Sekitar hampir 14 abad yang silam, agama Islam telah diturunkan oleh Allah swt kepada Muhammad saw melalui malaikat Jibril as di kota Makkah. Selama lebih kurang 13 tahun lamanya Rasulullah saw mendakwahkan Islam ditengah-tengah masyarakat kafir quraysi yang telah terlebih dahulu menganut agama nenek moyangnya yakni menyembah berhala-berhala yang ditempatkan di sekitar bangunan ka’bah. Dan selama kurun waktu 13 tahun itu, hanya sedikit sekali dari kaum kafir quraysi yang beriman dan membenarkan apa yang dibawa oleh Rasulullah saw yakni Islam. Bahkan dari pihak keluarga beliau sendiri seperti Abu jahal merupakan orang terkeras perlakuannya terhadap beliau yang merupakan keponakan. Namun segala bentuk aktivitas menghalangi dakwah tersebut tidak menyurutkan langkah beliau untuk menyampaikan yang haq, yakni Islam. Sebuah agama sekaligus sebuah mabda’ atau ideologi yang berasal dari zat yang maha suci yakni Allah swt. Rabb semesta alam, manusia dan kehidupan.
Dakwah Islam akhirnya menemui kegemilanganya setelah Rasulullah hijrah ke Madinah dan berhasil mendirikan Daulah Islam (negara Islam) untuk yang kali pertama. Dari Madinah Islam menyebar keseluruh penjuru dunia hingga menguasai lebih dari 2/3 belahan daratan dan laut dunia. Islam mampu menciptakan stabilitas keamanan dan kesejahteraan disetiap jengkal tanah dan laut dimana ada nafas-nafas Islam yang berhembus oleh suasana masyarakat Islamnya.
Para sejaharawan menggambarkan Islam pada waktu itu dengan sangat jelas. Bagaimana Islam mampu menorehkan tinta emas dalam rentang peradabannya.
Seorang ahli pikir Perancis bernama Dr. Gustave Le Bone mengatakan:
“Dalam satu abad atau 3 keturunan, tidak ada bangsa-bangsa manusia dapat mengadakan perubahan yang berarti. Bangsa Perancis memerlukan 30 keturunan atau 1000 tahun baru dapat mengadakan suatu masyarakat yang bercelup Perancis. Hal ini terdapat pada seluruh bangsa dan umat, tak terkecuali selain dari umat Islam, sebab Muhammad El-Rasul sudah dapat mengadakan suatu masyarakat baru dalam tempo satu keturunan (23 tahun) yang tidak dapat ditiru atau diperbuat oleh orang lain”.
Angka 23 tahun itu merupakan kalkulasi dari periode dakwah yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Yakni 13 tahun periode dakwah di Makkah dan 10 tahun periode dakwah di Madinah.
Tinta emas perdaban Islam pun ditorehkan oleh para khalifah yang menggantikan kepemimpinan Rasulullah saw sebagai pemimpin umat setelah wafatnya beliau. Pada masa daulah Ummayah misalnya, perkembangan dibidang tradisi intelektual dan pengetahuan telah mampu dirasakan, bukan hanya warga negara khilafah baik yang muslim maupun kafir dzimy, melainkan dirasakan oleh masyarakat Eropa juga.
Oliver Leaman menggambarkan kondisi kehidupan intelektual di sana sebagai berikut:
“….pada masa peradaban agung [wujud] di Andalus, siapapun di Eropa yang ingin mengetahui sesuatu yang ilmiyah ia harus pergi ke Andalus. Di waktu itu banyak sekali problem dalam literatur Latin yang masih belum terselesaikan, dan jika seseorang pergi ke Andalus maka sekembalinya dari sana ia tiba-tiba mampu menyelesaikan masalah-masalah itu. Jadi Islam di Spanyol mempunyai reputasi selama ratusan tahun dan menduduki puncak tertinggi dalam pengetahuan filsafat, sains, tehnik dan matematika. Ia mirip seperti posisi Amerika saat ini, dimana beberapa universitas penting berada”.
Dalam bidang ekonomi, kita tentu masih ingat sosok Umar bin Abdul Aziz, sosok yang
Berhasil membangkitkan Islam dengan sistem ekonominya, walaupun usia kepemimpinan beliau hanya berkisar 3 tahun (99-102 H/818-820 M), namun umat Islam akan terus mengenangnya sebagai Khalifah yang berhasil menyejahterakan rakyat.
