Gaddafi Terjunkan Tentara Bayaran Afrika Redam Pemberontakan


TRIPOLI, Libya (Berita SuaraMedia) – Libya merekrut ratusan tentara bayaran dari Sub-Sahara Afrika untuk membantu meredakan sebuah perlawanan populer yang mengancam untuk menurunkan veteran pemimpin Muammar Gaddafi yang lebih dari 41 tahun menjabat, saksi mengatakan kepada kantor berita Al-Arabiya dari bagian timur kota Benghazi pada Minggu (20/2) Waktu setempat. Para saksi mengatakan bahwa para pemrotes di Benghazi menangkap beberapa "tentara bayaran Afrika" yang berbicara menggunakan bahasa Perancis dan yang mengakui bahwa mereka diperintah anak laki-laki Muammar Gaddafi, untuk menembakkan amunisi hidup (amunisi yang mengandung peledak atau bahan kimia aktif) kepada para demonstran.
Para saksi, yang menolak untuk disebutkan namanya tersebut untuk alasan keamanan, menambahkan bahwa mereka melihat empat pesawat terbang yang membawa "para tentara bayaran Afrika tersebut" mendarat di Bandara Internasional Benina di dekat kota Benghazi, kota terbesar kedua di negara tersebut.
Website Libya yang berbasis di Libya, Libya's Generation, memberitakan pada awalnya bahwa sejumlah pesawat membawa "tentara-tentara bayaran Afrika" mendarat di Bandara Internasional Benina, 11 km timur ibukota Tripoli, dan mereka berpakaian seragam tentara angkatan darat Libya.
Website tersebut menambahkan bahwa beberapa dari "tentara bayaran" tersebut dikirim ke tempat-tempat panas di kawasan bagian timur disebar di Tripoli.
Dua puluh empat orang terbunuh selama protes anti-pemerintah di kota bagian timur, Benghazi, seorang sumber medis dan sebuah surat kabar mengatakan, setelah Human Rights Watch (Pengawas Hak Asasi Manusia) melaporkan pasukan keamanan membunuh sedikitnya 84 orang selama tiga hari termauk 35 di antaranya di Benghazi pada Jum'at.
Rejim Gaddafi telah mengambil tindakan keras pada para pemrotes yang menuntut ia turun dan mengimplementasikan reformasi demokratis mengikuti perlawanan yang sama yang menuntun pengusiran para pemimpin Mesir dan Tunisia.
Setelah penentang rejim menggunakan Facebook untuk menggerakkan protes, seperti di Mesir, situs jejaring nasional tersebut diblok pada Sabtu dan koneksi internet tidak stabil, kata para pengguna Internet di Tripoli dan Benghazi.
Jaringan Arbor, sebuah pelacak lalu lintas online berbasis di AS, mengatakan bahwa layanan Internet diputus semalaman.
Website kantor berita Al-Jazeera, jaringan TV Arab Internasional, berada di antaranya yang pertama kali diblok, dengan para jurnalis juga ditolak masuk ke dalam negara tersebut.
Seorang jurnalis Libya yang baru-baru ini dilarang menulis tentang masalah tersebut karena sebuah pemadaman berita yang diajukan oleh Gaddafi mengatakan: "Beberapa dari tentara bayaran tersebut telah terbunuh dan ditangkap, dan beberapa dari mereka dikatakan dibayar sebesar 500 dolar dalam sehari.
"Para pembunuh ini berasal dari negara seperti Chad. Mereka adalah pembunuh kejam. Orang-orang begitu merasa ketakutan terhadap mereka sehingga mereka melakukan apapun yang mungkin mereka bisa untuk melarikan diri." (ppt/aby/tlg) www.suaramedia.com