Rabi Israel Berencana Dirikan Kamp Pembantaian Palestina

YERUSALEM (Berita SuaraMedia) – Bayangkan, hanya bayangkan, jeritan yang akan mengikuti sebuah seruan oleh seorang Muslim Eropa atau pemimpin keagamaan Kristen menyarankan untuk mengirim ratusan ribu Yahudi menuju kamp-kamp tawanan. Sheikh atau pendeta atau uskup akan dikecam melebihi hanya sebuah imajinasi, dan denominasinya atau gereja akan segera menjauhkan dirinya sendiri dari ucapan-ucapan bodohnya. Otoritas politik juga akan mengumumkan bahwa Sheikh atau uskup yang berpikiran Nazi tidak memiliki tempat di Eropa modern dan bahwa pemeritnah akan menghimpit elemen kebencian dan rasis di tunasnya. Singkatnya, ia akan dilihat sebagai sampah masyarakat. Ia bahkan kemungkinan dipaksa untuk melakukan bunuh diri di bawah tekanan publik.
Begitu juga dengan lingkaran Yahudi, protes mereka akan berbunyi keras dan ada di mana-mana.
Namun bagaimana jika hal-hal serupa tersebut, seruan semacam itu terjadi di Israel dan dibuat oleh seorang rabi populer, dengan ratusan ribu pengikut?
Menurut sebuah majalah mingguan dalam bahasa Ibrani, beberapa rabi, termasuk rabi Safad, Shmuel Eliyahu, baru-baru ini mengajukan pendirian kamp pembantaian untuk orang-orang Palestina.
Majalah tersebut mengindikasikan bahwa penciptaan kamp-kamp tersebut akan menjadi kewajiban dari semua Yahudi taat.
Kantor berita Yedeot Ahronot Ynet, pada Sabtu (15/1) mengutip para rabi tersebut ketika mengatakan bahwa taurat mewajibkan Yahudi untuk memberishkan adanya jejak apapun dari yang disebut dengan Amalek di Palestina. Banyak Yahudi religius merujuk pada yang mereka anggap musuh nyata sebagai Amalek.
Kantor berita Ynet mengutip intelektual Yahudi Audi Aloni ketika mengatakan bahwa seruan untuk pemusnahan orang-orang Palestina secara terbuka dibuat di sinagog sebagai gagasan genosida telah menjadi sebuah pilihan praktis.
"Tidak ada seorangpun yang berkeberatan pada Rabi Shmuel Aliyahu, pimpinan rabi Safad dan Rabi Shlomo Aviner, pimpinan Rabi dari Beit El, yang menandatangani pendapat kepenasihatan tersebut, yang menyarankan persetujuan untuk pendapat emreka."
Saya menyadari bahwa para pria jahat tersebut tidak mewakili Yahudi di manapun, ataupun apakah mereka bahkan mewakili keseluruhan komunitas rabi. Ada banyak rabi terpandang yang menolak dengan tegas pemikiran setan tersebut yang menyerap melalui pandangan pikiran gila orang-orang seperti Elyahu, para pengikutnya dan kolega-kolega jahatnya.
Bagaimanapun juga, Taurat seharusnya menjadi sebuah cahaya terhadap kemanusiaan. Namun ketika kitab tersebut menjadi sebuah alat untuk genosida, sangat jelas ada sebuah tangkapan besar yang menggantung di atas kesadaran Yudaisme.
Terlebih, fakta bahwa para rabi keji tersebut tidak mewakili keseluruhan Yudaisme adalah tidak ada jaminan bahwa kerusakan mereka akan dibatasi. Sebuah api dari pria bodoh bisa membuat frustasi ribuan pria bijaksana yang tidak akan mengetahui bagaimana untuk memadamkannya.
Bukankah dengan cara begini holocaust dimulai? Holocaust tidak dimulai dengan sebuah kamp-kamp tawanan, atau bahkan dengan Kristalnacht. Kamp-kamp kematian semcam  Auschwitz, Treblinka, Mauthauzen dan Bergen Belsen hanya diketahui kemudian.
Seruan untuk mengirim jutaan orang Palestina ke kamp tawanan berarti bahwa sebuah segmen besar masyarakat Yahudi Israel mampu, setidaknya secara mental, memulai hal yang tak terpikirkan. Ini berarti bahwa sebuah holocaust Yahudi nyata terhadap orang-orang Palestina tidak berada di luar imajinasi dunia. (ppt/pi) www.suaramedia.com