Ibnu Abdil Hakam dalam kitabnya Sirah Umar bin Abdul Aziz hal. 59 meriwayatkan, Yahya bin Said, seorang petugas zakat masa itu berkata,”Saya pernah diutus Umar bin Abdul Aziz untuk memungut zakat ke Afrika. Setelah memungutnya, saya bermaksud memberikannya kepada orang-orang miskin. Namun saya tidak menjumpai seorang pun. Umar bin Abdul Aziz telah menjadikan semua rakyat pada waktu itu berkecukupan. Akhirnya saya memutuskan untuk membeli budak lalu memerdekakannya.” (Al-Qaradhawi, 1995).
Kemakmuran itu tak hanya ada di Afrika, tapi juga merata di seluruh penjuru wilayah Khilafah Islam, seperti Irak dan Basrah. Abu Ubaid dalam Al-Amwal hal. 256 mengisahkan, Khalifah Umar Abdul mengirim surat kepada Hamid bin Abdurrahman, gubernur Irak, agar membayar semua gaji dan hak rutin di propinsi itu. Dalam surat balasannya, Abdul Hamid berkata,”Saya sudah membayarkan semua gaji dan hak mereka tetapi di Baitul Mal masih terdapat banyak uang.” Umar memerintahkan,”Carilah orang yang dililit utang tapi tidak boros. Berilah dia uang untuk melunasi utangnya.” Abdul Hamid kembali menyurati Umar,”Saya sudah membayarkan utang mereka, tetapi di Baitul Mal masih banyak uang.” Umar memerintahkan lagi, “Kalau ada orang lajang yang tidak memiliki harta lalu dia ingin menikah, nikahkan dia dan bayarlah maharnya.” Abdul Hamid sekali lagi menyurati Umar,”Saya sudah menikahkan semua yang ingin nikah tetapi di Baitul Mal ternyata masih juga banyak uang.” Akhirnya, Umar memberi pengarahan,”Carilah orang yang biasa membayar jizyah dan kharaj. Kalau ada yang kekurangan modal, berilah pinjaman kepada mereka agar mampu mengolah tanahnya. Kita tidak menuntut pengembaliannya kecuali setelah dua tahun atau lebih.” (Al-Qaradhawi, 1995).
Gubernur Basrah pernah mengirim surat kepada Umar bin Abdul Aziz,”Semua rakyat hidup sejahtera sampai saya sendiri khawatir mereka akan menjadi takabbur dan sombong.” Umar dalam surat balasannya berkata,”Ketika Allah memasukkan calon penghuni surga ke dalam surga dan calon penghuni neraka ke dalam neraka, Allah Azza wa Jalla merasa ridha kepada penghuni surga karena mereka berkata,”Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-Nya…” (QS Az-Zumar : 74). Maka suruhlah orang yang menjumpaimu untuk memuji Allah SWT.” (Al-Qaradhawi, 1995).
Pada masa Khilafah Abbasiyah Islam juga begitu banyak menorehkan tinta emas dalam peradabannya pada bidang sains, teknologi dan filsafat. Pada saat itu dua pertiga bagian dunia dikuasai oleh Kekhilafahan Islam.
Beberapa ilmuwan muslim lainnya pada masa Daulat Abbasiyah yang karyanya diakui dunia diantaranya:
• Al-Razi (guru Ibnu Sina), berkarya dibidang kimia dan kedokteran, menghasilkan 224 judul buku, 140 buku tentang pengobatan, diterjemahkan ke dalam Bahasa Latin. Bukunya yang paling masyhur adalah Al-Hawi Fi ‘Ilm At Tadawi (30 jilid, berisi tentang jenis-jenis penyakit dan upaya penyembuhannya). Buku-bukunya menjadi bahan rujukan serta panduan dokter di seluruh Eropa hingga abad 17. Al-Razi adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles. Dia juga orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Sesudahnya, ilmu kedokteraan berada di tangan Ibnu Sina;
• Al-Battani (Al-Batenius), seorang astronom. Hasil perhitungannya tentang bumi mengelilingi pusat tata surya dalam waktu 365 hari, 5 jam, 46 menit, 24 detik, mendekati akurat. Buku yang paling terkenal adalah Kitab Al Zij dalam bahasa latin: De Scienta Stellerum u De Numeris Stellerumet Motibus, dimana terjemahan tertua dari karyanya masih ada di Vatikan;
• Al Ya’qubi, seorang ahli geografi, sejarawan dan pengembara. Buku tertua dalam sejarah ilmu geografi berjudul Al Buldan (891), yang diterbitkan kembali oleh Belanda dengan judul Ibn Waddih qui dicitur al-Ya’qubi historiae;
• Al Buzjani (Abul Wafa). Ia mengembangkan beberapa teori penting di bidang matematika (geometri dan trigonometri).
Namun, semua kegemilangan itu hanya bisa kita dengar dari literatur-literatur yang berserakan pada lembar sejarah peradaban panjang Islam. Karena peradaban itu telah berakhir pada 03 maret 1924, melalui konspirasi kaum kuffar terhadap negeri-negeri Muslim, salah satunya dengan menggaungkan ide kufur nasionalisme.
