Kami memulai kajian ini, dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasul-Nya yang mulia, serta keluarga dan para shahabatnya.
Saat ini, kaum Nasrani (Kristen) sedang merayakan Natal dan Tahun Baru Masehi. Namun tidak sedikit di antara kaum Muslim yang turut merayakannya bersama mereka. Dan mereka pun saling mengucapkan selamat kepada kaum Nasrani dalam memperingati hari rayanya ini. Maka, kepada mereka ini, kami katakan “janganlah kalian turut bersama kaum Nasrani dalam merayakan hari raya mereka”. Sebenar-benar perkataan adalah Kitabullah, dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Saw; sebaliknya seburuk-buruk perkara adalah perkara (peribadatan) baru yang tidak dikenal dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah (muhdats), dan setiap muhdats adalah bid’ah; sementara setiap bid’ah itu adalah kesesatan, dan setiap kesesatan tempatnya di neraka.
Allah Dzat Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi berfirman: “Katakanlah: ‘Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia’.” (TQS. Al-Ikhlash [112] : 1-4).
Surat Al-Ikhlash ini sebagian dari Kitabullah, yang datang dari Dzat Yang Maha Suci lagi Maha Tinggi. Surat ini, sekalipun pendek, namun sebanding dengan sepertiga dari Al-Qur’an.
Di dalam surat Al-Ikhlash ini terkandung:
- Tauhid (keimanan atas ke-Esaan Allah) dan keikhlasan.
- Akidah (keyakinan) yang bersih dan murni.
Sesungguhnya Allah Dzat Yang Maha Suci dan Maha Tinggi ini tidak mempunyai anak, tidak mempunyai sekutu, tidak datang dari seorang pun, serta tidak memiliki keturunan dan nasab seperti yang diklaim oleh kaum Yahudi dan Nasrani (Kristen). Mereka (kaum Nasrani) berkata: “Al Masih itu putera Allah“, dan mereka (kaum Yahudi) berkata: “Uzair itu putera Allah“. Maha Suci dan Maha Tinggi Allah dari apa yang mereka katakan dengan ketinggian yang sebesar-besarnya.
Allah Dzat Yang Maha Suci dan Maha Tinggi ini, sama sekali tidak butuh pada salah satu di antara ciptaan-Nya, sebaliknya semua makhluk butuh kepada-Nya. Allah itu Maha Kaya, sebaliknya semua makhluk adalah miskin. Allah adalah tempat bergantungnya segala yang ada, di mana kehidupan ini tidak akan tegak kecuali dengan pemeliharaan, kebaikan dan belas kasih dari Allah Dzat Yang Maha Suci dan Maha Tinggi lagi Maha Kuasa.
Surat Al-Ikhlash ini menetapkan akidah dasar dan fundamental yang harus tertanam kokoh dalam lubuk hati setiap makhluk yang ada di alam semesta ini, yaitu ke-Maha Esaan Allah Dzat Yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Sehingga Allah merupakan satu-satunya yang berhak disembah, sedang yang selain Allah semuanya adalah hamba bagi-Nya.
Allah SWT berfirman: “Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti.” (TQS. Maryam [19] : 93-94).
Berdasarkan perspektif akidah tauhid yang sifatnya fitrah (ada bersamaan dengan penciptaan manusia), yang telah ditetapkan oleh surat Al-Ikhlash, maka kami dapat mengatakan dengan penuh keyakinan dan kepercayaan, serta menegaskan kepada semua manusia yang ceroboh dan kebingungan, bahwa Isa (Yesus) as adalah hamba Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi. Isa as ini keberadaannya seperti Adam as yang tidak memiliki ayah dan ibu. Sedangkan Isa memiliki ibu, semoga Allah merahmati keduanya. Oleh karena itu, Allah SWT menasabkan Isa kepada ibunya. Dalam hal ini Allah SWT berfirman: “Itulah Isa putera Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.” (TQS. Maryam [19] : 34).
Benar! Dalam hal ini, tidak sedikit di antara kaum Nasrani (Kristen) yang bingung dan ragu terkait masalah Isa (Yesus) as ini:
- Apakah dia itu Allah?
- Apakah dia itu anak Allah?
- Atau apakah dia itu salah satu dari yang tiga?
