Di sini kita akan mencoba menjelaskan terlebih dahulu tentang bagaimana elemen dasar berupa air, udara, angin, dan tanah, yang menjadi doktrin pewarta theosofi justru kini menjadi rujukan psikotest untuk menjelaskan kepribadian manusia.
Tes Empat kepribadian berupa melankolis, phlegmatis, sanguinis, dan koleris menjalar menjadi psikotes terkenal ketika Flourence Littauer menulis buku Personality Plus tahun 1992. Proyek ini kemudian menjadi sandaran para guru untuk melihat kepribadian para pelajar di sekolah, penyeleksian karyawan di kantor, bahkan dalam keputusan seorang bos menaikan jabatan bawahannya atau tidak.
Orang koleris dalam tipologi Littauer digambarkan memiliki tipe kepribadian yang khas seperti hidup penuh semangat, keras, hati mudah terbakar, berdaya juang besar, optimistis, garang, pengatur, pendendam, dan serius. Ia mudah marah, namun cepat reda. Orang koleris juga digambarkan kuat akan kekuasaan, memiliki visi kepemimpinan, dan kompetitif.
Berbeda dengan orang koleris, manusia bertipikal melankolis adalah orang yang mudah kecewa, peragu, berdaya juang kecil, muram, pesimistis, penakut, dan kaku, namun dibalik itu para melankoler memiliki kadar intelektualitas tinggi. Mereka terkenal atas kegemarannya dalam memiliki kualitas keilmuan yang tinggi dan membutuhkan jawabab-jawaban bermutu dari sebuah kehidupan.
Selain itu ada yang disebut kepribadian phlegmatik. Tipe ini ingin menjelaskan bahwa ada orang di dunia ini yang memiliki tipe kepribadian tak suka terburu-buru, tenang, tidak mudah terpengaruh, setia, dingin, santai, sabar, bahkan pendiam. Ia orang yang sangat sentimental. Berprinsip lebih baik diam daripada berbicara. Gemar melihat album foto pada masa lalu.
Terakhir ada tipe kepribadian sanguinis. Mereka adalah orang-orang yang mudah berganti haluan. Ketika turun dari pesawat mereka ingin jadi pilot, ketika melihat kesuksesan para dokter, segera secepat kilat ingin jadi dokter, namun tak lama kemudian ia beralih memiliki hati menjadi seorang artis ternama. Sanguinis dicirikan orang yang ramah, mudah bergaul, lincah, periang, mudah senyum, dan tidak mudah putus asa.
Untuk lebih jelasnya, anda bisa mendowload ebook menganai tipologi empat kepribadian manusia tersebut: http://www.psikologizone.com/file/ebook-tipe-kepribadian-hippocrates-galenus.pdf. Atau saya sarankan untuk membaca buku Florence Littauer (Binarupa Aksara: 1996). Atau ingin lebih mudah anda bisa membaca buku karangan Adi Gunawan dengan judul Born To Be Genius (Gramedia: 2010)
Mungkin sebagian dari kita mengganguk-anggukan kepala merasakan ada kesamaan kepribadian dengan thesis Littauer itu. Namun sebentar dulu, karena sekarang ada Profesor yang juga memiliki kegemaran berhura-hura. Ada juga Artis ternama yang berubah pendiam setelah hancur karirnya. Padahal, menurut prediksi Littauer mustahil dua kepribadian seperti sanguinis-melankolis atau sanguinis-phlegmatis berada dalam satu tubuh yang sama. Sebab, seiring zaman kepribadian manusia semakin kompleks. Teori ini patut diklarifikasi karena kesederhanaannya menjelaskan manusia. Wajar saja banyak manusia merasa bisa dijelaskan oleh empat kepribadian ini.
Pertanyaan yang harusnya menarik kita semua adalah darimanakah Littauer menjelaskan tentang klasifikasi kepribadian tersebut? Sayangya Littauer tidak begitu rinci menjelaskan (Hanya ada nama Hipoktrates) kecuali sebuah kata pengantar yang berbunyi:
“Saya sekarang lebih yakin daripada ketika saya menulis buku bahwa teori empat watak adalah penjelasan paling baik tentang perilaku manusia.”
Sejarah Empat Elemen dan Invasi Kabbalah
Lebih dari 400 tahun sebelum Masehi, Hipokrates, seorang filsuf Yunani, mengemukakan suatu teori kepribadian yang mengatakan bahwa pada dasarnya ada empat tipe temperamen manusia yakni sanguinis, koleris, melankolis, dan phlegmatis.
