Paradoks dengan sebagian besar umat Islam di dunia yang kebanyakan bisa dikatakan 'meragukan' langsung maupun tidak langsung kebenaran kitab sucinya sendiri dan lebih 'percaya' ideologi lain dengan berbagai alasan, namun Rabbi Yahudi justru sangat yakin kebenaran kitab Taurat dibandingkan ideologi buatan manusia yang sangat digandrungi umat Islam saat ini yaitu Demokrasi.
"Rabbi Yahudi tidak terikat oleh pembatasan yang ada di demokrasi" - menurut Rabbi Elyakim Levanon, salah satu rabbi senior dari Yudea dan Samaria.
Pada debat membahas keterlibatan rabbi di dalam perjuangan umum, pada hari Rabu lalu, Rabbi Levanon menyatakan bahwa sistem pemerintahan demokratis dan pengambilan keputusan telah "mendistorsi realitas" karena menciptakan sebuah jalan tengah kompromi yang palsu, itulah sebabnya rabbi berkomitmen untuk Taurat sebagai "kebenaran mutlak" - dan tidak berkomitmen untuk demokrasi.
Pada perdebatan, rabbi Levanon dirujuk kepada pernyataan kontroversial yang dibuat oleh dirinya dan rekan-rekannya yang memutuskan bahwa rabbi memiliki hak istimewa untuk menjaga pendapat mereka kepada diri mereka sendiri, bahkan jika hal itu bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi, namun mereka merujuk kepada Taurat.
"Orang-orang dipaksa untuk mengatakan 'setengah kopi, setengah teh'," klaimnya, "Sedangkan rabbi bebas untuk berpikir murni, pikiran yang jelas, bahkan jika komentar mereka mungkin tampak aneh di mata orang. Rabbi bisa mengatakan hal-hal yang politis, legalis sedangkan pemikir demokrasi tidak bisa."
Bagaimana dengan umat Islam hari ini? Demi sebuah kekuasaan, sebagian umat Islam lebih yakin dengan ideologi yang namanya Demokrasi. Dengan berbagai alasan dan ngeles, sebagian umat Islam lebih percaya jalur demokrasi dalam menegakkan Islam. Mereka secara tidak langsung ragu dengan kebenaran mutlak Al-Quran maupun sunnah Rasulullah SAW.(fq/ynet) eramuslim.com
"Rabbi Yahudi tidak terikat oleh pembatasan yang ada di demokrasi" - menurut Rabbi Elyakim Levanon, salah satu rabbi senior dari Yudea dan Samaria.
Pada debat membahas keterlibatan rabbi di dalam perjuangan umum, pada hari Rabu lalu, Rabbi Levanon menyatakan bahwa sistem pemerintahan demokratis dan pengambilan keputusan telah "mendistorsi realitas" karena menciptakan sebuah jalan tengah kompromi yang palsu, itulah sebabnya rabbi berkomitmen untuk Taurat sebagai "kebenaran mutlak" - dan tidak berkomitmen untuk demokrasi.
Pada perdebatan, rabbi Levanon dirujuk kepada pernyataan kontroversial yang dibuat oleh dirinya dan rekan-rekannya yang memutuskan bahwa rabbi memiliki hak istimewa untuk menjaga pendapat mereka kepada diri mereka sendiri, bahkan jika hal itu bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi, namun mereka merujuk kepada Taurat.
"Orang-orang dipaksa untuk mengatakan 'setengah kopi, setengah teh'," klaimnya, "Sedangkan rabbi bebas untuk berpikir murni, pikiran yang jelas, bahkan jika komentar mereka mungkin tampak aneh di mata orang. Rabbi bisa mengatakan hal-hal yang politis, legalis sedangkan pemikir demokrasi tidak bisa."
Bagaimana dengan umat Islam hari ini? Demi sebuah kekuasaan, sebagian umat Islam lebih yakin dengan ideologi yang namanya Demokrasi. Dengan berbagai alasan dan ngeles, sebagian umat Islam lebih percaya jalur demokrasi dalam menegakkan Islam. Mereka secara tidak langsung ragu dengan kebenaran mutlak Al-Quran maupun sunnah Rasulullah SAW.(fq/ynet) eramuslim.com
Post a Comment