Mandeknya Anggaran Bikin Konversi Mitan Ke Gas Terhambat
Pemerintah hingga kini belum mengucurkan anggaran konversi minyak tanah (mitan) ke elpiji. Akibatnya, kini mulai banyak beredar tabung elpiji ilegal.
Ketua Asosiasi Tabung Baja (Asitab) Tjiptadi mengaku, pihaknya telah meminta kepastian dari pemerintah berapa juta kekurangan tabung gas elpiji 3 kilogram (kg) untuk konversi. Sayangnya, sampai kini belum ada kepastian dari Pertamina.
“Kepastian ini sangat penting, karena ada pabrik yang nakal membuat tabung ilegal,” katanya kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurut Tjiptadi, tabung-tabung ilegal itu berbahaya karena dibuat tidak menggunakan bahan standar dan mudah meledak.
Dia mengatakan, sepanjang 2006 sampai 2010, Asitab sudah berhasil memproduksi tabung elpiji 3 kg sebanyak 61 juta. Sedangkan produk yang diimpor Pertamina 6 juta tabung.
“Diprediksi jumlah tabung yang beredar lebih dari itu, karena ditambah dengan tabung ilegal,” ungkapnya.
Ketua Komite Tetap Teknologi Ramah Lingkungan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Poempida Hidayatulloh menyayangkan belum cairnya anggaran untuk konversi mitan ke gas 2011.
“Kondisi ini akan menghambat konversi mitan ke gas yang dicanangkan pemerintah,” ujar Poempida.
Dia beranggapan, konversi tersebut harus terus dilakukan sampai semua wilayah di Indonesia bisa mendapatkannya. Apalagi, konversi mitan ke gas berhasil menghemat anggaran subsidi mitan.
Menurut Poempida, berdasarkan data Kementerian ESDM, konversi mitan ke gas yang dimulai sejak 2007 telah berhasil menghemat anggaran subsidi Rp 27,89 triliun.
“Bayangkan jika semua wilayah Indonesia sudah melakukan konversi mitan ke gas, berapa subsidi yang bisa dihemat,” katanya.
Selain itu, konversi bertujuan untuk mengurangi konsumsi mitan yang sebelumnya 9,9 juta kiloliter menjadi 2 juta kiloliter. Program ini juga ramah lingkungan dan hemat.
Hal senada disampaikan anggota Panja Konversi Mitan ke Gas DPR Dito Ganinduto. Menurutnya, pemerintah harus segera mengucurkan anggaran konversi tersebut. Kalau tidak, target penghematan pemerintah tidak tercapai.
“Pemerintah yang menargetkan tahun ini semua wilayah Indonesia bisa menggunakan gas. Jika seperti ini kondisinya, target tidak akan tercapai,” sesal Dito.
Apalagi dengan harga minyak yang saat ini tinggi, lanjutnya, akan berdampak pada harga mitan atau kerosin. Alhasil, kondisi itu berdampak pada membengkaknya subsidi.
“Tapi pemerintah saat ini terkesan masih kebingungan buat menghemat subsidi BBM,” ujar anggota Komisi VII DPR itu.
Dirjen Minyak dan gas (Migas) Evita Legowo mengatakan, tahun ini akan melakukan pendistribusian paket perdana elpiji 3 kg sebanyak 3.822.765 paket dan 5.448.825 paket pada 2010. Untuk isi ulang elpiji 3 kg, sudah ada 5.522.000 MT.
Sedangkan wilayah yang akan dikonversi adalah kelanjutan dari konversi pada 2010 ditambah lima wilayah baru seperti Sematera Barat, Bangka Belitung, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.
“Kami juga akan melakukan pengembangan infrastruktur untuk penyedian dan penditribusin elpiji 3 kilogram,” ucap Evita.
Evita memang mengaku anggaran konversi belum turun. Alhasil, Kementerian ESDM belum bisa bergerak. “Kan sekarang anggarannya belum turun, jadi Pertamina juga belum berani. Tapi tahun ini ada kok programnya,” ungkap Evita.
Karena itu, masih kata Evita, sampai saat ini pemerintah belum berani mengorder ke Pertamina untuk pemesanan tabung elpiji baru. [RM]
Post a Comment