Upaya Awal Perjuangan Penegakan Khilafah
Pasca diruntuhkannya daulah khilafah Islam di Turkey pada tahun 1924 tersebut, terdapat beberapa upaya dari eleman umat yang masih sadar akan wajibnya khilafah, berupaya untuk menegakkan institusi sistem khilafah itu kembali.Di Hejaz tahun 1925 dan 1926 sempat diadakan konferensi Khilafah. Bahkan dari Indonesia dalam rangka menyambut konfrensi Khilafah pada bulan Maret 1924 di Mesir, dibuatlah sebuah komite Khilafah yang didirikan di Surabaya tanggal 4 Oktober 1924 dengan ketua Wondosudirdjo (kemudian dikenal dengan nama Wondoamiseno) dari Sarekat Islam dan wakil ketua KHA Wahab Hasbullah. Guliran usul ini selanjutnya diperkuat dalam Kongres Al-Islam ketiga di Surabaya bulan Desember 1924, yang antara lain memutuskan untuk mengirim sebuah delegasi ke Kongres Kairo, terdiri dari Surjopranoto (Sarekat Islam), Haji Fachruddin (Muhammadiyah) serta KHA Wahab dari kalangan tradisi. [Deliar Noer, Bendera Islam, Jakarta, 22 Januari 1925.]
Peta Global Perjuangan Menegakkan Khilafah
Bermula dari seruan dari pojok dinding masjid al Aqsa yang dilakukan kali pertama oleh Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dan sekarang seruan penegakan khilafah itu telah meluas dan gaungnya ada di lebih dari 40 negara, baik di benua Asia, Eropa, Amerika, Australia hingga kedaratan tanah hitam Afrika. Berbagai konfrensi khilafah dan seminar terkait khilafah bisa kita dengar dan lihat di beberapa media dari negeri tersebut.
Dari sosok Syaikh Taqiyuddin an¬-Nabhani inilah lahir sebuah gerakan Islam yang bernama Hizbut Tahrir. Hizbut Tahrir (HT) termasuk yang dari awal berdirinya menegaskan bahwa “kembali pada al-Quran dan as-Sunnah” hanya berarti satu hal: penerapan syariah Islam di seluruh aspek kehidupan. Ini berarti ada sejumlah syariah yang tidak dapat ditegakkan kecuali oleh negara. Negara seperti ini hanya akan efektif bila hanya satu di seluruh dunia. Inilah yang disebut Khilafah.
Perjuangan menegakan khilafah bukanlah perjuangan Hizbut Tahrir sendiri, namun merupakan perjuangan wajib yang dilakukan oleh semua umat Islam. Dan alhamdulillah, Hizbut Tahrir hanyalah satu diantara sekian banyak gerakan Islam yang juga telah mengupayakan perjuangan penegakan khilafah itu. Yang membedakan hanyalah cara atau metodenya saja. Namun demikian, semua gerakan Islam yang sejatinya ingin memperjuangkan Islam, haruslah benar-benar melakukan kajian serius terhadap metode perjuangan yang ditempuh untuk mewujudkan kebangkitan itu, bukan hanya mengingikan hasil, namun harulah melihat proses, dan proses terkait masalah cara atau metode yang ditempuh dalam proses pelaksanaanya. Lamanya perjuangan bukanlah persoalan kesalahan amal (metode) dan Allah swt tidak melihat hasil, karena hasil adalah Allah yang menentukan, namun Allah melihat dan menilai setiap proses yang kita lakukan dalam meraih hasil tersebut.
Harapan dibalik Ancaman Kaum Barat
Sebagian orang mungkin pesimistik terhadap dakwah perjuangan menegakan khilafah dengan cara menyerukan ide atau opini. Seolah hal tersebut tidaklah mampu mewujudkan khilafah sebagai sebuah negara adidaya. Namun, jika kita jeli dan cermat dalam melihat konstelasi politik maka akan terlihat sangat jelas ketakutan kaum barat akan ide khilafah itu sendiri. Ini baru aktivitas menyeru, belum yang lain. Diantara ketakutan mereka bisa kita lihat dari beberapa pernyataan di bawah ini :
Jenderal (purn) Sir Richard Dannatt misalnya, ketika berbicara di BBC Radio 4 dalam program tentang pendudukan Inggris yang berlanjut di Afganistan, ia mengatakan: “Ada agenda Islami yang jika kita tidak menentang dan menghadapinya di Afghanistan selatan, atau Afghanistan, atau di Selatan Asia, maka hal itu secara pasti pengaruh tersebut akan semakin berkembang. Kita bisa melihat ide itu bergerak dari Asia Selatan ke Timur Tengah dan Afrika Utara, yakni ide tentang Khilafah Islam seperti pada abad 14 dan 15. “
Putin, Presiden Rusia, pada bulan Desember tahun 2002 mengumumkan, “Terorisme internasional telah mengumumkan peperangannya atas Rusia dengan tujuan merampas sebagian wilayah Rusia dan mendirikan Khilafah Islamiah”
Henry Kissinger dalam sebuah pidatonya di India pada 6 November 2004 M dalam Konfrensi Hindustan Times yang kedua, kepada para pemimpin ia menyampaikan, “Ancaman-ancaman itu sesungguhnya tidak datang dari teroris, sebagaimana yang kita saksikan pada 11 September. Akan tetapi, ancaman itu sesungguhnya datang dari Islam fundamentalis ekstrim yang berusaha menghancurkan Islam moderat yang bertentangan dengan pandangan pandangan kelompok radikal dalam masalah Khilafah Islamiah”.
