Habibie: IMF Ingin Matikan Industri Pesawat Nasional

Mantan Presiden Indonesia, BJ Habibie.Pemberian dana pinjaman dari International Monetary Fund (IMF) untuk mengatasi krisis pada 1998 adalah penyebab utamanya.

Mantan Presiden Republik Indonesia (RI) periode 1998-1999 BJ Habibie mengungkapkan penyebab matinya industri pesawat terbang nasional yang dahulu cukup strategis. Dia mengatakan, pemberian dana pinjaman dari International Monetary Fund (IMF) untuk mengatasi krisis pada 1998 adalah penyebab utamanya.

Habibie mengklaim, dirinya tidak dilibatkan Mantan Presiden Soeharto dalam penandatanganan kesepakatan dengan IMF tersebut. Dalam salah satu klausul atau syarat yang harus dijalankan pemerintah Indonesia dari IMF, terdapat butir yang menyatakan penghentian pembiayaan pengembangan pesawat N250 dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Jadi, saat menandatangani pencoretan N250 itu oleh Pak Harto, saya sebagai Wakil Presiden tidak diikutsertakan, sedangkan seluruh jajaran kabinet dilibatkan. Padahal, di situ saya berkepentingan," tutur dia dalam jumpa pers Wirausaha Muda Mandiri Award and Expo 2013 di Jakarta, Kamis (17/1).

Menurut Habibie, bahkan setelah menjadi Presiden RI pada periode 1998-1999, dia tetap mengalah dengan keputusan tersebut. Sebab, dia mengibaratkan, lebih baik mementingkan satu hal yang dicintai daripada satu hal yang disukai.

"Keputusan itu untuk Indonesia, saya mencintai rakyat. Saya mengalah asal NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) tetap satu. Tidak seperti Rusia yang pecah jadi 17 negara," tutur Habibie.

Saat itu, industri pesawat terbang nasional diusung oleh Industri Penerbangan Teknologi Nasional (IPTN), yang belakangan berganti nama jadi PT Dirgantara Indonesia (PT DI), terkait dengan masalah politik. Habibie melanjutkan, dari 16 ribu pegawai PT DI, saat ini hanya tersisa 4 ribu.

"Yang lain sudah ke mana-mana. Nah ini dalam 5 tahun kalau dibiarkan saja, Indonesia akan kembali ke nol sama seperti tahun 1945," tukas dia.


Dengan meningkatnya masyarakat berpendapatan menengah, kebutuhan Indonesia untuk memproduksi pesawat terbang sendiri menjadi krusial untuk menopang industri penerbangan domestik. Sejumlah maskapai penerbangan telah memesan impor pesawat untuk memenuhi kebutuhan lalu-lintas udara yang semakin padat. [www.globalmuslim.web.id]