WASHINGTON (Berita SuaraMedia) – Ketua Kepala Staf Gabungan AS memperingatkan "kerugian tak terlihat dan pengorbanan tak pasti" dari perang Irak dan Afghanistan yang berlangsung hampir satu dekade.
Admiral Mike Mullen menambahkan bahwa perang-perang yang melemahkan telah meninggalkan luka pada tentara Amerika.
"Saya percaya bahwa apa yang kita saksikan hari ini benar-benar hanya puncak gunung es, dengan sejumlah konsekuensi terhadap sistem perawatan kesehatan veteran dan militer kita, tingkat pengangguran nasional kita, dan bahkan tuna wisma," ujar Mullen.
Kantor Anggaran Kongres AS memperkirakan bahwa kerugian perang bisa mencapai 2.4 trilyun dolar dalam dekade mendatang, atau hampir 8,000 dolar per orang di negara tersebut.
Mullen juga menambahkan bahwa tentara yang kembali akan menderita luka tak terlihat dan tekanan mental termasuk depresi, kegelisahan, dan stres pasca traumatik.
"Banyak tentara dan veteran yang pulang dengan perasaan bahwa perang belum berakhir," ujarnya.
"Bagi banyak dari mereka ini hanya awalnya. Mereka mengalami luka fisik dan mental, kegelisahan dan depresi, perubahan dinamika keluarga, dan tantangan luar biasa dari stres pasca traumatis," ujar sang komandan militer.
Dia juga memperingatkan tentang tingginya tingkat bunuh diri dan masalah kesehatan jiwa di kalangan tentara.
Mullen mengatakan tentara harus siap secara psikologis untuk menghadapi trauma pertempuran dan meminta pertolongan dalam mengatasi masalah itu.
"Kita perlu mengajarkan keterampilan kesehatan psikologis pada para tentara, sepasti kita mengajarkan mereka untuk berbaris, memakai seragam, atau menembakkan senjata," ujar admiral.
Sebuah laporan yang dirilis pada bulan Agustus menemukan bahwa lebih dari 1,100 personil militer AS membunuh diri mereka sendiri antara tahun 2005 sampai 2009.
Pakar yang mempelajari efek perang berkepanjangan terhadap psikis manusia mengatakan tur berulang tanpa waktu cukup antara tiap keberangkatan mungkin menjadi bagian dari masalah.
"Dia (tentara) harus memiliki waktu dua hari dari setiap hari yang mereka habiskan di medan tempur, jadi jika kau berada di Irak atau Afghanistan selama 12 bulan kau tidak boleh kembali ke sana setidaknya sampai 24 bulan kemudian," ujar Lawrence J. Korb, rekan senior di Center for American Progress.
"Rata-rata banyak brigade tempur di dalam militer yang beruntung memiliki jeda waktu satu tahun di antara keberangkatan," tambahnya.
Laporan berjudul "Tantangan dan Janji: Memperkuat Pasukan, Mencegah Bunuh Diri, dan Menyelamatkan Nyawa" ini melibatkan 49 temuan dan 76 rekomendasi terkait.
"Sederhananya, kita seringkali lebih berbahaya bagi diri kita sendiri daripada musuh," bunyi laporan itu. (rin/pv) www.suaramedia.com
Post a Comment