Akan tetapi Allah SWT tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, serta tiada sekutu bagi-Nya: “Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia. Apabila Dia telah menetapkan sesuatu, maka Dia hanya berkata kepadanya: ‘Jadilah’, maka jadilah ia.” (TQS. Maryam [19] : 35).
Jika Rasulullah, Muhammad bin Abdillah Saw menyeru kepada tauhid, maka Isa as juga menyeru kepada tauhid. Di mana Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata: ‘Sesungguhnya Allah adalah Al Masih putera Maryam’, padahal Al Masih (sendiri) berkata: ‘Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu’. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun.” (TQS. Al-Maidah [5] : 72).
Jika kaum Nasrani (Kristen) sekarang ini menyandarkan perkataannya kepada Isa as, bahwa Isa adalah Tuhan dan anak Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi, maka Isa as kelak akan menunjukkan bahwa mereka berbohong dan akan memperlihatkan kebohongan mereka kepada para pembesar yang menjadi saksi pada hari kiamat. Di mana Allah SWT berfirman: “Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: ‘Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: ‘Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?’ Isa menjawab: ‘Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakannya maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui semua perkara yang ghaib’. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya yaitu: ‘Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu’, dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu.” (TQS. Al-Maidah [5] : 116-117).
Mereka yang memper-Tuhan-kan Isa as; mereka yang mengklaim bahwa Isa adalah anak Allah Yang Maha Suci dan Maha Tinggi; atau mereka yang mengatakan bahwa Allah adalah salah satu dari yang tiga, maka mereka adalah kaum kafir yang sesat dan fasik, di mana-kami sebagai umat yang bertauhid-wajib berlepas diri dari perkataan mereka yang menyesatkan ini. Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya kafirlah orang-orang yang mengatakan: ‘Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga’, padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Maka mengapa mereka tidak bertaubat kepada Allah dan memohon ampun kepada-Nya? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Al Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu).“(TQS. Al-Maidah [5] : 73-75).
Setelah jelas kekafiran mereka yang menyandarkan kebohongan dan kedustaannya kepada Isa as, dan setelah begitu telanjang kesesatannya, maka sampailah pada pertanyaan yang menggugah keyakinan, adalah apakah diperbolehkan bagi kita-sebagai kaum Muslim-turut bersama kaum kafir dan Kristen merayakan hari raya mereka yang terkait dengan ritual keagamaan yang penuh dengan kesyirikan dan kekufuran ini?!
Sesungguhnya hari raya Nasrani (Kristen) termasuk di antara ritual dan peribadatan yang terkait dengan agama. Dalam hal ini, sungguh kaum Yahudi dan Nasrani (Kristen) telah dikutuk dan dilaknat, karena mereka telah mengubah dan mengganti agama Allah SWT di dalam kitab-Nya. Oleh karena itu, hari raya mereka bagian dari ritual keagamaan mereka yang telah menyimpang.
Hari raya kaum Nasrani (Kristen) ini-wahai umat tauhid-adalah terkait erat dengan kekafiran yang besar, yang jika hal itu didengar oleh gunung, langit dan bumi, maka dengan mendengar kekufuran itu semuanya benar-benar menjadi pecah dan retak.
“Dan mereka berkata: ‘Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak’. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar, hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorangpun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba. Sesungguhnya Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti.” (TQS. Maryam [19] : 88-94).
Jika langit, gunung dan bumi bereaksi dengan reaksi yang begitu menakutkan ini terhadap mereka yang menisbatkan anak kepada Allah SWT. Maka bagaimana dengan Tuhan kalian-wahai kaum Muslim-ketika kalian turut bersama kaum Nasrani (Kristen) merayakan hari raya mereka, mengucapkan selamat atas kebatilan dan agama mereka yang merupakan simbol keagamaan bagi akidah mereka yang kufur dan sesat. Bukankah itu merupakan bentuk pengakuan kalian atas agama mereka yang batil?
Sedangkan yang menunjukkan kepada kalian akan hubungan erat hari raya mereka dengan agama mereka yang sesat, adalah adanya hari raya di antara hari raya mereka, di mana masing-masing dari mereka membawa sepiring makanan, dan kemudian makanan itu mereka tempatkan di atas meja panjang, selanjutnya mereka membuka semua penutup yang menutupi makanan itu selama satu jam, kurang dari satu jama, atau lebih dari satu jam. Pertanyaannya, mengapa mereka membuka penutup dari semua makanan yang mereka bawa?
