Bahan Mikro Nuklir Bom Bali Cuma Israel Yang Punya

Memang sudah bukan jamannya lagi percaya berita apa adanya,.. periksa,. periksa dan periksa,.. banyak berita dibalik berita,.. waspadalah!!
Kapolri: Bahan Mikro Nuklir Tak Ditemukan pada Bom Bali
Reporter : Gita Fajar P Mega
detikcom – Jakarta, Kapolri Jenderal Polisi Da’i Bachtiar membantah jika ledakan di
Jl. Legian Kuta, Bali merupakan ledakan Mikro Nuklir. Hal tersebut diungkapkan Kapolri
karena tidak ditemukannya bahan-bahan Mikro Nuklir di tempat kejadian perkara (TKP).
“Kalau bahan itu (Mikro Nuklir), tidak ditemukan di TKP, “kata Da’I sebelum menghadiri
rapat gabungan antara pemerintah bidang Polkam dengan Komisi I dan II di Gedung DPR RI
Senayan, Jl. Gatot Subroto, Kamis (31/10/2002).
Kapolri menambahkan unsur peledak yang ditemukan di TKP, Jl. Legian, Kuta, Bali
keseluruhannya merupakan bagian dari C4. “Yakni nitrat, TNT dan ADX. Itu semua bagian
dari C4,” imbuhnya.
Untuk diketahui, berita yang beredar selama ini ledakan bom Bali, 12 Oktober
diakibatkan oleh bom C4. Namun ternyata ada kabar baru. Seorang penyelidik swasta AS
Joe Vialls menyatakan ledakan itu bukan dari C4, melainkan 99,78 persen murni
plutonium 239 tanpa uranium 238 “neutron reflector” atau dikenal juga mikro nuklir.
(tbs)

Ahli Bom: Fakta Menunjukkan Bom di Bali Mikro Nuklir
Reporter : Arifin Asydhad
detikcom – Jakarta, Berita bahwa ledakan bom di Bali merupakan mikro nuklir bisa jadi
bukan omong kosong. Fakta-fakta di lapangan menunjukkan bahwa ledakan di Jl. Legian,
Kuta, Bali sangat mungkin akibat ledakan mikro nuklir.
Adanya unsur nuklir dalam ledakan di Bali ini pertama kali dimunculkan halturnershow,
sebuah situs milik Hal Turner yang mengelola acara talk show radio paling
kontroversial di Amerika Serikat. Setelah detikcom mengklarifikasikan dengan seorang
ahli bom di lingkungan TNI, berita di halturnershow bisa dijelaskan dengan gamblang.
Kepada detikcom, Kamis (31/10/2002) sumber yang pernah menjadi guru nuklir di sekolah
TNI ini sependapat dengan berita itu. Menurut dia, bom di Legian itu merupakan bahan
peledak Plutonium 239 tanpa dilapisi Uranium 238.
Ledakan jenis bahan peledak ini bisa dikembalikan dan bersih. Artinya, bahan peledak
ini tidak mengeluarkan radio aktif, karena sinar Beta dan sinar Gamma sudah dicuci,
sehingga yang tertinggal adalah sinar Alfa. “Bom ini mengeluarkan berjuta-juta
partikel radio aktif Alfa. Tetapi, daya jelejahnya hanya beberapa kaki,” kata dia.
Sepengetahuan dia, bom jenis ini hanya diproduksi oleh satu negara di dunia, Israel.
Bom ini dibuat di Pusat Nuklir Israel di Dimona, di Gurun Negev, sebuah kawasan
tertutup sejak 1960.
Di kalangan militer, bom ini disebut dengan micro-nuc atau micro nuclear. Dibuat dalam
berbagai varian kekuatan. Yang terkecil, setara dengan kekuatan 2000 kilo Highs
Explosive (HE) TNT dan terkuat setara dengan kekuatan 100.000 HE TNT.
“Dari besarnya kawah di bekas ledakan di depan Sari Club, berdiameter 7,0 meter dengan
kedalaman 1,50 meter, setidaknya kekuatan bahan peledak yang digunakan setara dengan
4000 HE TNT,” kata dia.
Dia memperkirakan bom ini sebesar mug copy dengan diameter 6 inchi (15 cm). Bom dibuat
secara stabil, sehingga dilemparkan atau terkena api, tidak akan meledak. “Bom seperti
ini memang sering digunakan di luar negeri untuk operasi yang sembunyi-sembunyi,”
ungkapnya.
