Mantan KSAD Jendral (Purn) Tyasno: Isu Terorisme Alat Penjajahan Neoliberal


Selama enam tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memang terjadi banyak perubahan tetapi perubahan itu adalah perubahan yang negatif. Kalau dulu, rakyat di negeri yang kaya raya dengan sumber daya alam ini  banyak yang masih miskin sekarang kemiskinan itu sudah menurun.  ”Tetapi sayangnya menurunnya ke anak cucu!” kelekar Jenderal (purn.) Tyasno Sudarto dan disambut tawa peserta talkshow Halqah Islam dan Peradaban (HIP) ke-23, Selasa (19/10) siang di Wisma Antara, Jakarta Pusat.
Dalam talkshow yang bertema Quo Vadis Pemerintahan Neolib dan Masa Depan Umat: Refleksi 6 Tahun Pemerintahan SBY itu, Tyasno pun menyoroti masalah terorisme. Menurut mantan Kepala Staf  Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) ini isu terorisme dijadikan kaum neo liberal (neolib) untuk melakukan penjajahan gaya baru.
Awalnya terorisme terjadi sebagai bentuk perlawanan dari kelompok minoritas yang mendapat perlakuan tidak adil dari pemerintah. Bila menuntut keadilan dengan tata cara yang berlaku secara formal prosedural tidak akan didengar maka mereka pun melakukan tindakan tersebut untuk menunjukkan eksistensinya untuk memperjuangkan keadilan bagi kelompoknya.
Untuk terorisme ini maka langkah-langkahnya dalam menuntut keadilan harus diluruskan karena bila dibiarkan akan berakibat kepada korban-korban yang tidak berdosa semakin banyak.  ”Tetapi ini malah dimanfaatkan oleh kaum neolib, kapitalis, dan imperialis menjadi salah satu pintu masuk penjajahan gaya baru!” ujar mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) TNI itu.
Menurutnya, pemerintahan neolib melakukan ini sesuai dengan arahan dari ideolog kapitalis Samuel Huntington yang menyatakaan setelah komunis runtuh yang menjadi lawannya tinggal Islam. “Karena memang Islam itu anti kapitalisme, anti liberalisme, anti imperialisme dan anti penjajahan dalam segala bentuknya,” ungkapnya.  Oleh karena itu, tidak aneh masalah terorisme ini banyak sekali dikaitkan dengan Islam. Padahal Islam tidak pernah mengajari umatnya untuk membunuh masyarakat yang tidak berdosa.
Tyasno pun menuding presiden yang juga pensiunan Jenderal TNI AD itu sebagai orang yang melanggar Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, khususnya marga ke tiga yang berbunyi, Kami ksatria Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta membela kejujuran, kebenaran, dan keadilan.
Berdasarkan itu, Tyasno menilai pemerintahan rezim neolib ini tidak jujur dan gemar membohongi rakyatnya, bukan membela kebenaran tetapi membela kekuasaan dan keadilan itu tidak berlaku kepada rakyat. “Keadilan hanya untuk pemodal kapitalis dan imperialis,” ujarnya.
Tyasno pun menyimpulkan. “Menurut saya pemerintah sekarang ini sudah gagal!” pungkasnya. (mediaumat.com, 20/10/2010)