KABUL (Berita SuaraMedia) – Menurut sebuah dokumen diplomatik dari Duta Besar AS di Afghanistan, Presiden Hamid Karzai termakan "konspirasi anti-AS" dan yakin bahwa para pejabat AS menentangnya, oleh karena itu, Karzai merindukan tahun-tahun awal masa pemerintahan Bush. Kawat tersebut dikirimkan pada Juli 2009, bulan yang menjadi bulan paling mematikan bagi pasukan asing sejak invasi ke Afghanistan diawali pada 2001. Meningkatnya angka kematian prajurit terjadi akibat serangan untuk menyingkirkan Taliban di Provinsi Helmand yang dikenal kaya ladang opium, selain itu, meningkatnya kekuatan bom pinggir jalan juga menjadi faktor.
Pada 7 Juli, saat Duta Besar Karl Eikenberry bersua Karzai, sang presiden Afghanistan justru menengok ke belakang, bukannya ke depan. Karzai merindukan masa-masa awal pemerintahan Bush yang disebutnya "masa keemasan".
"Karzai kemudian kembali membahas tema yang familier, yakni keinginannya agar hubungan AS-Afghanistan memulihkan kembali semangan tahun 2002-2004, sebuah rentang waktu yang dianggap Karzai sebagai ‘masa keemasan’ dalam hubungan kedua negara," tulis Eikenberry dalam kawat tertanggal 16 Juli yang didapat WikiLeaks dan dipublikasikan New York Times.
"Dia (Karzai) ingin pasukan AS kembali dapat mengemudikan jip-jip humvee melalui desa-desa di Afghanistan, mendapat sambutan hangat dari para penduduk desa yang menyapa, ‘Selamat pagi, Sersan Thompson.’ Karzai mengklaim, seperti yang sering ia lakukan, bahwa kekhawatirannya seiring terkikisnya kepercayaan publik terhadap AS merupakan faktor pendorong meningkatnya kritikan terkait jatuhnya korban sipil, serbuan dan penangkapan di malam hari," tulisnya.
Eikenberry mempermasalahkan keinginan Karzai yang mendambakan "zaman keemasan" dan mengingatkan sang presiden bahwa ia semestinya menatap ke depan, ke arah masa depan ketimbang harus menengok balik ke masa lalu.
Bahkan pada periode 2002-2004, kata Eikenberry kepada Karzai, sudah jelas "masalah timbul saat fokus keamanan dan rekonstruksi bergeser dan mengalami penurunan seiring kurangnya sumber daya dan strategi yang menyeluruh."
"Saya menekankan kepada Karzai bahwa tujuan utama kita (AS) di Afghanistan bukanlah memenangkan dukungan publik bagi AS, tapi membantu pemerintah Afghanistan merebut hati dan pikiran rakyatnya sendiri dengan memudahkan penyediaan layanan dasar serta pemerintahan yang efektif untuk rakyat," tulis Eikenberry.
"Dalam waktu lima tahun, kami perkirakan pasukan kami masih ada di Afghanistan, namun sebagian besarnya berperan sebagai penasihat dan pelatih untuk mendukung Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan di berbagai sektor, seperti logistik, bantuan udara, intelijen, dan lain-laon. Mengembalikan harapan masa depan kepada Karzai. Saya katakan kepadana bahwa Amerika tidak ingin para prajuritnya dipuji di seluruh penjuru Afghanistan, mereka justru semakin tidak sabar menantikan pasukan dan kepolisian Afghanistan yang benar-benar mampu menyediakan keamanan kepada penduduk Afghanistan. Waktu ada batasannya."
Dita Besar William Taylor, wakil presiden di Institut Perdamaian Amerika Serikat, berada di Afghanistan pada 2002 hingga 2003 dan bekerja untuk menteri keuangan Afghanistan serta Kedutaan AS, mengoordinasikan bantuan internasional yang masuk ke negara itu. Ia kembali ke Afghanistan dua atau tiga kali setahun, terakhir dilakukannya beberapa pekan lalu. Ia mengatakan, keamanan dan hubungan antarmanusia menjadi lebih baik sesaat setelah invasi, meski ada kekurangan signifikan di berbagai bidang lain.
