Protes Anti-Pemerintah Pecah di Bahrain

Hidayatullah.com—Massa, yang jumlahnya diperkirakan mencapai 100.000 orang berkumpul di Manama, pusat protes, hari Jumat, demikian dilaporkan Al Jazeera Online.
Mereka kemudian berbaris menuju Bundaran Mutiara, untuk menuntut lengsernya pemerintah.
Pada saat yang sama, pengunjuk rasa juga berkumpul di luar markas besar televisi pemerintah Bahrain di Madinat Isa, 15 km sebelah selatan ibukota.
Demonstrasi besar-besaran yang menyerukan reformasi politik  datang sehari setelah bentrokan sektarian antara kelompok Sunni dan Syi'ah.
Demonstran di Madinat Isa kelompok  Syi’ah meneriakkan slogan-slogan menentang dominasi Sunni di negara itu. Kelompok Syi’a dalam aksinya juga meminta porsi lebih banyak dalam berbagai bidang.
"Saya akan mempertimbangkan setiap serangan terhadap siapa pun di negara ini sebagai sebuah serangan terhadap aku," ujar Ali Salman, pemimpin kubu oposisi Syi’ah, Asosiasi Kesepakatan Nasional Islam (INAA), kepada ribuan demonstran yang tengah berbaris di Manama.
Demonstran hari Jumat ini  merupakan aksi terbesar sejak aksi protes anti-pemerintah meletus di wilayah Teluk Persia hampir tiga pekan lalu.
Menurut surat kabar lokal, Al-Ayam, polisi turun tangan dengan menggunakan gas air mata. Dua orang terluka dalam bentrokan.
Khalil Abdul Jalil, seorang pemimpin senior oposisi Syi’ah, mengatakan hari Kamis bahwa mereka siap untuk menerima tawaran keluarga yang berkuasa untuk berdialog.
"Kami akan berbicara dengan putra mahkota, tapi kami tidak akan duduk bersama untuk mengobrol dengan santai, tetapi untuk dialog yang bermakna saja," kata Khalil.
Khalil mengatakan tidak ada tanggal yang ditetapkan untuk melakukan perundingan, yang akan diselenggarakan dengan Putra Mahkota, Salman bin Hamad al Khalifa. Enam kelompok oposisi dikabarkan tengah mengatur dialog, yang telah diterima oleh sang pangeran, demikian ditegaskan pihak pemerintah dikutip Al Jazeera.
Pangeran Salman bin Hamad Al Khalifa juga dikabarkan telah memerintahkan tentara dan kendaraan lapis baja untuk mundur.
Sebelumnya, kelompok oposisi menolak dialog dan menyatakan bahwa dinasti Sunni al-Khalifa, yang telah memerintah Bahrain selama hampir dua abad harus diakhiri.
Mereaksi protes massa yang menuntut pergantian rezim, Raja Bahrain Hamad bin Isa al-Khalifa telah menawarkan serangkaian konsesi selama sepekan terakhir, termasuk pembebasan tahanan politik, reshuffle kabinet dan pengurangan biaya bulanan perumahan warga sebesar 25 persen. *
Foto: ajz