TRIPOLI – Seorang aktivis politik mengatakan bahwa AS menggunakan bantuan kemanusiaan ke Libya sebagai dalih untuk intervensi militer, niat utama mereka adalah untuk membatalkan revolusi dan "menenggelamkan protes dalam darah." Dalam sebuah wawancara dengan Press TV, penulis "Sejarah Tersembunyi Zionisme" Ralph Schoenman memperingatkan bahwa segala bentuk intervensi dari kekuatan imperialis hanya bertujuan untuk menundukkan rakyat di kawasan itu.
Para khalifah telah lama menjadi boneka Washington dan mereka adalah tonggak bagi markas komando intelijen AS di area tersebut. Terutama Saudi yang untuk mereka Pasukan Khusus AS telah bersiap melakukan intervensi di Bahrain dan telah mengirimkan lebih dari 30 tank ke negara itu, ujar Schoenman.
Dia juga menekankan harian Independent yang melaporkan rencana rahasia AS untuk mempersenjatai pemberontak Libya dengan senjata Saudi. Saudi mengirimkan senjata ke Benghazi karena yang dipertaruhkan bagi AS dalam intervensinya dengan Libya adalah mengambil alih kendali atas pemberontakan populer dan untuk menjelek-jelekkan klien terbaru mereka, Moammar Gaddafi.
Gaddafi memiliki Richard Pearl sebagai kepala publikasi dan sekutunya dan semua proyek untuk New American Century yang menyerukan untuk intervensi militer AS, sebenarnya adalah sekutu Gaddafi sejak tahun 2003 ketika 306 pabrik utama diprivatisasi ketika perusahaan minyak Exxon Mobile, Chevron, dan Repsol di Italia diberikan kendali atas minyak Libya. Moammar Gaddafi sendiri diberi hadiah lima persen saham di Fiat, menurut media Italia.
Gaddafi sejak saat itu menjadi kaki kanan utama mereka di Tripoli. Terutama di tahun 2006, Condoleezza Rice mengeluarkan pernyataan bersama dalam hubungannya dengan Gaddafi. Pemberontakan terhadap Gaddafi, yang telah mendukung diktator-diktator lain di kawasan, digunakan sebagai dalih oleh imperialisme untuk mengintervensi, untuk merebut kendali atas pemberontakan tersebut, untuk menerjunkan pasukannya ke lapangan untuk mendikte hasil pemberontakan di Mesir, di Arab Saudi, di Bahrain, dan di seluruh kawasan.
Satu persen populasi di Timur Tengah menguasai lebih dari 95%. Ini adalah kelas penguasa kapitalis kecil yang mempraktikkan hegemoni imperial atas masyarakat dunia. Di Mesir, 100 keluarga memiliki 90% kekayaan negara. Di Libya terdapat 30% pengangguran dan 85% kenaikan harga pangan di negara dengan kekayaan minyak sebesar 7.2 milyar barel, lebih banyak daripada Saudi.
Penguasa AS tidak ragu akan niat mereka. Mereka mencari kesempatan dan dalih untuk melakukan intervensi militer, pertama di Libya untuk mengendalikan hasil pemberontakan dan untuk mencegah pekerja minyak mengendalikan minyak di Libya dan untuk menegakkan rezim penjual negara lainnya dengan dalih menentang Gaddafi, yang mereka dukung. (rin/ptv) www.suaramedia.com
Post a Comment