Sangat wajar bila umat geram terhadap ulah Antonius Richmon Bawengan. Dengan sangat arogan, pendeta asal Jakarta ini membagi-bagikan buku “Ya Tuhanku, Tertipu Aku” kepada umat Islam warga Temanggung. Seluruh isinya seratus persen hujatan terhadap Islam.
Setelah menghina umat Islam dengan sebutan "onta yang bodoh" karena mengikuti Allah, Tuhan jahat yang menipu umat Islam ke neraka (baca: Christology "Tuhan Maha Jahat dan Penipu?"), Richmon beralih melecehkan Nabi Muhammad SAW. Dalam sub judul "Mengapa Nabiullah Minta Dishalawatkan?" Richmon menuding Nabi Muhammad sebagai orang yang masuk neraka sehingga minta didoakan oleh umatnya, berikut kutipannya:
"Setiap umat muslim pasti disuruh memanjatkan Shalawat Nabi. Permohonan agar sejahtera ilahi dilimpahkan kepada Muhammad. Itu sebabnya Muhammad bergelar s.a.w. (S.A.W. dalam bahasa Inggris: ‘PBUH’, Peace and Blessings Be Upon Him; kedamaian dan kesejahteraan kiranya memenuhi Muhammad (sudah almarhum).
Jika Nabiullah sudah di surga, tentu tidak perlu gelar s.a.w. itu. Berarti Muhammad sampai saat ini (masih dishalawatkan!) belum bergabung dengan sorga kekal! Berbeda sekali halnya dengan Yesus/’Isa a.s. (alaihi salam, berarti sudah selamat!) Ahlul Sorga ‘Isa/Yesus itu!
Rupanya, menjelang ajal, Muhammad sadar bahwa dia akan menuju Neraka! Namun Muhammad masih berharap diselamatkan melalui shalawat umatnya. Maka Muhammad meminta agar para sahabat dan pengikutnya bershalawat bagi dirinya.
Terbalik: Umat mendoakan keselamatan Pimpinan. Berarti umat lebih jauh lagi dari harapan selamat ke surga! Terbalik dibandingkan dengan Yesus, yang bersyafaat bagi para pengikutnya, sampai sekarang. Yohanes 17:20 Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka." (halaman 3-4).
Dari uraian tersebut, lagi-lagi Pendeta Richmon memamerkan kedangkalan ilmu dan kerusakan logika. Richmon salah kaprah memahami perbedaan Nabi Muhammad dengan Nabi Isa dari kebiasaan singkatan doa yang biasa dirangkaikan di belakang nama mereka. Dalam bahasa Indonesia, nama Nabi Muhammad selalu diikuti singkatan SAW, sedangkan nama Nabi Isa diikuti dengan singkatan AS.
Menurut Richmon, SAW dan AS adalah gelar. Gelar SAW bagi Nabi Muhammad berarti doa shalawat nabi agar Tuhan memberikan kedamaian dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad karena sampai saat ini belum selamat dari api neraka. Sedangkan AS, menurut Richmon adalah gelar Nabi Isa (Yesus) yang berarti sudah selamat.
Padahal baik SAW maupun AS adalah sama-sama doa shalawat Nabi. "SAW" adalah singkatan dari shallallahu 'alaihi wasallam, sedangkan "AS" singkatan dari 'alaihis sholatu wassalam atau 'alaihis salam. Keduanya berarti doa semoga keselamatan dan salam tercurah kepadanya.
....Mustahil Nabi Muhammad, karena mereka adalah nabi yang makshum (terpelihara dari dosa). Allah menjamin untuk menutupi beliau dari segala perbuatan dosa. Demikian pula dengan para nabi lainnya....
Dengan demikian, bila Pendeta Richmon menuduh Nabi Muhammad masuk neraka karena 'bergelar' SAW, maka dengan kesalahan yang sama disimpulkan bahwa Nabi Isa (Yesus) adalah nabi yang masuk neraka pula karena 'bergelar' AS. Karena keduanya, baik SAW maupun AS adalah doa shalawat dan salam. Tapi ini adalah kesimpulan yang sesat, karena mustahil nabi Allah masuk neraka. Mustahil Nabi Muhammad masuk neraka, karena beliau adalah nabi yang makshum (terpelihara dari dosa), karena dalam Al-Fath 2, Allah menjamin untuk menutupi beliau dari segala perbuatan dosa. Demikian pula dengan para nabi lainnya.
Menurut Richmon, Nabi Muhammad meminta agar para sahabat dan pengikutnya bershalawat bagi dirinya. Ini juga kesimpulan yang salah, karena doa shalawat untuk para nabi itu perintah Allah SWT dalam Al-Qur'an: "Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (Qs Al-Ahzab 56).
Syaikh Abdullah Al-Jibrin dalam kitabnya Fatawa wa Ahkam fi Nabiyillah Isa menjelaskan bahwa Allah mensyariatkan shalawat nabi tidak khusus untuk Nabi Muhammad saja, tapi untuk semua nabi dan rasul Allah. Misalnya: shalawat kepada Nabi Nuh (Qs As-Shaffat 78-80), shalawat kepada Nabi Ibrahim (Qs As-Shaffat 108-109), shalawat kepada Nabi Musa dan Harun (Qs As-Shaffat: 119-120), Nabi Ilyas (Qs As-Shaffat 130), dll.
Bahkan berdasarkan Al-Qur'an surat Al-Ahzab 43, doa shalawat juga diperbolehkan kepada para shahabat dan hamba-hamba Allah yang shalih. Shalawat dan salam kepada golongan ini hanya terbatas doa tarahhum dan taraddha, dengan ungkapan doa “rahimahullah” dan “radhiyallahu ‘anhu.”
Penjelasan ini semakin mementahkan kesimpulan Pendeta Richmon bahwa Nabi Muhammad tidak selamat dari neraka karena masih dishalawatkan oleh umatnya. Jika doa shalawat itu disyariatkan kepada semua nabi, para shahabat Nabi dan orang-orang yang shalih, apakah mereka semua akan masuk neraka, termasuk Nabi Isa yang dianggap sebagai tuhan oleh Pendeta Richmon? Mustahil! Neraka haram dihuni para nabi dan orang shalih. Neraka hanya pantas untuk pendeta yang hobi melecehkan Tuhan dan mengadudomba antarumat beragama seperti Pendeta Richmon.
....shalawat nabi bukanlah permintaan Rasulullah khusus untuk dirinya, tapi perintah Allah kepada semua nabi, para shahabat dan orang shalih....
Jelaslah bahwa shalawat nabi bukanlah permintaan Rasulullah khusus untuk dirinya, tapi perintah Allah kepada semua nabi, para shahabat dan orang shalih. Keutamaan dan manfaat shalawat ini pun bukan untuk kepentingan keselamatan Rasulullah, tapi kembali kepada orang yang bershalawat itu sendiri. “Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bershalawat kepadanya 10 kali” (HR. Muslim). Bersambung [a. ahmad hizbullah mag/suara-islam]
Post a Comment