LOS ANGELES – Penulis Terry Kelhwak menulis tentang "Raisin Factor" (Faktor Kismis) dalam sebuah kolom terbaru untuk kantor berita Huffington Post.
Ia muncul dengan frase tersebut ketika melakukan perjalanan di Mesir. Frase tersebut merujuk pada penelitiannya tentang sejumlah Muslim yang semakin meningkat mendukung yang dilafalkan sebagai "zabiba", atau "kismis". Istilah tersebut adalah tanda hitam pada dahi yang dibuat Muslim ketika mereka bersujud dalam sholat sehari-hari. Semakin nampak jelas tanda tersebut, semakin taat Muslim tersebut; dan semakin taat Muslim tersebut kemungkinan berarti semakin kuat pengaruh oleh kelompok semacam Ikhwanul Muslimin.
Hal ini menyebabkan Kelhawk, yang datang ke Grand Rapids March 29 untuk membahas dan menandatangani novelnya, The Topkapi Secret," kurang opstimistis tentang masa depan Timur Tengah.
"Saya pikir kelompok seperti Ikhwanul Muslimin tidak harus merasa khawatir; mereka dapat menunggu sampai demokrasi berakhir, kemudian melangkah masuk dan menciptakan sebuah pemerintahan baru," Kelhawk mengatakan. "Kami kemungkinan akan menjumpai sebuah kecenderungan yang lebih besar terhadap Islamisasi."
"The Topkapi Secret" adalah sebuah thriller (cerita menegangkan) didasarkan pada penelitian Kelhawk yang menunjukkan Al-Qur'an, kitab suci Islam, menjumpai perubahan melalui millennium, sebuah dasar pemikiran yang dengan suara keras dibantah oleh Muslim.
Kelhwak telah memiliki sebuah doktorat ketika ia mulai mempelajari Islam. Ia melakukan penelitian di universitas dan peristiwa-peristiwa di seluruh dunia, berbicara dengan teman-teman dari Timur Tengah dan mempelajari dokumen-dokumen sumber.
"Saya menemukan sebuah perbedaan besar antara garis partai Islam – bahwa Al-Qur'an tidak pernah berubah sekalipun dalam 1.400 tahun – dan apa yang para peneliti katakan. Ketika saya mencapai pada kontradiksi yang penting tersebut, saya berpikir bahwa hal tersebut adalah sebuah topeng terbesar sepanjang sejarah," Kelhawk mengatakan.
Ia mulai menulis "The Topkapi Secret" pada Januari 2007 dan menulis sebuah kerangka pertama dalam 14 bulan. Ia merevisi dan menyunting novel tersebut beberapa kali, menemukan penerbit di Prometheus Books.
Kata "Topkapi" dalam judul tersebut adalah sebuah istana atau museum yan benar-benar ada di Istanbul, Turki, yang menaungi Naskah Kuno Topkapi, sebuah salinan Al-Qur'an. Dalam novel tersebut, para cendikiawan dilarang mempelajari naskah kuno tersebut.
Diceritakan di dalam novel tersebut adalah sebuah putaran kiprah yang berjalan cepat dari AS ke Turki dan seluruh dunia untuk Mohammed Atareek dan Angela Hall, keduanya pada sebuah perjalanan untuk menjelajahi rahasia yang terkubur di dalam Naskah Kuno Topkapi yang mengancam untuk menggulingkan dunia Muslim. Pasangan tersebut datang bersama untuk menemukan kebenaran tentang banyak hal, eksternal dan internal.
Kelhawk telah menemukan untuk dirinya sendiri emosi yang terjadi di seluruh Al-Qur'an. "Sebagian besar Muslim percaya bahwa Al-Qur'an sama kekalnya dengan Allah; statusnya sebagai tak berubah memberinya sebuah kualitas yang seperti jimat yang memperbolehkan Muslim untuk mendapatkan paket kekal untuk membaca Al-Qur'an dalam bahasa Arab. Orang-orang berpindah agama memeluk Islam didasarkan pada Al-Qur'an yang tidak berubah."
"Orang-orang telah mendasarkan tindakan ekstrim mereka pada Al-Qur'an," Kelhawk menuding. "Namun jika ditemukan bahwa Al-Qur'an telah berubah selama berabad-abad, hal tersebut kemungkinan menyebarkan beberapa ekstrimisme."
Orang-orang, ia mengatakan, tidak melihat masalah tersebut karena kita tahu bahwa dokumen-dokumen seperti Alkitab memiliki kata-kata yang telah diubah.
"Saya berusaha membuat fokus tentang kitab tersebut pada faktanya bahwa Al-Qur'an telah berubah. Bahwa pengetahuan akan menempatkan Islam pada dasar yang setara dengan agama lainnya, dan kami seharusnya melihat pada kitab tersebut dan bertanya jika apa yang dikatakan layak atas pembunuhan," Kelhawk mengatakan. "Harapan saya adalah perubahan tersebut akan menjadi pengatahuan umum. Banyak Muslim percaya bahwa saya harus dibunuh, namun saya pikir bahwa ini adalah sebuah masalah yang berharga untuk mengambil resikonya."
Shirin Taber, penulis "Muslims Next Door: Uncovering Myths And Creating Friendships", walaupun suportif terhadap hak Kelhawk untuk mengekspresikan dirinya sendiri, ia khawatir tentang apa yang akan mengikuti setelahnya.
"The Topkapi Secret bukanlah sebuah buku yang ingin saya tulis, dan cukup mungkin dapat membahayakan nyawanya karena fitnah tak berdasar yang dibuat tentang Al-Qur'an," Taber mengatakan. "Namun demikian, saya menghormati keberaniannya untuk menggunakan sebuah novel berbagi penelitian dan pengalaman pribadi dengan para pembaca."
Wafa Sultan, penulis "A God Who Hates: The Courageous Woman Who Inflamed the Muslim World Speaks Out Against the Evils of Islam", setuju tentang bahaya nyata yang ada di hadapan Kelhawk. (ppt/ml) www.suaramedia.com
Post a Comment