Untuk meledakkan bom ini atau mengubah status stabil menjadi masakritis, kata dia,
diperlukan pemicu. “Pemicunya tidak lain adalah C4, bahan peledak yang bersifat
lamban. Dia harus juga diledakkan dengan RDX,” ujarnya.
Bagaimana dahsyatnya bom ini? Pada saat mencapai masakritis dalam tempo 5/1000 detik,
micro-nuc mengalami eksplosi dan membentuk bola api, yang panasnya pada titik ledak
sekitar 300 ribu derajat celcius. “Bola api itu mengembang dan melemparkan ke udara 2
ton aspal batu, tanah, pasir, dan sebagainya yang ada di permukaan jalan di depan Sari
Club dan membentuk kawah berdiamater 7 meter tadi itu,” kata dia menganalisis.
Menurut dia, gelombang panas 300 ribu derajat Celcius ini membakar bangunan sampai dua
blok di sekitar Sari Club serta 100-an mobil. Dalam catatan yang dimilikinya, sebanyak
47 bangunan yang terbakar akibat bom di Legian itu.
“Dalam jarak 10 meter dari titik ledak itu, seseorang akan musnah menguap
(evaporasing), seperti dikremasi. Jarak yang lebih jauh lagi sekitar 50 meter dari
titik ledak, manusia akan menjadi serpihan-serpihan kecil. Daging, tulang, dan
semacamnya hilang. Sedangkan, pada jarak sekitar 100 meter akan terjadi kebakaran
hebat,” jelasnya.
Karena dahsyatnya efek ledakan ini, kata dia, tiga dokter ahli di Sydney Australia
malah bingung ketika menerima pasien korban bom Legian. “Mereka belum pernah melihat
adanya kebakaran kulit sehebat itu, karena memang terbakarnya kulit seperti itu hanya
bisa terjadi akibat dampak dari gelombang tanah dari nuklir,” terangnya.
Efek kedua dari micro nuclear ini adalah adanya gelombang tekan. Artinya, adanya
tekanan ke segala arah dengan kecepatan 1 juta kaki per detik.
Dampak dari gelombang tekan, terjadilah angin taufan nuklir ke segala arah. “Angin
taufan inilah yang meluluhlantakkan 47 bangunan di sekitar Jl. Legian. Besi terputus
dan kaca beterbangan, sehingga menimbilkan efek sekunder,” ungkapnya.
“Besi dan kaca yang beterbangan itu akan memutus apa saja. Itu sebabnya, ditemukan
jenazah tidak berlengan atau anggota tubuh lainnya yang ditemukan di atas atap.
Adapaun 100-an mobil yang hancur itu akibat gelombang tekan dan gelombang panas yang
bersifat menghancurkan dan membakar,” tambahnya.
Efek ketiga, adanya radio aktif dengan mengeluarkan sinar alfa. Berjuta-juta partikel
sinar Alfa ini akan hilang disapu oleh angin pantai dan hilang. “Inilah sebabnya,
Geiger Counter (alat untuk menghitung radio aktif) tidak bisa mendeteksi,” kata dia.
Efek lainnya akibat ledakan bom ini, kata dia, adanya cendawan nuklir (mushroom) saat
ledakan terjadi. “Foto ini bisa dilihat di majalah Kompas halaman 10 tanggal 14
Oktober. Ciri seperti ini adalah ledakan nuklir, bukan TNT,” ujarnya.
Menurut dia, ledakan TNT hanya menimbulkan api selama dua detik dan tidak bersifat
membakar. Sedangkan ledakan nuklir memunculkan api, karena adanya gelombang panas,
munculnya proses cendawan dan jilatan api menuju langit cukup lama,” jelasnya.
Bom seperti ini, sudah diuji coba oleh AS di Kosovo dan Irak (1991), dan terakhir di
Afganistan, saat AS memburu kaum Taliban di pegunungan Bora-Bora. Penggunaan bom
seperti di daerah pegunungan Afganistan, sangat efektif.
