Imam Al-Azhar: Nilai-Nilai Kebebasan Dan Demokrasi Bukan Untuk Umat Islam


  Imam Al-Azhar, Dr Ahmad Al-Tayyeb meyakini bahwa Barat selama ini telah jelas melakukan praktik-praktik standar ganda terhadap hak-hak umat Muslim.
“Pemerintahan Barat menggunakan standar ganda terhadap agama minoritas yang tinggal di tanah mereka, baik dari segi berpakaian ataupun praktik agama,” kata Dr Ahmed Al-Tayyeb kepada OnIslam.net dalam sebuah wawancara eksklusif.  Tayyeb mengatakan bahwa baik di Eropa atau di AS, hak-hak minoritas keagamaan berada dalam garis merah.
“Mereka tidak akan pernah membahayakan hak-hak perempuan Yahudi atau Budha,” ia berpendapat.
“Namun hak, penghormatan dan kebebasan beragama lenyap begitu saja ketika menyangkut umat Muslim.”
Hak-hak minoritas Muslim, dari gedung mesjid sampai mengenakan jilbab, telah menjadi pusat kontroversi di Barat dalam beberapa tahun terakhir.
Misalnya saja di AS tentang pembangunan sebuah masjid di dekat lokasi serangan 9 / 11 di New York.
Di Prancis, pemerintahnya menyetujui larangan cadar, atau niqab, di tempat umum, beberapa tahun setelah pelarangan jilbab.
Beberapa negara Eropa termasuk Italia, Jerman, Belgia, Spanyol dan Inggris juga mengusulkan dan mempertimbangkan hukum yang serupa.
Tahun lalu, Swiss melarang kubah masjid. Swedia dan Italia akan menyusul.
Tayyeb mengatakan dia mengecam prasangka seperti itu terhadap Muslim, dan telah mengangkat isu ini berulang kali selama kunjungannya ke negara-negara Eropa.
“Nilai-nilai kebebasan dan demokrasi Eropa bukan untuk umat Islam,” ia menambahkan.
“Ketika menyangkut umat Muslim, selalu ada kasus yang berbeda untuk dipertimbangkan. Ini melemahkan esensi dari demokrasi Barat. ” (sa/onislam/eramuslim) (sa/onislam/eramuslim)