Dokumen-dokumen itu, sebagian besarnya dipublikasikan Guardian dalam beberapa hari mendatang, di antaranya juga mengungkapkan mengenai:
- Derajat kesepakatan rahasia yang ditawarkan para juru runding Palestina, termasuk mengenai masalah yang amat sensitif mengenai hak kepulangan para pengungsi Palestina.
- Kedekatan kerja sama antara pasukan keamanan Israel dan pemerintahan Palestina.
- Peranan sentral intelijen Inggris dalam menyusun rencana rahasia untuk menghancurkan Hamas di kawasan Palestina.
- Bagaimana para pemimpin pemerintah Palestina diam-diam memberi informasi kepada Israel saat pembantaian Gaza tahun 2008-2009.
Yang paling kontroversial, PLO juga mengajukan pendirian komite gabungan untukmengambil alih situs-situs suci Haram al-Sharif di Kota Tua Yerusalem, isu yang menggugurkan pembicaraan Camp David pada tahun 2000 setelah Yasser Arafat menolak menyerahkan kedaulatan di sekitar Dome of the Rock dan Masjid al-Aqsa.
Penawaran itu disampaikan pada 2008-2009 pada awal Konferensi Annapolis-nya George W. Bush dan mendapat dukungan dari kepala juru runding Palestina, Saeb Erekat, untuk menyelesaikan salah satu konflik paling susah diurai di dunia. Para pemimpin Israel, dengan dukungan pemerintah AS, mengatakan bahwa tawaran itu kurang.
Upaya intensif untuk menghidupkan kembali pembicaraan dilakukan oleh pemerintahan Obama tahun lalu terkait penolakan Israel memperpanjang pembekuan pembangunan ilegal selama 10 bulan. Namun, segalanya menjadi tidak pasti di tengah munculnya spekulasi bahwa solusi dua pihak dalam konflik itu tidak lagi dapat dicapai.
Sebagian besar dari 1.600 dokumen yang bocor itu dibuktikan keasliannya oleh Guardian dan diperkuat oleh sejumlah partisipan dalam pembicaraan itu sertasejumlah sumber intelijen dan diplomatik.
Liputan Guardian ditunjang kawat-kawat WikiLeaks yang berasal dari Konsulat AS di Yerusalem dan Kedutaan AS di Tel Aviv. Para pejabat Israel juga menyimpan catatan tersendiri mengenai dialog itu yang mungkin berbeda dengan catatan Palestina.
Kelonggaran yang diberikan para pemimpin Palestina kepada Israel pada Mei 2008 untuk mencaplok Yerusalem Timur itu tidak pernah dipublikasikan.
Seluruh permukiman yang dibangun Israel di atas tanah terjajah pada perang tahun 1967 dinyatakan ilegal menurut hukum internasional.
Terungkapnya hal itu merusak kredibilitas pemerintah Palestina jika dibandingkan dengan Hamas.
Kemarin malam, Erekat membantah dan menyatakan bahwa pertemuan itu "sebuah kebohongan dan separuh benar."
Namun, mantan juru runding Palestina, Diana Buttu, meminta Erekat mengundurkan diri setelah hal itu terungkap. "Saeb harus mengundurkan diri, dan jika itu tidak dilakukan, maka hal itu menunjukkan betapa para juru runding tidak representatif," katanya. (dn/gd) www.suaramedia.com
Post a Comment