Sepuluh tahun invasi AS ke Afghanistan pasca peristiwa 11 September 2001 ternyata penuh kebohongan yang sengaja dilakukan para politisi AS dengan bantuan media massa agar publik dunia mendukung invasi itu.
Penulis, Juan R.I Cole dan Richard P. Mitchell, seorang profesor sejarah di Universitas Michigan menyusun daftar "10 kebohongan Besar" perang AS di Afghanistan. Berikut daftar 10 kebohongan besar itu;
1. AS menginvasi Afghanistan untuk melawan Al-Qaida
Faktanya, Direktur CIA Leon Panetta mengakui bahwa hanya ada sekitar 50 sampai 100 kelopok Al-Qaida yang beroperasi di Afghanistan. Target AS sebenarnya adalah dua tokoh mujahidin yang justru pernah menjadi sekutu AS yaitu Gulbaddin Hekmatyar dan kelompok Hizbut Islam-nya dan Jalaluddin Haqqani, pemimpin kelompok jaringan Haqqani. Karena dianggap sahabat AS, mantan Presiden Ronald Reagan bahkan menjuluki kelompok Hekmatyar dan Haqqani dengan sebutan "pejuang kebebasan" dan mensejajarkan mereka dengan "Bapak Pendiri Amerika".
Kedua kelompok itu menjadi sekutu AS untuk melawan invasi Uni Soviet ke Afghanistan di era tahun 1980-an. Untuk itu, Kongres AS tidak segan-segan menyetujui pengguliran dana miliaran dollar oleh pemerintah AS pada kedua kelompok itu. Bagi AS, kedua kelompok ini lebih mematikan dibandingkan dengan sosok si "Taliban Tua" Mullah Omar. Menurut kedua Cole dan Mitchell, mereka hanya manifestasi dari nasionalisme Muslim Pashtun, suku bangsa terbesar di Afghanistan dan bukan musuh abadi AS karena pernah menjadi sekutu dan klien AS. Selain itu, Hekmatyar juga kerap mengecam Al-Qaeda.
2. Orang Asing bertanggung jawab atas merebaknya korupsi di Afghanistan
Jejak korupsi besar di Afghanistan biasanya mengarah ke orang-orang di sekeliling Presiden Afghanistan Hamid Karzai. Orang-orang Karzai membuat bangkrut bank Kabul dan mereka juga yang memaksa pemerintah untuk menggulirkan dana untuk menyelamatkan bank tersebut.
Selain itu, bantuan dana sebesar 42 juta dollar untuk keperluan obat-obatan tentara Afghanistan yang diberikan AS pada tahun ini, sebagian besar menguap dan Karzai sudah memecat pejabatnya yang mengurus dana tersebut. Para pejabat AS juga menuding saudara lelaki Karzai di Kandahar mengelola bisnis ilegal dan perdagangan narkoba.
3. Negara Syiah Iran mempersenjatai kelompok Sunni, Syiah membenci Taliban
Faktanya, Menteri Pertahanan Robert M. Gates pada Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini bulan Februari lalu mengatakan bahwa agen-agen intelijen mengindikasikan bahwa ada aliran sejumlah material letal di perbatasan Afghanistan-Iran. Informasi ini terungkap dari pesan diplomatik yang dibocorkan Wikileaks
4. Presiden Hamid Karzai "sekutu utama" AS
Faktanya, Karzai berulangkali mengancam AS bahwa dirinya akan bergabung dengan Taliban. Karzai juga mengakui telah menerima bantuan sebesar 2 juta dollar per tahun dari Iran.
5. Pemilu presiden tahun 2009 dan pemilu parlemen baru-baru ini sudah kredibel dan menambah legitimasi pemerintahan Afghanistan.
Faktanya, kedua pemilu itu penuh kecurangan. Seperempat dari jumlah suara untuk parlemen harus dianulir karena diduga terjadi kecurangan dalam pemungutan suara, dan 10 persen pemenang pemilu juga seharusnya tidak duduk di parlemen karena melakukan pelanggaran serius dalam pemilu.
6. Aghanistan masih menginginkan pasukan AS tetap berada di negara itu, meski tidak puas dengan sepak terjang pasukan asing.
Faktanya, sebuah survei menunjukkan bahwa 55 persen rakyat Afghanistan menginginkan pasukan AS angkat kaki dari negara mereka. Dan rakyat Afghanistan yang mendukung serangan Taliban terhadap NATO meningkat dari 9 persen pada tahun 2009 menjadi 27 persen pada tahun 2010.
