Data Kementerian Kesehatan sampai 30 September 2010, secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan sebanyak 22.726 kasus tersebar di 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota di Indonesia.
Penyebab utama atau cara penularan terbanyak adalah hubungan heteroseksual (51,3 persen), Injection Drug User atau pengguna Narkoba suntik/Penasun (39,6 persen), Lelaki Seks Lelaki atau LSL (3,1 persen) dan perinatal atau dari ibu pengidap kepada bayinya (2,6 persen).
Dr Kemal N Siregar PhD pernah mengatakan LSL ini adalah suatu kelompok atau sub masyarakat yang paling tersembunyi (hidden) sehingga sulit sekali untuk diidentifikasi.
Para pria yang melakukan Lelaki Seks Lelaki (LSL) sebenarnya tidak mempunyai orientasi seksual terhadap lelaki. Tapi karena kondisilah yang membuat dirinya menjadi LSL.
Perilaku LSL banyak ditemui di komunitas yang mayoritas banyak lelakinya seperti di asrama, penjara, pekerja di tengah laut. Hasrat seksual LSL dengan pasangan wanita tidak tersalurkan karena kondisi lingkungannya tidak ada wanita.
Kasus 2010
Kasus HIV/AIDS hingga 2010 yang terbanyak menimpa kelompok belia dan produktif (usia 20-39 tahun) sebanyak 78,8 persen, usia 20-29 tahun (47,8 persen), diikuti kelompok umur 30-39 tahun (30,9 persen) dan kelompok umur 40-49 tahun (9,1 persen).
Dari jumlah tersebut, 4.250 kasus atau 18,7 persen diantaranya meninggal dunia.
Kasus AIDS terbanyak dilaporkan dari Provinsi Papua, Bali, DKI Jakarta, Kalimantan Barat dan Kep. Riau.
Rate kumulatif kasus AIDS tertinggi terjadi di Provinsi:
- Papua (14,2 kali angka nasional)
- Bali (5 kali angka nasional)
- DKI Jakarta (3,4 kali angka nasional)
- Kalimantan Barat (2,4 kali angka nasional)
- Kep. Riau (2,5 kali angka nasional)
- Maluku (1,5 kali angka nasional)
- DI Yogyakarta (1,4 kali angka nasional)
- Bangka Belitung (1,2 kali angka nasional)
- Papua Barat
- Jawa Timur
- Jawa Barat
- Sumatera Barat (1 kali angka nasional)
KPA dan KPAD inilah yang mengkoordinasikan berbagai upaya pencegahan HIV/AIDS yang dilakukan oleh berbagai sektor, antara lain pemerintah, LSM, perguruan tinggi, tokoh agama, tokoh masyarakat dan lain-lain.
Menurut dr Triono, jumlah ini jauh dari jumlah sebenarnya. Yang tercatat ini hanyalah jumlah kasus di permukaan dan hanya termasuk segelintir dari jumlah sebenarnya.
“Kita belum membongkar gunung es untuk kasus HIV/AIDS ini. Kalau semua orang yang berisiko tinggi dites, kasus HIV/AIDS akan jauh dari 22 ribu orang,” kata dr HM Subuh,MPPM, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Ditjen PP&PL. (detikhealth.com, 28/12/2010)
Post a Comment