Lembaga unggulan tempat belajar Islam di dunia Muslim Sunni mengatakan Kamis kemarin (20/1) bahwa mereka membekukan dialog dengan Vatikan sebagai protes pernyataan terakhir Paus Benediktus XVI yang menyerukan perlindungan orang Kristen di Mesir.
Langkah dari Al-Azhar Kairo ini datang pada saat ketegangan Muslim-Kristen telah meningkat di Mesir setelah pengeboman malam Tahun Baru di sebuah gereja Kristen Koptik di Alexandria yang menewaskan 21 orang. Pemerintah Mesir telah menolak ekspresi keprihatinan internasional atas minoritas Kristen di negara itu dan menganggapnya sebagai campur tangan asing dalam urusan internal Mesir.
Al-Azhar mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dewan yang mengatur dialog memutuskan untuk menghentikan dialog antar-agama dua tahunan dengan Vatikan, yang membahas hubungan Islam-Kristen, selama pertemuan darurat Kamis kemarin. Dikatakan bahwa pembekuan tersebut dalam batas waktu tak terbatas.
Juru bicara Vatikan Rev Federico Lombardi mengatakan dewan Tahta Suci untuk dialog antar-agama tetap berkomitmen untuk berdialog.
Al-Azhar menegaskan bahwa pembekuan dialiog, terkait pernyataan yang dibuat oleh Benediktus tentang non-Muslim yang tertindas oleh negara-negara Islam di Timur Tengah.
"Paus Benediktus ... telah berulang kali secara negatif membahas Islam, lebih dari sekali," kata pernyataan itu. Pernyataan itu ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Lembaga riset Islam Al-Azhar Syaikh Ali Abdel Dayem.
Setelah ledakan 'bunuh diri' di gereja di Alexandria - dan serangan lain terhadap warga Kristen di Irak dan Nigeria - Benediktus menyerukan kepada pemerintah di wilayah tersebut untuk melindungi orang Kristen.
"Suksesi serangan ini adalah satu lagi tanda adanya kebutuhan mendesak bagi pemerintah wilayah untuk beradaptasi, walaupun kesulitan dan bahaya," kata Paus dalam pidato 10 Januari untuk para diplomat.
Mesir, yang merupakan rumah bagi sekitar 8 juta orang Kristen, mendapat ekspresi keprihatinan internasional atas keselamatan orang Kristen, dan memanggil pulang duta besarnya untuk Vatikan sebagai protes.
Syaikh Ahmad al-Thayyib, imam Al-Azhar, juga mengecam pernyataan Paus, mengatakan pada bahwa "perlindungan orang Kristen adalah urusan internal dan harus dilakukan oleh pemerintah karena mereka (orang Kristen) adalah warga negara seperti warga negara lainnya."
Keputusan Kamis kemarin muncul menjadi bagian atas dorongan oleh pemerintah Mesir untuk menggagalkan apa yang mereka rasakan adanya upaya menyetir hubungan diplomatik oleh negara-negara Barat dan Vatikan kepada pemerintah di Timur Tengah untuk meningkatkan perlindungan orang Kristen.(fq/ap)
Langkah dari Al-Azhar Kairo ini datang pada saat ketegangan Muslim-Kristen telah meningkat di Mesir setelah pengeboman malam Tahun Baru di sebuah gereja Kristen Koptik di Alexandria yang menewaskan 21 orang. Pemerintah Mesir telah menolak ekspresi keprihatinan internasional atas minoritas Kristen di negara itu dan menganggapnya sebagai campur tangan asing dalam urusan internal Mesir.
Al-Azhar mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dewan yang mengatur dialog memutuskan untuk menghentikan dialog antar-agama dua tahunan dengan Vatikan, yang membahas hubungan Islam-Kristen, selama pertemuan darurat Kamis kemarin. Dikatakan bahwa pembekuan tersebut dalam batas waktu tak terbatas.
Juru bicara Vatikan Rev Federico Lombardi mengatakan dewan Tahta Suci untuk dialog antar-agama tetap berkomitmen untuk berdialog.
Al-Azhar menegaskan bahwa pembekuan dialiog, terkait pernyataan yang dibuat oleh Benediktus tentang non-Muslim yang tertindas oleh negara-negara Islam di Timur Tengah.
"Paus Benediktus ... telah berulang kali secara negatif membahas Islam, lebih dari sekali," kata pernyataan itu. Pernyataan itu ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal Lembaga riset Islam Al-Azhar Syaikh Ali Abdel Dayem.
Setelah ledakan 'bunuh diri' di gereja di Alexandria - dan serangan lain terhadap warga Kristen di Irak dan Nigeria - Benediktus menyerukan kepada pemerintah di wilayah tersebut untuk melindungi orang Kristen.
"Suksesi serangan ini adalah satu lagi tanda adanya kebutuhan mendesak bagi pemerintah wilayah untuk beradaptasi, walaupun kesulitan dan bahaya," kata Paus dalam pidato 10 Januari untuk para diplomat.
Mesir, yang merupakan rumah bagi sekitar 8 juta orang Kristen, mendapat ekspresi keprihatinan internasional atas keselamatan orang Kristen, dan memanggil pulang duta besarnya untuk Vatikan sebagai protes.
Syaikh Ahmad al-Thayyib, imam Al-Azhar, juga mengecam pernyataan Paus, mengatakan pada bahwa "perlindungan orang Kristen adalah urusan internal dan harus dilakukan oleh pemerintah karena mereka (orang Kristen) adalah warga negara seperti warga negara lainnya."
Keputusan Kamis kemarin muncul menjadi bagian atas dorongan oleh pemerintah Mesir untuk menggagalkan apa yang mereka rasakan adanya upaya menyetir hubungan diplomatik oleh negara-negara Barat dan Vatikan kepada pemerintah di Timur Tengah untuk meningkatkan perlindungan orang Kristen.(fq/ap)
Post a Comment