Jawaban mereka adalah agar diberkati oleh Tuhan. Siapa Tuhan yang dimaksud? Tuhan yang dimaksud seperti klaim mereka adalah Yesus, Al Masih as, yang datang untuk memberkati makanan mereka dalam memperingati kekufuran. Kemudian mereka memakan sesuap makanan yang telah dikuduskan seperti yang mereka klaimkan.
Masalahnya, bagaimana ritual bid’ah yang kufur tersebut tersebar di selain wilayah mereka, dan di selain negara mereka, di negeri-negeri kaum Muslim, misalnya?
Mereka datang ke negeri-negeri kaum Muslim dan mengadakan pesta dengan nama pesta bertopeng (haflah tanakkuriyah). Mereka berkata bahwa pesta ini untuk anak-anak, sebagai hiburan dan permainan. Namun sebenarnya-wahai kaum Muslim-sesungguhnya pesta itu adalah penyesatan bagi generasi kaum Muslim yang tertipu dan terperdya, serta bodoh dan lemah.
Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung. Sebab mengapa kaum Muslim yang bodoh itu senang turut bersama kaum Nasrani (Kristen) dalam merayakan pesta seperti ini? Apakah mereka juga percaya dan menyakini tentang turunnya Tuhan Isa (Yesus) as, seperti yang mereka klaim dalam peringatan ini, untuk memberkati mereka melalui makanan yang mereka berikan kepada anak-anak dalam pesta itu? Sungguh ini merupakan kekufuran yang nyata dan jelas. Sehingga tidak ada daya dan kekuatan kecuali dari Allah SWT.
Al-Hafidz adh-Dhahabi berkata dalam Risalahnya “Tasyabbuhul Khasîs bi Ahlil Khamîs“: “Jika seseorang berkata, bahwa kami melakukan itu adalah untuk anak-anak kecil dan wanita? Maka katakan padanya, bahwa seburuk-buruk keadaan seseorang adalah siapa saja yang senang (rela) keluarganya dan anak-anaknya melakukan apa yang menyebabkan murka Allah SWT.”
Kemudian beliau mengutip perkataan Abdullah bin Amr, semoga Allah meridhoi keduanya, yang berkata: “Siapa saja yang merayakan tahun baru bagi bangsa persia (nairûz), mengadakan pesta dan hura-hura mereka, serta menyerupai mereka hingga meninggal ia masih seperti itu, dan belum juga bertaubat, maka di hari kiamat ia akan dikumpulkan bersama mereka.” (HR. Baihaki. Sedang sanadnya telah dishahihkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah).
Perkataan Abdullah ini menegaskan bahwa perbuatan seperti itu termasuk di antara dosa-dosa besar. Sehingga melakukan sedikit dari perbuatan itu akan membawa pada perbuatan yang lebih banyak lagi.
Oleh karena itu, setiap Muslim wajib menutup pintu ini mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki, serta menjauhkan keluarga dan anak-anaknya dari melakukan perbuatan seperti itu. Selanjutnya, ciptakan kebaikan sebagai kebiasaan, dan jauhi bid’ah sebagai ibadah.
Dan janganlah mengatakan perkataan orang bodoh: “Dengan ini, aku telah menyenagkan anak-anakku!”
Apakah sudah tidak ada, wahai Muslim, sesuatu yang dapat menyenangkan mereka, selain perbuatan yang menyebabkan murka Allah, dan diridhoi setan, yaitu simbol-simbol ritual kekufuran dan kesesatan?!
Dengan demikian, seburuk-buruk pendidik adalah Engkau, yang membiarkan keluarga dan anak-anaknya terjerumus dalam kegelapan. Cukuplah Allah menjadi Penolong kami, dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.
Sampai di sini dulu kajian kita ini, dan berikutnya akan kami bicarakan tentang hukum ikut serta merayakan hari besar kaum Nasrani (Kristen).
Sumber: hizb-ut-tahrir.info, 28/12/2010.
Post a Comment