Aliansi kekuatan Barat meluncurkan gelombang kedua serangan udara di Libya pada dini hari Senin ini (21/3) setelah menghentikan laju pasukan Muammar Gaddafi di Benghazi dan penargetan pertahanan udara Gaddafi untuk membiarkan pesawat aliansi barat berpatroli di langit Libya.
Intervensi yang berdasarkan mandat PBB bertujuan untuk melindungi warga sipil yang terjebak dalam pemberontakan melawan Gaddafi telah menarik kritik dari pimpinan Liga Arab Amr Mussa, yang mempertanyakan kebutuhan untuk melakukan pemboman berat di Libya, yang katanya telah membunuh banyak warga sipil.
Tapi Amerika Serikat, yang melaksanakan serangan udara dalam sebuah koalisi dengan Inggris, Perancis, Italia dan Kanada, mengatakan kampanye militer mereka bekerja efektif dan pengumuman gencatan senjata diumumkan oleh militer Libya pada hari Minggu malam.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan salah satu kapal selam menembakkan lagi rudal Tomahawk pada Minggu malam sebagai bagian dari gelombang kedua serangan untuk menegakkan resolusi PBB.
"Kami dan mitra internasional terus melangsungkan operasi untuk mendukung Dewan Keamanan PBB atas Resolusi 1973," kata juru bicara kementerian.
Italia mengatakan mereka juga melepaskan pesawat tempur mereka di udara, setelah kapal perang dan kapal selam Amerika Serikat dan Inggris meluncurkan 110 rudal Tomahawk pada Sabtu malam dan Minggu pagi.
Laksamana Bill Gortney, direktur militer Staf Gabungan AS, kepada wartawan menyatakan belum ada aktivitas udara baru di Libya atau emisi radar, namun terdapat penurunan yang signifikan dalam pengawasan udara Libya, sejak serangan terjadi yang dimulai hari Sabtu.
Benghazi belum bebas dari ancaman, Gortney mengatakan, tetapi Gaddafi di daerah itu dalam kesusahan dan menderita akibat isolasi dan mengalami kebingungan setelah berlangsungnya serangan udara. (fq/reu)
Post a Comment