio seni bela diri lainnya, para instruktur membiarkan anak-anak bersenang-senang dan bermain-main, dan mereka menaikkan anak-anak terlalu cepat dalam sabuk peringkat mereka.
Mengenai kenaikan tingkatan sabuk tersebut, Muhammad mengatakan bahwa anak-anak tidak menghargainya karena mereka tidak harus bekerja keras untuk mendapatkannya. Itulah bedanya antara membayar uang untuk mendapatkan sebuah sertifikat online dalam suatu hal dibandingkan untuk melakukannya selama empat tahun kuliah.
Ini adalah sebuah kerja keras dan proses yang mengembangkan kebiasaan belajar dan disiplin dan ketabahan yang akan membuat Anda sukses di sekolah dan pekerjaan dan menjadi seorang kontributor yang lebih baik untuk masyarakat. Jika anak-anak mendapatkan sabuk hitam dengan cepat dan mudah karena orang tua mereka membayar dengan banyak uang untuk mendapatkannya, mereka tidak akan bertahan dengan seni bela diri. Dan jika Anda tidak memiliki ketabahan untuk bertahan dengan seni bela diri, apa gunanya?"
Ketika ditanya apakah ia merasakan sebuah misi sosial untuk membantu anak-anak di kota yang lebih dalam, Muhammad mengatakan bahwa awalnya memang demikian karena ia tinggal di kota tersebut. Namun sekolah telah berubah. Para siswa semuanya adalah para orang dewasa dan anak-anak Afrika-Amerika, namun kata-kata mulai menyebar, dan sekarang ia memiliki siswa dari semua penjuru dunia di lokasi Bannister, dari Pakistan, Yordania, Jepang, Meksiko, Arab Saudi, Bulgaria, Somalia dan banyak lagi.
"Ini bukan mengenai anak-anak di kota yang lebih dalam, ini mengenai semua akan-anak di Provinsi Johnston. Mereka membutuhkan bantuan juga," Muhammad mengatakan.
Muhammad juga menceritakan bahwa ia mulai memeluk Islam pada usia 18. Ia mengatakan bahwa Islam menjawab begitu banyak pertanyaan yang ia miliki tentang Islam dan kehidupan.
"Islam menjawab pertanyaan lebih baik dari Kristianitas. Islam memperjelas keesaan Tuhan: satu Tuhan untuk semua kemanusiaan, sebuah Tuhan yang tidak memiliki wajah atau sebuah citra, sebuah pencipta yang lebih besar dari apapun yang dapat kita bayangkan."
Dengan banyaknya peristiwa negatif pada perubahan Islam selama sepuluh tahun terkahir, Muhammad melihat ada ketertarikan terhadap Islam yang semakin meningkat,
Muhammad mengatakan bahwa ia tidak pernah mengalami perselisihan pasca 9/11 terhadap Muslim di kota Kansas, pada faktanya, sejak 9/11 "Kami telah melakukan lebih banyak pekerjaan antar agama karena meningkatnya ketertarikan. Kami telah mengunjungi gereja dan sinagog dan mengadakan forum. Selama ini telah menjadi sebuah masa yang sangat positif."
Muhammad menjelaskan tentang nama dari akademinya yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Islam, bahwa Kwanzaa adalah sebuah kata bahasa Swahili yang berbarti "buah panen pertama."
"Kami menghasilkan warga negara dengan kualitas tinggi – itu adalah buah dari panen kami." (ppt/kc) www.suaramedia.com
Post a Comment