7. Invasi AS ke Afghanistan dibenarkan atas dasar peristiwa serangan 11 September
Faktanya, sebuah survei menunjukkan bahwa di provinsi Helmand dan Kandahar, 92 persen responden pria tidak pernah mendengar soal serangan 11 September.
8. Serangan-serangan udara presisi yang dilancarkan AS untuk memaksa Taliban ke meja perundingan
Faktanya, satu-satunya pemimpin tertinggi Taliban dicurigai telah melakukan perundingan dengan AS. Orang kedua Taliban setelah Mullah Omar sudah menjadi penipu dan berkhianat.
9. Rakyat Afghanistan menginginkan pasukan AS dan NATO tetap tinggal di Afghanistan karena merasa terlindungi oleh pasukan asing itu.
Faktanya, survei terbaru menunjukkan hanya 36 persen rakyat Afghanistan yang yakin bahwa pasukan AS bisa melindungi mereka. Hanya 32 persen rakyat Afghanistan yang memberikan penilaian positif pada upaya yang dilakukan AS untuk "memperbaiki" Aghanistan.
10. Upaya memberangus kelompok militan di Afghanistan mengalami kemajuan besar
Faktanya, National Intelligence Estimate yang melibatkan 16 badan intelijen baru-baru ini merilis hasil estimasi mereka bahwa tidak ada kemajuan sama sekali dalam upaya AS memberangus kelompok militan di Afghanistan. Mereka bahkan mengingatkan bahwa Taliban sudah berhasil menguasai sebagian besar wilayah Afghanistan dan kelompok itu hidup nyaman di Pakistan dengan "perlindungan" pemerintah Pakistan.
Data PBB menyebutkan, perang AS di Afghanistan sudah menelan 6.000 korban jiwa dalam kurun waktu 10 bulan di tahun 2010. Angka ini meningkat 20 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun 2009. Di pihak AS dan NATO, tentara yang tewas selama tahun 2010 mencapai 701 orang, meningkat 25 persen dibandingkan tahun 2009. Dalam sebulan, terjadi sekitar 1.000 serangan yang dilakukan kelompok militan di Afghanistan, meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2009. (ln/prtv)
Penulis, Juan R.I Cole dan Richard P. Mitchell, seorang profesor sejarah di Universitas Michigan menyusun daftar "10 kebohongan Besar" perang AS di Afghanistan. Berikut daftar 10 kebohongan besar itu;
1. AS menginvasi Afghanistan untuk melawan Al-Qaida
Faktanya, Direktur CIA Leon Panetta mengakui bahwa hanya ada sekitar 50 sampai 100 kelopok Al-Qaida yang beroperasi di Afghanistan. Target AS sebenarnya adalah dua tokoh mujahidin yang justru pernah menjadi sekutu AS yaitu Gulbaddin Hekmatyar dan kelompok Hizbut Islam-nya dan Jalaluddin Haqqani, pemimpin kelompok jaringan Haqqani. Karena dianggap sahabat AS, mantan Presiden Ronald Reagan bahkan menjuluki kelompok Hekmatyar dan Haqqani dengan sebutan "pejuang kebebasan" dan mensejajarkan mereka dengan "Bapak Pendiri Amerika".
Kedua kelompok itu menjadi sekutu AS untuk melawan invasi Uni Soviet ke Afghanistan di era tahun 1980-an. Untuk itu, Kongres AS tidak segan-segan menyetujui pengguliran dana miliaran dollar oleh pemerintah AS pada kedua kelompok itu. Bagi AS, kedua kelompok ini lebih mematikan dibandingkan dengan sosok si "Taliban Tua" Mullah Omar. Menurut kedua Cole dan Mitchell, mereka hanya manifestasi dari nasionalisme Muslim Pashtun, suku bangsa terbesar di Afghanistan dan bukan musuh abadi AS karena pernah menjadi sekutu dan klien AS. Selain itu, Hekmatyar juga kerap mengecam Al-Qaeda.
2. Orang Asing bertanggung jawab atas merebaknya korupsi di Afghanistan
Jejak korupsi besar di Afghanistan biasanya mengarah ke orang-orang di sekeliling Presiden Afghanistan Hamid Karzai. Orang-orang Karzai membuat bangkrut bank Kabul dan mereka juga yang memaksa pemerintah untuk menggulirkan dana untuk menyelamatkan bank tersebut.