Hipokrates mendasarkan itu pada empat elemen alam berupa angin, udara, air, dan tanah. Gagasan ini sebenarnya bukan murni milik Hipokrates, Anaximenes (550 – 475 SM) pernah berpendapat bahwa unsur utama benda ialah udara. Udara melahirkan semua benda dalam alam melalui proses pemadatan dan pengenceran sebagai dinamisasi proses alam. Kalau udara semakin bertambah kepadatannya, maka muncullah berturut-turut angin, air, tanah dan akhirnya batu.
Masing-masing dari empat elemen dasar dunia material ini kemudian berkembang pesat sampai pada konteks ilmu pengetahuan. Dalam bidang fisika, keempat elemen dasar tersebut memiliki karakteristik yang fundamental dalam hukum gravitasi, temperatur, dan hukum masa. Bahkan di Kimia, gagasan ini menjadi acuan Tabel periodic Mendeleev atau tabel unsur kimia yang harus kita hafal saat duduk di bangku sekolah menengah.
Namun sadarkah kita semuanya bahwa sejatinya keempat elemen mendasar ini didasari lebih jauh dari sekedar argumentasi Anaximender dan Hipokrates. Unsur-unsur ini akan lebih mendalam jika kita merujuk pada kitab-kitab Yahudi klasik dimana ada serangkaian penjelasan apakah hakikat dari keempat elemen ini.
Dalam kitab Zohar misalnya, keempat elemen ini menjadi dasar yang disebut berada dibalik penciptaan Adam (Bagian 2, halaman 23, 2, halaman 254, 2, Bagian 3, halaman 225, 1 dan di tempat lain). Sedangkan pada teks Midrash (Bamidbar Raba, bab 14) empat elemen ini disajikan saat menjelaskan urutan dari proses penciptaaan elemen-elemen masing-masing tersebut. Secara spesisifk ini dijelaskan dalam bab tentang mukjizat yang disajikan oleh 12 kepala suku Israel di padang pasir. Midrash sendiri adalah sebuah sistem penafsiran dan penjelasan Talmud dengan tujuan menyesuaikan ajaran-ajaran itu agar dapat diterapkan dalam pola kehidupan yang sudah banyak berubah. Jadi semacam kitab tafsir yang disusun untuk membumikan ajaran Yahudi dengan realitas manusia.
Berbeda dengan kitab Zohar, dalam Kitab Penciptaan (Sefer Yetzira, sebuah kitab yang paling awal dari teks Kabbalah), dikatakan bahwa hanya ada tiga unsur dasar dari alam ini, yakni api, udara, dan air. Sedangkan, unsur bumi hadir melalui proses dari perpaduan tiga elemen mendasar. Moshe Cordovero, seorang Rabbi dari abad 16 mencoba menjelaskan kenapa unsur bumi disebut belakangan tidak bersamaan dengan tiga elemen lainnya. Ia berpendapat bahwa bumi hanyalah hasil dari proses antara api dan air. Ketika air dipanaskan melalui api, skala bumi berkembang dengan cepat. Ia membumbung ke udara lalu membentuk bagian-bagian yang kemudian kita kenal menjadi bumi.
Berbeda dari kitab-kitab sebelumnya, dalam dalam kitab Tanya, empat elemen dasar dinilai sebagai asal muasal karakteristik yang kurang baik. Ia mengacu kepada jiwa hewan dan alam yang masuk ke dalam diri manusia. Secara lebih lanjut dalam Bab I dari kita Tanya dijelaskan bahwa api adalah sumber kemarahan dan kebanggaan. Air adalah sumber dari penganiayaan. Udara adalah sumber kebodohan, bicara dan bualan dan bumi adalah sumber dari depresi dan kemalasan.
Selanjutnya doktrin ini akan semakin cair ketika ia masuk dalam doktrin film anak-anak seperti Avatar the Legend of Aang. Yang Insya Allah kita akan bahas pada kajian selanjutnya dengan judul tersendiri. Sebab, serial kartun anak-anak ini juga mengandung pesan yang tidak mudah kita sepelekan dan dapat menjurus ke arah kesyirikan.
Oleh sebab itu, sudah seharunya Umat Islam berhati-hati jika ada model penawaran kepribadian datang menghampiri.Entah itu empat elemen, tiga elemen, atau lima elemen sekalipun. Kita ketahui dalam kasus New Age Movement saja, Kabbalah bisa sedemikian rupa menutup wajah aslinya lalu tampil manis dengan doktrin-doktrin spiritual quotient, emotional quotient, hingga Emotional and Spiritual Quotient. Semoga Allah melindungi kita semua.
(Habis)
Post a Comment