Prediksi ini cukup beralasan, sebab di era keterbukaan informasi seperti sekarang ini semua orang termasuk ‘anak baru gede’ (ABG) bisa mengakses internet dengan mudah. Tidak hanya di warung internet, kecanggihan perangkat telekomunikasi memungkinkan para ABG mengaksesnya di ponsel.
Dari situ para ABG akan mudah sekali bersinggungan dengan konten-konten berbau pornografi, termasuk video mesum para idola seperti Ariel Peterpan, Luna Maya dan Cut Tari. Keterlibatan para selebritas dalam adegan-adegan tidak senonoh itu memberi kesan seolah-olah siapapun bebas untuk berekspresi.
“Video Ariel ibarat kotak pandora yang terbuka. Sayangnya tidak berimbang, kotak pandoranya terbuka namun tidak ada guidance bagi para remaja,” ungkap Dr Phaidon L Toruan, MM, pakar hidup sehat saat dihubungi detikHealth, Rabu (29/12/2010).
Kurangnya guidance atau tuntunan ini menurut Dr Phaidon disebabkan karena pendidikan seks masih setengah hati, yang ada malah komentar-komentar selebritas lain yang kebanyakan kurang mendidik. Dampaknya, sebagian ABG yang secara psikologis masih labil ini akan mencontoh perilaku seks bebas yang dilakukan idolanya.
Kehamilan di luar nikah merupakan risiko yang mungkin akan dihadapi, lalu jika tidak siap maka para ABG akan mengambil jalan pintas yakni aborsi atau pengguguran kandungan dengan segala risikonya. Risiko lain yang selalu menyertai perilaku seks bebas tak lain adalah HIV/AIDS dan infeksi menular seks lainnya.
Sementara lanjut Dr Phaidon untuk jangka panjang, meningkatnya perilaku seks bebas di tahun 2011 akan memberikan dampak pada 5-10 tahun berikutnya. Pada periode tersebut, para ABG khususnya remaja putri akan merasakan dampak perilaku seks bebas dengan meningkatnya risiko kanker rahim.
“Faktor risiko kanker rahim para perempuan antara lain adalah hubungan seks di usia yang terlalu dini, apalagi berganti-ganti pasangan. Jika pernah pacaran hingga ML lalu putus, selalu ada kemungkinan ia akan melakukannya lagi dengan pacar barunya,” tambah Dr Phaidon.
Dr Phaidon menilai, meningkatnya kesadaran untuk menggunakan kondom di kalangan masyarakat belum bisa terlalu diharapkan. Meski pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah mengimbau, edukasi dari pihak swasta terutama perusahaan kondom dinilai akan lebih memberikan pengaruh. (detikhealth.com, 29/12/2010)
Post a Comment