Lantas, bagaimana pelaku menghilangkan jejak? “Diledakkanlah bom konvensional yang
jauhnya 3 bangunan dari Sari Club, yaitu di depan Paddy’s Café,” ujarnya.
Ledakan di Paddy’s Café inilah yang menggunakan sebuah mobil van. Peledakannya
menggunakan bahan C4 dan RDX. “Bom di Paddys Café ini saya nilai sebagai flash card,
untuk menipu kawan main,” jelasnya sambil mengutip istilah intelijen.
Dalam analisisnya, bom di depan Paddys Café ini dipasang oleh orang suruhan, yang
tidak tertutup kemungkinan orang lokal. Pelaku suruhan inilah yang akan dikorbankan
oleh pelaku bom sesungguhnya.
Dengan fakta-fakta di lapangan inilah, dia yakin, bom di Legian ini adalah bom buatan
Israel. “Sampai sekarang, aparat keamanan dan penyidik gabungan belum bisa menjelaskan
mengapa ada api berbentuk cendawan. Hal-hal seperti ini tidak mereka ungkapkan,” kata
dia.
Yang ada, kata dia, malah keganjilan. Ini berkaitan sketsa yang dibuat Polri dengan
AFP (Australian Federal Police) berbeda. “Ini sesuatu yang ganjil, karena tidak ada
koordinasi untuk menutupi kejahatan ini,” kata dia. Dia sendiri pesimis, hal-hal di
atas akan bisa diungkap tim penyidik, karena tekanan AS sangatlah kuat.

Ledakan Bom Bali Bukan C4 Tapi Mikro Nuklir!
Reporter : Rita Uli Hutapea
detikcom – Jakarta, Berita yang beredar selama ini adalah bahan peledak C4 digunakan
dalam ledakan bom Bali, 12 Oktober lalu. Namun ternyata ada kabar baru. Bukan C4 yang
digunakan, melainkan 99,78 persen murni plutonium 239 tanpa uranium 238 “neutron
reflector”.
Plutonium yang digunakan ini diproduksi di Dimora, Negev, Israel. Bahan ini hanya
dikuasai oleh pemerintah Israel. Jadi tidak berlebihan bila menuding pemerintah Israel
bertanggung jawab atas tragedi Bali.
Demikian seperti dilansir halturnershow, sebuah situs milik Hal Turner yang mengelola
acara talk show radio paling kontroversial di Amerika Serikat. Turner kerap dianggap
sebagai salah satu bapak kebangkitan talk show di radio-radio Amerika.
Dalam artikel berjudul “Ledakan Bali Sebenarnya Mikro-Nuklir; Menggunakan Radiasi
Alfa, Bukan Radiasi Gamma!”, disebutkan bahwa karena menggunakan radiasi alfa, maka
Geiger counters standar tidak bisa mendeteksi keberadaannya. Pasalnya alat tersebut
hanya bisa mendeteksi radiasi gamma.
Disebutkan pula, tragedi Bali merupakan aksi perang oleh Israel terhadap Indonesia dan
Australia. Ledakan tersebut dirancang agar terlihat sebagai aksi teroris yang
tujuannya untuk membuat Indonesia dan Australia mendukung perang melawan teroris dan
serangan ke Irak.
Dituliskan bahwa salah satu indikasi yang menunjukkan ledakan bom Bali merupakan
ledakan mikro nuklir adalah menghilangnya puluhan tubuh manusia tanpa bekas. Padahal
bahan peledak konvensional tidak mempunyai cukup panas dan velositas untuk memusnahkan
tubuh manusia tanpa sisa. Hanya bom nuklir yang mempunyai panas cukup untuk bisa
melakukan ‘kremasi instan’.
Jadi tidak benar bila C4 yang digunakan dalam ledakan bom di Bali. Kekuatan
Composition 4 (C4) tidaklah sehebat yang dibayangkan orang. Kekuatannya hanya 1,2 kali
lipat kekuatan TNT. Namun C4 ini memang sangat dikenal akan kefleksibelannya dalam
penggunaan.
Anda bisa membentuknya seperti yang Anda suka. Anda juga bisa menempelkannya dimanapun
yang Anda inginkan, termasuk di bawah air dengan risiko personal yang minim.