Walaupun kaum kafir barat dan antek-anteknya yang berkuasa di beberapa negeri muslim selalu menghalangi perjuangan penegakan khilafah itu, namun, kita bisa melihat dan mendengar bahwa gaung khilafah di wilayah dimana para pengusungnya ditangkapi dan di siksa, gaung khilafah masih lah terus terdengar. Para pengemban ideologi Islam tersebut tidak gentar dan mundur walau selangkah pun. Mereka sangat yakin akan janji Allah dan rasulNya bahwa kekuasaan itu benar-benar akan berada pada umat Islam. Dan tentu hal itu harus dilalui dengan perjuangan yang sungguh-sungguh, dan tidak keluar seutaspun dari metode perjaungan yang telah Rasululah saw tinggalkan. Karena beliaulah sebaik-baik uswah dan qudwa kita.
Sebagaimana janji Allah pada surat surat An Nuur (24) ayat ke 55 yang berbunyi, :
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahkuKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku; dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, mereka itulah orang-orang yang fasik”.[TQS An Nuur (24):55]
Dan bisyarah dari Rasulullah saw :
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ
“Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR Ahmad dan al-Bazar).
Tantangan dalam perjuangan penegakan khilafah
Kaum kafir barat memiliki andil dalam keruntuhan awal khilafah di Turkey pada 3 maret 1924 silam. Ditandai dengan bagaimana barat dalam hal ini Inggris dan Perancis melakukan aksi-aksi menghapuskan khilafah dan bagaimana konspirasinya dengan Musthafa Kemal At-Tarturk yang telah menghapuskan sistem khilafah. Namun mereka tidak berhenti sampai di situ. Merekapun berupaya agar umat ini tidak lagi memperjuangkan ide khilafah. Salah satu rencana busuk mereka adalah dengan cara terus menerus menggaungkan ide kufur nasionalisme, baik sebelum khilafah runtuh maupun pasca keruntuhannya. Akibatnya, umat semakin terkotak-kotak dalam fanatisme ashobiyah nasionalisme dengan sekat-sekat batas wilayah geografis negara masing-masing,.
Disamping itu, banyak cara lain yang mereka lakukan guna mencegah tegaknya khilafah itu sendiri, diantaranya :
(1) Menyebarkan ide-ide kontra Khilafah.
(2) Menyibukkan umat dengan persoalan-persoalan solusi bersifat pragmatis
(3) Stigmatisasi negatif terhadap ide syariah dan khilafah
(4) Memecah-belah komponen umat
Demikianlah sedikit dinamika dakwah dalam rangka memperjuangkan kembali tegaknya khilafah. Khilafah bukanhlah perjuangan yang mudah, namun bukan berarti sulit atau mustahil, diperlukan keimanan yang kuat dan metode berfikir yang cemerlang ketika berada di jalan dakwah li isti’naf al hayah al Islamiyah (dakwah untuk melajutkan kehidupan Islam) ini.
Terakhir, sms dari seorang akhi fillah akan menutup penjelasan di atas.
”Saudaraku, semoga Allah senantiasa merahmati kita. Ketahuilah, kita akan dihadapkan pada kelelahan yang luar biasa. Ujian demi ujian serta tertimpa cobaan saat kita menempuh jalan kebenaran serta menyibukan diri dengan perjuangan Islam. Namun, jika kita tegar di atas kebenaran dan bersabar menghadapi cobaan pasti penderitaan akan sirna dan kelelahan akan hilang. Yang terisisa tinggalah balasan yang baik dan pahala bagi kita. Amin..Bersungguh-sungguhlah dalam belajar Islam dan mengamalkannya.”
Wallahu A’lam bis showab. []
Adi Victoria
Al_ikhwan1924@yahoo.com
Post a Comment