Dikutip dari JapanToday, Senin (7/3/2011), keempat balita tersebut adalah bayi perempuan (3 bulan) asal Kanagawa Prefecture, Kawasaki yang meninggal 20 Februari 2011. Balita laki-laki (2 tahun) asal Hyogo Prefecture yang meninggal 1 Maret 2011. Balita perempuan (1 tahun) asal Nishinomiya yang meninggal 2 Maret 2011. Serta bayi perempuan (6 bulan) asal Kyoto City yang meninggal 4 Maret 2011.
Kasus kematian bayi tersebut terjadi tak lama setelah menerima vaksin meningitis di Jepang yang diproduksi Pfizer Inc dan Sanofi-Aventis SA. Pihak Kementerian Kesehatan Jepang masih tidak yakin kematian 4 balita itu terkait dengan pemberian langsung vaksin tersebut.
Namun untuk meredam kepanikan orangtua yang memiliki balita, Kementerian Kesehatan Jepang memutuskan untuk menghentikan sementara vaksin meningitis dan pneumonia hingga keluar hasil investigasi tersebut.
Kementerian Kesehatan Jepang juga menangguhkan sementara penggunaan vaksin Prevenar Pfizer dan ActHIB Sanofi, sambil menunggu penyebab jelas apakah ada hubungannya antara kematian dan vaksin, seperti dilansir Reuters, Senin (7/3/2011).
Kementerian Kesehatan Jepang berencana akan mengadakan pertemuan panel dengan para ahli pada Selasa (8/3/2011) waktu Jepang setelah berkonsultasi dengan para dokter untuk memeriksa kasus tersebut.
Vaksinasi baru akan dilanjutkan setelah panel memutuskan bahwa kedua vaksin tersebut tidak menyebabkan masalah keamanan serius.
Tiga dari anak-anak yang meninggal di Jepang diberikan Prevenar bersamaan dengan ActHIB. Selain itu, tiga dari anak-anak tersebut juga menerima vaksin campuran untuk difteri, batuk rejan dan tetanus pada hari yang sama.
Perwakilan Pfizer dan Sanofi di Tokyo mengatakan perusahaan tersebut akan bekerja sama dalam hal penyelidikan.
Juru bicara Sanofi mengatakan bahwa perusahaan telah mengirimkan lebih dari 3 juta dosis ActHIB di Jepang sejak 2008, sedangkan juru bicara Pfizer mengatakan perusahaan telah mendistribusikan lebih dari 2 juta dosis Prevenar di Jepang sejak tahun lalu.
Masyarakat Jepang seperti dilansir JapanToday juga terpecah pendapatnya mengenai pemberian vaksin ini. Ada yang berpendapat, kemungkinan meninggalnya balita tersebut karena ada batch vaksin yang rusak.
Beberapa warga juga berpendapat akan lebih banyak bayi meninggal karena tidak divaksin meningitis dan pneumonia karena penyakit ini sangat membahayakan balita.
"Adalah kebodohan jika harus menghentikan vaksin tersebut karena jumlah kematian akibat penyakit ini jauh lebih tinggi apabila tanpa vaksinasi," ujar Sarah Suz dalam komentarnya di JapanToday.
Namun warga bernama Noriyosan mengatakan mengapa tidak mengembangkan kekebalan tubuh alami pada balita ketimbang bayi harus divaksin.
(mer/ir)
Post a Comment