Kedatangan Kaum Muslim Hidupkan Kembali Kota Quebec



Stephane Gendron, Walikota Quebec mencoba menghidupkan lagi kota tersebut dengan membangun sebuah Masjid dan mendirikan rumah pemotongan hewan Halal di kota dengan warga Muslim yang jarang jumlahnya itu. (Foto: National Post)
QUEBEC  – Pabrik tekstil di tempat itu sudah tutup, populasinya menyusut, tapi Walikota Stephane Gendron tidak kehilangan harapan. Terpilih di tahun 2003 dengan slogan "Mari hidupkan kembali kota ini!" Gendron memiliki rencana baru untuk menghidupkan kembali komunitasnya yang terdiri atas 2,600 jiwa, yaitu dengan membangun sebuah Masjid dan mendirikan rumah pemotongan hewan Halal di kota dengan warga Muslim yang jarang jumlahnya itu.
Ketika populasi Muslim Quebec merasa menjadi sasaran perdebatan tentang integrasi minoritas agama, Gendron menerima mereka dengan tangan terbuka.
Pada hari Senin (14/3), dewan kota meloloskan undang-undang yang menawarkan libur pajak selama satu tahun untuk orang-orang yang lahir di luar Quebec yang pindah ke Huntingdon. Pada hari Jumat, dia akan berbicara di depan jamaah Masjid Montreal untuk menawarkan kepada mereka daya tarik dari kotanya. Di musim semi, dia merencanakan sebuah tur bus untuk Muslim Montreal yang tertarik akan perubahan pemandangan.
"Seseorang memberitahuku bahwa orang-orang ini harus mengubah nama mereka untuk mendapatkan wawancara kerja. Hanya karena pemilik usaha mengatakan, ‘Oh orang Arab, bahaya.’ Itu menyedihkan," ujar Gendron. "Kami berusaha untuk membalik arus, untuk mengubah pandangan bahwa itu berbahaya. Kami melakukan ini untuk pertumbuhan populasi dan untuk prinsip."
Inisiatif itu muncul saat Muslim Quebec masih merasakan sengatan dari debat tahun 2007 tentang "aturan hidup" Herouxville. Kota kecil di wilayah Mauricie, Quebec, itu memperkenalkan sebuah aturan yang menginformasikan para pendatang baru bahwa warga Quebec tidak boleh melempari kaum wanita dengan batu dan mereka hanya boleh menutupi wajah mereka di hari Halloween.
Gendron mengatakan insiden itu meninggalkan kesan bahwa semua daerah pinggiran Quebec curiga pada kaum Muslim. "Herouxville banyak merusak wilayah ini," ujarnya.  Tapi dia melihat kotanya yang terletak 60 km barat daya Montreal sebagai dunia yang berbeda dari Herouxville.
"Di sini ceritanya berbeda.  Kota ini sejak awal didasarkan pada imigrasi – orang Inggris, Skotlandia, Irlandia, Jerman, Perancis, Yahudi. Mereka semua hidup bersama selama 200 tahun," ujarnya. "Ada tradisi toleransi di sini."
Salam Elmenyawi, presiden Dewan Muslim Montreal, menyebut inisiatif Huntingdon itu sangat positif. "Kami jelas menghargai bahwa mereka cukup bertentangan dengan Herouxville," ujarnya. "Kota itu anti-Herouxville." Elmenyawi mengatakan bahwa anggota dewan berencana untuk mengunjungi Huntingdon musim semi ini untuk melihat apa sebenarnya sumber daya di kota itu dan kemungkinan yang ada di sana.
Sumber imigran paling penting bagi Quebec adalah wilayah Muslim di Afrika Utara. Quebec mengistimewakan negara-negara seperti Aljazair dan Maroko karena penduduk mereka berbicara bahasa Perancis. Studi tahun 2009 oleh peneliti di Universite de Sherbrooke menemukan bahwa tingkat pengangguran di kalangan imigran dari kedua negara itu dua kali lipat di atas rata-rata provinsi. Untuk imigran yang sudah tinggal di Quebec selama lima tahun, pengangguran lebih tinggi empat kali lipat daripada rata-rata provinsi. (rin/np) www.suaramedia.com