Jutaan Anak Hidup Dibawah Garis Kemiskinan

Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar mengingatkan bahwa jutaan anak Indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan.
“Masih banyak anak-anak kita yang hidup dalam kemiskinan. Untuk itu perlu uluran tangan berbagai pihak sehingga mereka bisa hidup layak seperti anak-anak lainnya,” katanya di Denpasar, Senin.
Pada Gerakan Tanam Pohon dan Dialog dengan Siswa SMP serta SMA itu, dijelaskan bahwa anak-anak tersebut sebagian besar hidup di tengah keluarga miskin maupun anak-anak jalanan yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Anak-anak yang hidup di bawah garis kemiskinan hampir 30 persen dari jumlah penduduk kita. Dari kalangan anak-anak jalanan sebagian dapat dijumpai di kota-kota besar, seperti Jakarta,” katanya.
Oleh karena itu, dalam upaya mengatasi hal tersebut pihaknya bekerja sama dengan panti asuhan, LSM, dan instansi yang peduli terhadap nasib anak-anak tersebut.
“Untuk anak-anak jalanan kita upayakan untuk ditampung di panti asuhan. Dengan begitu kita harapkan mereka mendapatkan kehidupan yang lebih layak,” ucapnya.
Di panti asuhan, mereka bisa belajar bersama, termasuk mendapatkan pelatihan keterampilan sebagai bekal untuk kelak bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
“Program bantuan terhadap anak-anak yang terlantar diantaranya kami salurkan lewat panti asuhan,” kata Linda Gumelar.
Dia berharap instansi swasta yang selama ini belum memiliki program bantuan kepada anak-anak di bawah kemiskinan, mulai sekarang terketuk hatinya membuat program peduli anak Indonesia.
“Kami harapkan mulai 2011 ini perusahaan swasta melalui dana peduli sosial (corporate social responsibility/CSR) ikut serta memprogramkan bantuan untuk mereka,” ujar Linda Gumelar.
Ia berkeyakinan, bila berbagai pihak bergerak dan peduli terhadap anak-anak tersebut, secara perlahan akan mengurangi angka kemiskinan.
“Kami berharap program peduli terhadap anak-anak miskin semakin meluas. Karena mereka juga bagian dari aset bangsa ini,” tambahnya. (ANTARA, 3/1/2011)