Selain itu, bantuan dana sebesar 42 juta dollar untuk keperluan obat-obatan tentara Afghanistan yang diberikan AS pada tahun ini, sebagian besar menguap dan Karzai sudah memecat pejabatnya yang mengurus dana tersebut. Para pejabat AS juga menuding saudara lelaki Karzai di Kandahar mengelola bisnis ilegal dan perdagangan narkoba.
3. Negara Syiah Iran mempersenjatai kelompok Sunni, Syiah membenci Taliban
Faktanya, Menteri Pertahanan Robert M. Gates pada Menteri Luar Negeri Italia Franco Frattini bulan Februari lalu mengatakan bahwa agen-agen intelijen mengindikasikan bahwa ada aliran sejumlah material letal di perbatasan Afghanistan-Iran. Informasi ini terungkap dari pesan diplomatik yang dibocorkan Wikileaks
4. Presiden Hamid Karzai "sekutu utama" AS
Faktanya, Karzai berulangkali mengancam AS bahwa dirinya akan bergabung dengan Taliban. Karzai juga mengakui telah menerima bantuan sebesar 2 juta dollar per tahun dari Iran.
5. Pemilu presiden tahun 2009 dan pemilu parlemen baru-baru ini sudah kredibel dan menambah legitimasi pemerintahan Afghanistan.
Faktanya, kedua pemilu itu penuh kecurangan. Seperempat dari jumlah suara untuk parlemen harus dianulir karena diduga terjadi kecurangan dalam pemungutan suara, dan 10 persen pemenang pemilu juga seharusnya tidak duduk di parlemen karena melakukan pelanggaran serius dalam pemilu.
6. Aghanistan masih menginginkan pasukan AS tetap berada di negara itu, meski tidak puas dengan sepak terjang pasukan asing.
Faktanya, sebuah survei menunjukkan bahwa 55 persen rakyat Afghanistan menginginkan pasukan AS angkat kaki dari negara mereka. Dan rakyat Afghanistan yang mendukung serangan Taliban terhadap NATO meningkat dari 9 persen pada tahun 2009 menjadi 27 persen pada tahun 2010.
7. Invasi AS ke Afghanistan dibenarkan atas dasar peristiwa serangan 11 September
Faktanya, sebuah survei menunjukkan bahwa di provinsi Helmand dan Kandahar, 92 persen responden pria tidak pernah mendengar soal serangan 11 September.
8. Serangan-serangan udara presisi yang dilancarkan AS untuk memaksa Taliban ke meja perundingan
Faktanya, satu-satunya pemimpin tertinggi Taliban dicurigai telah melakukan perundingan dengan AS. Orang kedua Taliban setelah Mullah Omar sudah menjadi penipu dan berkhianat.
9. Rakyat Afghanistan menginginkan pasukan AS dan NATO tetap tinggal di Afghanistan karena merasa terlindungi oleh pasukan asing itu.
Faktanya, survei terbaru menunjukkan hanya 36 persen rakyat Afghanistan yang yakin bahwa pasukan AS bisa melindungi mereka. Hanya 32 persen rakyat Afghanistan yang memberikan penilaian positif pada upaya yang dilakukan AS untuk "memperbaiki" Aghanistan.
10. Upaya memberangus kelompok militan di Afghanistan mengalami kemajuan besar
Faktanya, National Intelligence Estimate yang melibatkan 16 badan intelijen baru-baru ini merilis hasil estimasi mereka bahwa tidak ada kemajuan sama sekali dalam upaya AS memberangus kelompok militan di Afghanistan. Mereka bahkan mengingatkan bahwa Taliban sudah berhasil menguasai sebagian besar wilayah Afghanistan dan kelompok itu hidup nyaman di Pakistan dengan "perlindungan" pemerintah Pakistan.
Data PBB menyebutkan, perang AS di Afghanistan sudah menelan 6.000 korban jiwa dalam kurun waktu 10 bulan di tahun 2010. Angka ini meningkat 20 persen dibandingkan pada periode yang sama tahun 2009. Di pihak AS dan NATO, tentara yang tewas selama tahun 2010 mencapai 701 orang, meningkat 25 persen dibandingkan tahun 2009. Dalam sebulan, terjadi sekitar 1.000 serangan yang dilakukan kelompok militan di Afghanistan, meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 2009. (ln/prtv)
Post a Comment