"Saya bepergian bersama militer, tapi saya juga bepergian dengan para pemberi bantuan, USAID serta sebagian mitra-mitra mereka, tanpa pengamanan yang terlalu banyak," katanya kepada Huffington Post, Selasa (28/12).
"Jadi, kami dapat bepergian sesuka kami. Saat kami dalam perjalanan, saya dikejutkan dengan sikap hangat warga Afghanistan terhadap (orang) Amerika. Itu adalah saat yang amat baik bagi hubungan rakyat kedua negara," katanya.
Akan tetapi, kala itu pasokan sumber daya dari luar ke Afghanistan tidak memadai, hal itu mempersulit terjadinya perkembangan.
"Tentu saja, secara khusus masalahnya adalah sumber daya yang tersedia untuk Amerika Serikat, dan secara umum untuk para mitra aliansi lainnya. Yang tersedia bahkan tidak mendekati yang diperlukan untuk mencapai perkembangan, baik dalam rekonstruksi dan pelatihan, serta perlengkapan pasukan dan polisi," tambah Taylor.
"Jadi, mengenai hal itu, itulah yang kami tahu karena kini kami mampu mengirimkan sumber daya ke sana. Sumber daya yang tersedia bagi kedutaan dan koalisi saat ini, dalam hal bantuan prajurit dan dana, jauh lebih kecil jika dibanding tahun 2002 dan 2003," tambahnya.
Menurut laporan itu, Karzai juga disebut berfokus pada "teori konspirasi anti-AS" dan mengambil pendekatan "menyalahkan Amerika" yang membuat resah Eikenberry dan lebih lanjut lagi, membuatnya dan pemerintah Afghanistan tidak lagi terlihat sebagai mitra yang saling percaya. Ia sering mengatakan kepada para pejabat senior AS yang berkunjung bahwa AS telah gagal di Afghanistan, dan ia menolak mengakui perkembangan apa pun akibat kontribusi AS.
Selain itu, Karzai juga yakin bahwa para pejabat pemerintahan Obama membantu lawan-lawannya, termasuk Abdullah Abdullah dan Ashraf Ghani, bukannya membantu dirinya untuk memenangkan kembali pemilu.
"Jelas bahwa Karzai memperkirakan (atau mengharapkan) mendapat dukungan pencalonan dari AS yang sama seperti yang diterimanya pada pemilu 2004 dan ia menganggap posisi netral kita dalam pemilihan umum kali ini sebagai bukti bahwa AS ‘menentangnya’," tulis Eikenberry.
James Dobbins adalah perwakilan pemerintahan Bush untuk kubu oposisi Afghanistan. Ia dikirim ke Afghanistan setelah 11 September 2001. Kepada Huffington Post, ia mengatakan bahwa meski hubungan pribadi lebih kuat dibanding tahun-tahun awal pemerintahan Bush, banyak harapan dari masing-masing kubu yang berlebihan sehingga menimbulkan kekecewaan setelahnya.
"Menurut saya, secara pribadi Karzai berterima kasih kepada AS," kata Dobbins. "AS berperan penting dalam prosesnya menjadi pemimpin, dan AS juga pastinya berperan dalam mendukung upayanya melawan Taliban. AS pun senang dengan munculnya Karzai sebagai pemimpin di belahan dunia tempat terjadinya ekstremisme dan kebencian terhadap orang asing. Ia agaknya memiliki pandangan yang modern, kosmopolitan, dan progresif. Secara keseluruhan, populasi Afghanistan berterima kasih kepada AS dan komunitas internasional yang mempertahankan rezim Taliban yang secara umum tidak populer, serta menjanjikan bantuan eksternal yang berlimpah, menurut saya sebagian dari pengharapan-pengharapan awal tersebut mengecewakan kedua belah pihak," tambahnya. (dn/hp) www.suaramedia.com
Post a Comment