Orang itu bernama TUHAN

nama tuhanHeboh Nama “TUHAN”
Ustad, MedSos lagi heboh dan ramai dgn pemberitaan seorang tukang kayu dari Jawa Timur yang bernama “TUHAN“ sehingga menimbulkan polemik di tengah2 masyarakat…MUI Jawa Timur telah melarangnya..,dan meminta menganti namanya dgn nama yang lain…..namun ternyata larangan MUI mndapat kecaman dari berbagai Fihak. Karena TUHAN tdak mau mengganti namanya. “
Jawab:
Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Dari Hani’ bin Yazid al-Kindi. Karena bijaksananya, beliau digelari Abul Hakam. Beliau pernah bertamu ke Madinah bersama masyarakat kampungnya. Tiba-tiba Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mendengar, teman-temannya memanggil Hani’ dengan Abul Hakam. Seketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil beliau dan menasehati,
إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْحَكَمُ وَإِلَيْهِ الْحُكْمُ فَلِمَ تُكْنَى أَبَا الْحَكَمِ
“Sesungguhnya hanya Allah al-Hakam, segala hukum kembali kepada-Nya. Mengapa kamu dipanggil al-Hakam?”
Lalu Hani’ bercerita,
“Masyarakatku, setiap kali ada sengketa diantara mereka, maka mereka mendatangiku. Lalu aku yang memberi keputusan setiap sengketa mereka, dan masing-masing ridha dengan keputusanku.”
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkomentar,  “Hebat sekali anda. Apakah anda punya anak laki-laki?”
“Ada, Syuraih, Muslim, dan Abdullah.” Jawab Hani’.
“Siapa yang paling tua?” tanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Syuraih.” Jawab Hani’.
Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan,
فَأَنْتَ أَبُو شُرَيْحٍ
“Jika demikian, panggilanmu Abu Syuraih.” (HR. Abu Daud 4957 & Nasai 5404 dan dishahihkan al-Albani)
Kita bisa lihat, dalam hadis ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengganti nama sahabat dengan nama lain, karena dia mengguakan nama Allah dalam kunyahnya.
Dalam al-Qoul al-Mufid, penjelasan Kitab tauhid dinyatakan,
وأسماء الله تنقسم إلى قسمين:
الأول: ما لا يصح إلا لله; فهذا لا يسمى به غيره، وإن سمي وجب تغييره; مثل: الله، الرحمن، رب العالمين، وما أشبه ذلك.
الثاني: ما يصح أن يسمى به غير الله; مثل: الرحيم، والسميع، والبصير، فإن لوحظت الصفة منع من التسمي به، وإن لم تلاحظ الصفة جاز التسمي به على أنه علم محض.
Nama Allah ada dua macam,
Pertama, nama yang hanya dimiliki oleh Allah. Nama semacam ini tidak boleh diberikan kepada selain Allah. Jika ada orang yang menggunakannya, wajib diubah. Seperti: Allah, ar-Rahman, Rabbul Alamin, atau semacamnya.
Kedua, boleh digunakan untuk selain Allah, seperti ar-Rahim, as-Sami’, atau al-Bashir. Namun jika itu karena diyakini dia memiliki kesempurnaan sifat dalam nama itu, maka tidak menggunakan nama itu. Jika tidak diyakini demikian, boleh menggunakan nama itu. Hanya sebatas nama.
(al-Qoul al-Mufid, 2/260).
Nama TUHAN
Masyarakat kita memahami, nama tuhan sebagai sosok yang disembah. Dalam KBBI, kata memiliki tuhan dua makna,
  1. Sesuatu yang diyakini, dipuja, dan disembah oleh manusia sebagai yang Mahakuasa, Mahaperkasa, dsb.
  2. kedua, sesuatu yang dianggap sebagai Tuhan.
Berdasarkan apa yang dipahami masyarakat yang berbahasa Indonesia, nama Tuhan tidak boleh diberikan selain untuk yang dipertuhankan. Terlepas dari kelayakannya sebagai tuhan. Sementara manusia, sama sekali tidak boleh menggunakan nama itu.
Sebagai muslim, Tuhan hanyalah Allah.  Dia yang kita yakini paling berhak untuk dipuja, dan disembah oleh semua manusia, sebagai yang Dzat yang Mahakuasa, Mahaperkasa, Mahaesa, dst. Dengan demikian, manusia dan makhluk appaun, tidak boleh dinamai Tuhan.
Jika ada yang menggunakan nama ini, wajib diganti.
Allahu a’lam.
Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)
[www.globalmuslim.web.id]