Tidak Ada Bandingannya Ketamakan El Abidin dan Leila
Rakyat Tunisia mulai mencari harta kekayaan Tunisia yang dibawa kabur pasangan despotis Tunisia, Zainal el-Abidin ben Ali dan Leila Trabelsi.
Isterinya Leila ini dikabarkan membawa kabur emas batangan 1,5 ton, sebelum kabur dari Tunis. Dengan cara memerintahkan suaminya El Abidin menekan kepala Bank Sentral Tunisia. Sedangkan El Abidin merampok kekayaan Tunisia sebesar Rp 60,2 triliun, yang ikut dibawa kabur.
Gaya hidup para raja dan presiden di negara-negara Arab, sangat khas. Umumnya mereka rakus, tamak, berfoya-foya, menyukai kemewahan, dan hidup mewah, serta kemudian menindas rakyatnya dengan bedil disertai kekejaman yang tiada bandingannya.
Mereka hidup di istana-istana yang sangat mewah, dan dengan gaya hidup, diluar nalar, sementara membiarkan rakyatnya kelaparan, dan hidup dengan sekerat roti. Ini karakter dan protipe para pemimpin Arab.
Dua anak perempuan diantaranya Shirine, hidup dan tinggal di Paris, dan menginap di kamar suite yang semalamnya, Rp 7 juta rupiah. Mereka selalu dengan pengawal, juru masak, dan hanya makan makanannya yang lezat, dan suaminya memilihara harimau, yang makan daging pilihan.
Kemarahan rakyat Tunisia sudah tidak dapat ditahan-tahan lagi. Ini menjadi peringatan para raja dan presiden di negara-negara Arab, yang hidup berlebihan, dan menindas rakyatnya dengan kekejaman, yang tiada taranya. Inilah awal bencana dan terjadinya revolusi yang menjungkalkan para penguasa Arab nantinya, seperti yang dialami oleh El Abidin.
Swiss menjadi tempat asset mantan Presiden El Abidin, dan termasuk 40 keluarganya. Isterinya Leila Trabelsi mengendalikan kekuasaan dibelakang punggung suaminya El Abidin, dan mengeruk kekayaan sebesar 2,2 miliar foundsterling selama 23 tahun berkuasa. Kekayaan negeri Tunisia semuanya habis dimakan oleh keluarga El Abidin dan Leila.
Keluarganya dikampung-kampung yang 'udik', semuanya mendapatkan jabatan dan kekayaan yang tak terbatas. Inilah bentuk KKN yang paling sempurna. Mungkin ini juga yang terjadi di seluruh dunia Arab, di mana negara menjadi milik pribadi para raja dan presiden berserta keluarganya. Sementara itu, rakyatnya seperti orang asing, yang hidup menumpang.
Sekarang protes terus berlanjut. Walaupun Perdana Ganouchie telah mengumumkan pemerintahan yang baru.Tetapi, pemerintahan yang baru masih didominasi oleh para kroni El Abidin. Ganouchie mengumumkan rekonsiliasi dan pembebasan para tahanan politik dari penjara-penjara di Tunis. Sebanyak 1.800 tahanan dibebaskan.
Tetapi, rakyat Tunisia mereka tetap marah, dan meminta harta kekayaan yang dibawa kabur El Abidin dan Leila itu dikembalikan ke Tunisia.
El Abidin hidup di Saudi, dan mendapat jaminan dari penguasa Arab Saudi Raja Abdullah. Sungguh sangat menyakitkan rakyat Tunisia pemberian suaka politik oleh Raja Saudi itu. (m/indpnt)
Isterinya Leila ini dikabarkan membawa kabur emas batangan 1,5 ton, sebelum kabur dari Tunis. Dengan cara memerintahkan suaminya El Abidin menekan kepala Bank Sentral Tunisia. Sedangkan El Abidin merampok kekayaan Tunisia sebesar Rp 60,2 triliun, yang ikut dibawa kabur.
Gaya hidup para raja dan presiden di negara-negara Arab, sangat khas. Umumnya mereka rakus, tamak, berfoya-foya, menyukai kemewahan, dan hidup mewah, serta kemudian menindas rakyatnya dengan bedil disertai kekejaman yang tiada bandingannya.
Mereka hidup di istana-istana yang sangat mewah, dan dengan gaya hidup, diluar nalar, sementara membiarkan rakyatnya kelaparan, dan hidup dengan sekerat roti. Ini karakter dan protipe para pemimpin Arab.
Dua anak perempuan diantaranya Shirine, hidup dan tinggal di Paris, dan menginap di kamar suite yang semalamnya, Rp 7 juta rupiah. Mereka selalu dengan pengawal, juru masak, dan hanya makan makanannya yang lezat, dan suaminya memilihara harimau, yang makan daging pilihan.
Kemarahan rakyat Tunisia sudah tidak dapat ditahan-tahan lagi. Ini menjadi peringatan para raja dan presiden di negara-negara Arab, yang hidup berlebihan, dan menindas rakyatnya dengan kekejaman, yang tiada taranya. Inilah awal bencana dan terjadinya revolusi yang menjungkalkan para penguasa Arab nantinya, seperti yang dialami oleh El Abidin.
Swiss menjadi tempat asset mantan Presiden El Abidin, dan termasuk 40 keluarganya. Isterinya Leila Trabelsi mengendalikan kekuasaan dibelakang punggung suaminya El Abidin, dan mengeruk kekayaan sebesar 2,2 miliar foundsterling selama 23 tahun berkuasa. Kekayaan negeri Tunisia semuanya habis dimakan oleh keluarga El Abidin dan Leila.
Keluarganya dikampung-kampung yang 'udik', semuanya mendapatkan jabatan dan kekayaan yang tak terbatas. Inilah bentuk KKN yang paling sempurna. Mungkin ini juga yang terjadi di seluruh dunia Arab, di mana negara menjadi milik pribadi para raja dan presiden berserta keluarganya. Sementara itu, rakyatnya seperti orang asing, yang hidup menumpang.
Sekarang protes terus berlanjut. Walaupun Perdana Ganouchie telah mengumumkan pemerintahan yang baru.Tetapi, pemerintahan yang baru masih didominasi oleh para kroni El Abidin. Ganouchie mengumumkan rekonsiliasi dan pembebasan para tahanan politik dari penjara-penjara di Tunis. Sebanyak 1.800 tahanan dibebaskan.
Tetapi, rakyat Tunisia mereka tetap marah, dan meminta harta kekayaan yang dibawa kabur El Abidin dan Leila itu dikembalikan ke Tunisia.
El Abidin hidup di Saudi, dan mendapat jaminan dari penguasa Arab Saudi Raja Abdullah. Sungguh sangat menyakitkan rakyat Tunisia pemberian suaka politik oleh Raja Saudi itu. (m/indpnt)
Post a Comment