Sebenarnya, Amerika telah melonggarkan embargo peralatan militernya sejak 2005 lalu tidak lama setelah SBY terpilih sebagai presiden. Namun normalisasi itu sangat terbatas. Dalam proses selanjutnya, Amerika mengajukan berbagai persyaratan.
Menhan AS Robert Gates mengatakan, AS akan mencabut larangan kontak dan pelatihan ke Kopasus setelah pemerintahan Obama menyimpulkan bahwa Kopasus telah dibersihkan dari dan memiliki komitmen kepada HAM. Melalui pembicaraan selama berbulanbulan, akhirnya AS meyakini Kopasus telah memenuhi persyaratan.
Pejabat Dephan AS mengatakan, Indonesia telah membersihkan Kopasus dari orangorang yang terlibat dalam pelanggaran HAM. Kopasus pun dinilai telah berhasil memprofesionalkan para pejabatnya dalam satu dekade ini. Dan kini yang memegang komando adalah orangorang yang dianggap memiliki reputasi bersih.
Keputusan itu tak ayal mendapat protes dari senator Patrick Leahy, yang dahulu memprakarsai lahirnya UU yang melarang kerjasama militer dengan militer manapun yang terindikasi melanggar HAM. Begitu juga keputusan itu juga mendapat protes dari organisasi da aktivis HAM. Editorial Washington Post mengomentari para pengkritik itu. “Kami berpikir bahwa mereka yang mengkritik itu melupakan poin kunci. Indonesia saat ini sudah berdemokrasi.
Dalam persiapan pencabutan larangan itu, pejabat Dephan AS mengatakan bahwa mereka telah meminta pemerintah Indonesia dalam bulanbulan lalu untuk memindahkan “hampir selusin” anggota Kopasus yang terlibat pelanggaran HAM. Yang paling akhir adalah pencopotan Letkol Tri Hartomo yang divonis penjara oleh pengadilan militer akibat pelanggaan yang menyebabkan terbunuhnya aktivis Papua Theys Eluay.
Satu faktor penting di balik normalisasi kerja sama AS dengan Kopasus itu adalah dalam kerangka menyikapi tantangan yang muncul dari Cina. Kurt Campbell, asisten menteri untuk Asia Timur dan Pasifik barubaru ini berkomentar, “Terdapat kebijakan yang baik dari Cina dalam melibatkan pihak lain di kawasan.”Di sinilah pentingnya posisi Indonesia di mata AS.
Amerika tak mau kalah pengaruh dengan Cina dalam mendekati Indonesia. PM Wen Jiabao dalam kunjungan di Jakarta, berjanji akan datang dengan membawa banyak hadiah untuk bangsa Indonesia.
Ernie Bowring, ahli di the Center for Strategic and International Studies (CSIS) mengatakan, saat ini AS terlihat tengah berupaya mengepung Cina dengan memperkuat hubungan dengan India, kemudian secara bertahap membangun hubungan dengan Vietnam dan melalui Jepang, Australia dan Korea Selatan. AS berupaya mengokohkan posisinya dalam menghadapi pengaruh Cina. Pilihannya bagi AS adalah menjadikan Indonesia sebagai mitra strategis (baca: sekutu).
Washington juga memerhatikan pentingnya Indonesia bagi bisnis AS, peluang perdagangan dan investasi di pasar yang secara historis sangat menguntungkan bagi bisnis asing. Penurunan porsi perdagangan dan investasi AS mungkin akan sulit membangkitkan pertumbuhan ekonomi kawasan ini. Akan tetapi hampir tidak ada penolakan terhadap pengaruh kultur AS, meski Indonesia menolak politik AS di Timur Tengah.
Jadi normalisasi kerja sama AS dengan Kopasus merupakan simbol yang bisa jadi sama pentingnya dengan sebagian isi kunjungan Obama yang sudah tertunda dua kali dan akan dijadwalkan pada November mendatang. Tidak heran bila pengumuman pencabutan embargo peralatan militer ini justru diumumkan di Jakarta, bukan di Amerika.
Bowring menulis, “Semua itu membuat lebih penting sehingga AS menghilangkan hambatan dalam dirinya untuk memperkokoh pengaruh di Asia Tenggara dengan fokus kepada Indonesia dalam mencari dan mendefinisikan kepentingan dan partner strategisnya. Keputusan tentang Kopasus ini haruslah baru sekedar permulaan”. Itulah yang terjadi. Indonesia jadi bemper Amerika.[]
Harits Abu Ulya, Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI

Post a Comment