Tetap Batasi BBM Subsidi, Pemerintah Disebut Ditekan Pihak Asing

Stasiun pengisian bahan bakar minyak. Pemerintah memutuskan untuk membatasi BBM bersubsidi untuk premium mulai Maret 2011. Pelaksanaan terlebih dulu akan dilakukan di wilayah Jabodetabek. Pembatasan ditujukan untuk seluruh mobil berplat hitam, sementara mobil berplat kuning seluruhnya berhak menerima jatah premium yang merupakan BBM Bersubsidi. (foto: Republika.co.id)JAKARTA (Berita SuaraMedia) - Pabrikan-pabrikan otomotif utama dunia sedang berlomba untuk mengembangkan truk pick-up masa depan yang hemat BBM tapi tak mengorbankan citra tentang kekuatannya.

Mereka mencopot beberapa elemen untuk memenuhi standar efisiensi bahan bakar.

Langkah ini dilakukan sehubungan pemerintah Amerika Serikat telah menetapkan bahwa pada tahun  2016 para produsen truk diharuskan mencapai efisiensi bahan bakar rata-rata sebesar 35,5 mil per galon. Sementara kendaraan jenis 'light truck' harus menghemat bahan bakar sampai 30 mil per galon.

Menurut data pemerintah AS, seperti yang dilaporkan Reuters, standar rata-rata penghematan bahan bakar dari setiap pabrikan (CAFE) pada 2010 adalah 29,2 mil per galon. Untuk 'light truck' sendiri sebesar 24,9 mil per galon. Standar baru itu membuat dua pabrikan mobil utama AS, Ford Motor Co dan General Motor Co berlomba  membuat perubahan yang signifikan yang nantinya berujung pada penggunaan bahan-bahan seperti alumunium, lakur baja baru, dan magnesium untuk mengganti baja.

Produsen-produsen truk pun ditantang untuk menyampaikan kabar itu kepada pelanggan yang selama ini cuma tahu bahwa berat truk berhubungan dengan performa kendaraan.

Pembaharuan standar oleh pemerintah AS itu terjadi ketika perusahaan-perusahaan otomotif sedang ramai meluncurkan jajaran kendaraan bertenaga baterai dan teknologi hibrida yang bisa membantu mereka mengejar standar pemerintah itu.

Mengurangi bobot truk juga penting untuk memenuhi standar baru itu. Di sisi lain, tuntutan itu menjadi tantangan karena harus menyesuaikan ukuran truk yang besar dan kemampuan  mengangkut dan menarik beban berat.

Saat ini, truk mempunyai rata-rata berat mencapai sekitar 2.200 kilogram.

Tantangan tersebut berat karena selama satu dasawarsa terakhir pabrikan  menarik minat pembeli dengan memasang banyak perlengkapan elektronik dan hiburan canggih yang secara signifikan menambah bobot truk sebesar 22 persen.

GM tampaknya akan menjadi pabrikan pertama yang siap dengan regulasi baru itu dengan Chevy Silverado model 2014-nya.

Rick Spina, pemimpin pengembangan truk di GM mengungkapkan bahwa mereka berencana untuk mengurangi bobot produk mereka sebanyak 250 kg pada 2016 dan pada 2020 memotong bobot sebesar setengah ton.

Caranya, ia menambahkan, dengan mengganti plat yang berfungsi untuk meredam kebisingan di berbagai bagian truk dengan 'blown-in foam' yang meski lebih mahal tetapi lebih ringan dari bahan sebelumnya.

Sementara itu Ford berusaha mengurangi bobot dengan menggunakan lakur magnesium untuk truk pickup generasi terbaru F-150.

Selain itu mereka juga akan menggunakan alumunium sebagai bahan pembuat panel di kendaraan baru itu kelak.

Dengan menggunakan dua bahan baru itu Ford memperkirakan mereka akan bisa memangkas bobot truk sekitar 400 kg.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Evita Herawati Legowo membantah apabila pemerintah disebut telah membuat kebijakan pembatasan Bahan Bakar Minyak (BBM) karena adanya tekanan dari pihak asing. Ia pun menekankan, bahwa rencana pembatasan SPBU sebenarnya sudah ada dari tahun 2004, yaitu saat belum banyak SPBU asing bercokol di Indonesia.
"Tidak benar ini dilakukan atas tekanan SPBU asing karena di RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) itu harusnya sudah dilakukan pada tahun 2004. Di tahun itu belum ada SPBU asing," ucap Evita kepada para wartawan di Jakarta.
Evita melanjutkan, pada 2004 rencana pembatasan gagal terlaksana lantaran banyaknya kepentingan politik saat itu.
"Jadi tidak benar kalau ini karena asing. Kami tetap berprinsip untuk melindungi kelas bawah yang selama ini kurang menikmati BBM bersubsidi," ucap Evita.
Ia mengungkapkan, untuk subsidi BBM tahun 2010 dibandingkan tahun 2009 lalu jumlahnya mencapai lebih dari dua kali lipat.
"Kalau dibiarkan terus itu tidak sehat, tapi kami sadari memberikan subsidi itu wajib hukumnya, tapi untuk yang tidak mampu," tegas Evita.
Percobaan pembatasan BBM bersubsidi pun diakui Evita tidak dilakukan secara serta merta. Pasalnya, di dalam road map pemerintah, pelaksanaan uji coba sudah dilakukan tahun 2009-2010. Uji coba pembatasan migas ini dilakukan secara tertutup di Bintan, Batam. Sementara uji coba untuk LPG 3 kilogram dilakukan di Malang.
"Di tahun 2011 kami coba lakukan uji tertutup itu. Kami coba realisasikan," pungkas Evita.
Adapun, pemerintah memutuskan untuk membatasi BBM bersubsidi untuk premium mulai Maret 2011. Pelaksanaan terlebih dulu akan dilakukan di wilayah Jabodetabek. Pembatasan ditujukan untuk seluruh mobil berplat hitam, sementara mobil berplat kuning seluruhnya berhak menerima jatah premium yang merupakan BBM Bersubsidi. (fn/ant/km) www.suaramedia.com