Puasa Dawud untuk Kehidupan Modern

Islam sangat memperhatikan kesehatan manusia. Puasa, baik itu puasa wajib maupun puasa sunnah adalah di antara media untuk menjaga kesehatan jasmani dan ruhani manusia. Rasulullah SAW. bersabda, “Shumû tasihhû” (puasalah kalian niscaya kalian akan menjadi sehat). Dan, hal ini telah diakui sendiri oleh dunia kedokteran bahwa terapi terbaik di dalam pencegahan dan pengobatan terhadap suatu penyakit adalah puasa.
Puasa dawud adalah salah satu bentuk puasa sunnah yang tidak banyak dikerjakan dan dikenal manusia. Padahal puasa dawud adalah puasa yang paling dicintai Allah. Rasulullah SAW. bersabda, “Puasa yang paling dicintai oleh Allah adalah puasa dawud. Beliau sehari puasa dan sehari tidak“. (HR. Ahmad).
Apabila dilihat dari fungsional dan waktu pelaksanaannya, maka puasa dawud itu sangat cocok dan baik buat kehidupan modern seperti saat ini. Dimana, segala sesuatu sulit diramalkan karena kondisi dapat berubah sewaktu-waktu. Makanan dan minuman serba instan. Kecanggihan teknologi informasi dan komunikasi membuat segala sesuatu menjadi sangat dekat, dan dunia terasa sempit.
Kehidupan modern seperti ini meuntut kecepatan, kecermatan, dan akurasi yang tinggi dalam pekerjaan dan keprofesionalannya. Karenanya, tidak jarang kondisi yang demikian ini melahirkan tekanan dan persaingan hidup yang ketat, serta kehidupan yang sangat rawan dengan konflik, baik konflik sosial maupun konflik personal. Sehingga, bagi manusia yang daya imunitas imannya lemah, kondisi yang demikian ini dapat  membuatnya stress dan depresi, bahkan melakukan kemaksiatan.
Jika puasa dawud dikerjakan secara istiqamah lagi mudawamah, maka kemaksiatan akan tercegah dengan sendirinya. Kebiasaan buruk yang sebelumnya dikerjakan setiap hari akan teratasi dengan dikerjakannya puasa dawud, yang sehari puasa sehari tidak. Sehingga hasil dari puasa dawud ini, dapat merealisasikan apa yang yang disabdakan Rasulullah SAW., “Di antara tanda bagusnya keislaman seseorang dan kesempurnaan imannya adalah jika ia telah mampu meninggalkan hal-hal yang tidak bermanfaat bagi dirinya“. (HR. Tirmidzi).
Ketika puasa dawud ini telah menjadi tradisi, maka akan memiliki kekuatan dalam  menomorsatukan Allah, kejujuran, dan keikhlasan. Sehingga darinya terbentuk pribadi yang jauh lebih tenang, emosionalnya stabil, nafsu perut dan birahinya terkendali, dan hatinya tercerahkan dengan kesadaran bahwa Allah selalu mengawasinya.
Untuk itu, sudah saatnya puasa sunnah dawud dipahami dan diamalkan dengan pola out bond ruhaniah. Sehingga hasilnya benar-benar optimal, yakni melahirkan manusia mulia yang tahan banting, tidak mengeluh, dan tidak putus asa untuk terus berusaha berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia. Wallahu a’lam bish-shawab [Muhammad Bajuri).