AS Terjunkan Kembali "Tentara Gila" ke Irak dan Afghanistan

Operasi Pemulihan, suatu bentuk protes untuk penugasan kembali tentara yang mengalami trauma. Sebuah laporan oleh seorang aktivis perdamaian menunjukkan bahwa AS menugaskan kembali para tentara yang mengalami trauma dan cidera otak. Penugasan kembali tersebut memicu peningkatan angka bunuh diri dikalangan abdi negara tersebut. (Foto: Google)
WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Amerika Serikat menugaskan kembali para tentara dan marinir Amerika yang sebelumnya mengalami trauma ke Irak dan Afghanistan, memberikan sebuah peningkatan pada angka bunuh diri diantara para anggota abdi negara tersebut, seorang aktivis perdamaian mengatakan. "Sekarang, para tentara dan marinir sedang melakukan tur-tur berlipat ganda dari tugas dengan sangat sedikit waktu beristirahat di sela-sela setiap penugasan tersebut. Bahkan walaupun mereka menderita trauma mental, menderita PTSD, mereka sering ditugaskan kemali ke Irak atau Afghanistan tanpa pengobatan," Dr. Dahlia Wasfi mengatakan dalam sebuah wawancara Minggu (24/1) waktu setempat dengan kantor berita Press TV di AS.
Sementara itu, menurut sebuah laporan Departemen Pertahanan AS, angka bunuh diri di antara pasukan Amerika dan Marinir, khususnya mereka yang bertugas di luar negeri, sedang mengalami peningkatan.
Pusat Farmakoekonomi Departemen Pertahanan di Fort Sam Houston, mengatakan tahun lalu bahwa 20 persen dari pasukan aktif tugas sedang meminum resep obat psikotropika, termasuk anti-depresan, anti-psikots dan hipnotis sedatif.
Laporan tersebut menambahkan bahwa hampir 20 persen dari personil militer yang terikat dengan kampung halaman didiagnosis dengan kelainan stres pasca trauma (Post-Traumatic Strss Disorder – PTSD), kantor berita CBN memberitakan.
Penyebab utama dari epidemik bunuh diri dapat dihubungkan pada efek-efek PTSD.
Gejala-gejalanya berjangkauan dari yang ringan sampai parah, termasuk masalah tidur, mimpi buruk, kemarahan, kecemasan, depresi, dan psikosis (penyakit kejiwaan, misal: kegilaan).
Banyak dari resep-resep obat tersebut merefleksikan masalah pokok tersebut, dengan banyak tentara yang sering menolak pengobatan yang bermanfaat bersamaan.
"Hanya tindakan meminta dukungan untuk masalah kesehatan mental dihalangi oleh para petugas komando mereka … sebagai menjadi sebuah demonstrasi kelemahan," Wasfi mengatakan.
"Para veteran AS dari semua perang sejak era perang Vietnam dan mereka yang sebelumnya.. semuanya berusaha untuk bunuh diri pada masa sekarang dalam jumlah yang sangat mengkhawatirkan. Dan angka bunuh diri tersebut saat ini masih yang tertinggi yang terus-terusan meningkat sejak era Vietnam di AS," Wasfi mengatakan.
Penugasan kembali untuk pasukan yang mengalami kerusakan otak dan trauma telah menjadi sebuah masalah umum di seluruh konflik tentang Irak dan Afghanistan, menurut Remington Nevin, seorang dokter dan epidemiolog Tentara AS.
Nevin berbicara dengan kantor berita Independen dalam sebuah rangakaian wawancara awal tahun 2010 – sebelum diperintahkan untuk berhenti berbicara dengan media berita. Nevin telah mempelajari angka penugasan untuk para tentara dengan diagnosis kesehatan mental.
Para pakar medis militer memperingatkan Pentagon untuk usulan "gelombang" tahun 2007 di Irak akan memaparkan kembali begitu banyak pasukan aktif tugas yang telah mengalami trauma untuk masuk ke dalam cidera otak baru dan trauma yang kemungkinan besar akan "merusak Angkatan Darat," Nevin mengatakan.
"Semua tentara tersebut telah rusak sekarang," Nevin mengatakan. "Cidera otak berulang-ulang atau pemaparan berulang-ulang dengan peristiwa traumatis untuk seorang tentara dengan PTSD membuat masalah-masalah tersebut begitu jauh dan sulit untuk diobati .. inti dari kesehatan publik militer adalah untuk menghindari bahaya. Bagi banyak dari orang-orang ini, sudah terlambat untuk diobati sekarang." (ppt/pv/nmi) www.suaramedia.com