Tutupi Kejahatan, Militer AS Rubah Sejarah Wanat Afghanistan

KABUL (Berita SuaraMedia) – Sejarah resmi Angkatan Darat AS mengenai perang di Wanat, salah satu pertempuran di Afghanistan yang paling disoroti, membebaskan para komandan tinggi militer atas kematian sembilan prajurit AS dan justru menyalahkan situasi perang di Afghanistan yang membingungkan dan tidak dapat diprediksi. Sejarah perang yang terjadi Juli 2008 tersebut telah hampir dua tahun dirumuskan dan memicu perdebatan di segala level militer mengenai harus tidaknya para komandan kelas menengah dan senior dimintai pertanggungjawaban atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan di bawah tekanan berat pertempuran.
Draf awal sejarah Wanat yang diperoleh Washington Post dan media lain di musim panas 2009, kesalahan banyak dilimpahkan pada batalion dengan tingkatan lebih tinggi dan para komandan brigade yang mengawasi misi tersebut karena mereka dianggap gagal menyediakan sumber daya yang memadai untuk unit pasukan di Wanat.
Sejarah akhir yang dirilis dalam beberapa pekan terakhir membantah banyak kesimpulan awal dan justru menyebutkan kegagalan para komandan level bawah.
Pertempuran di Wanat yang terjadi di sebuah desa terpencil di pegunungan dekat perbatasan Pakistan, berujung pada empat investigasi dan berpengaruh terhadap jenjang karier sejumlah personel militer yang promosi jabatannya ditahan atau dibatalkan.
Sejarah militer setebal 230 halaman tersebut kemungkinan menjadi kata-kata terakhir militer mengenai pertempuran itu dan memperlihatkan adanya konsensus di jajaran petinggi militer bahwa Angkatan Darat harus lebih berhati-hati saat menyalahkan para komandan pasukan darat atas kegagalan dalam perang yang dibebani tuntutan seperti perang di Afghanistan.
Para anggota keluarga dari prajurit yang tewas di Wanat menanggapi versi final sejarah Angkatan Darat tersebut dengan kemarahan.
"Mereka menyalahkan para pemimpin di tingkat peleton atas segala kesalahan yang terjadi di Wanat," kata Kolonel (purn.) David Brostrom yang putranya terbunuh dalam pertempuran tersebut.
"(Laporan) itu menyalahkan putra saya yang telah tiada. Mereka benar-benar tidak memahami inti persoalannya," katanya.
Temuan-temuan dalam draf awal sejarah perang tersebut mendatangkan tekanan dari para anggota parlemen, termasuk Senator James Webb (Demokrat, Virginia) yang meminta Jenderal David Petraeus, komandan Komando Sentral AS kala itu, agar memerintahkan dilakukan investigasi terhadap masalah Wanat.
Investigasi awal yang dilakukan oleh seorang jenderal Marinir bintang tiga dan diselesaikan pada musim semi lalu menemukan bahwa para komandan batalion dan perusahaan "lalai dalam tugas" untuk memberikan pengawasan dan sumber daya yang memadai kepada para prajurit yang bertempur di Wanat.
Petraeus meninjau temuan-temuan itu dan menyimpulkan bahwa berdasarkan doktrin Angkatan Darat, komandan brigade yang merupakan pejabat senior AS di kawasan tersebut juga dianggap gagal menjalankan tugas.
Ia merekomendasikan agar ketiga perwira itu diberi surat teguran yang pada prinsipnya mengakhiri karier mereka.
Setelah para perwira itu mengajukan banding atas teguran tersebut, seorang jenderal senior Angkatan Darat AS membalikkan keputusan untuk menghukum mereka yang merupakan mandan anggota Brigade Airborne 173.
Jenderal Charles Campbell mengatakan kepada para anggota keluarga yang diinggalkan bahwa surat teguran tersebut akan menimbulkan efek yang mengerikan terhadap para komandan di lapangan yang sering kali harus membuat keputusan penting dengan informasi apa adanya, demikian menurut rekaman pernyataannya. Campbell juga menyimpulkan bahwa kematian prajurit yang terjadi bukan merupakan akibat langsung dari kesalahan para perwira tersebut. (dn/mn) www.suaramedia.com