Nasib Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bisa sama naasnya dengan mantan Presiden Tunisia Zine Al Abidine Ben Ali, yang dipaksa mundur karena gelombak unjuk rasa anti pemerintah beberapa waktu lalu.
Hal itu diungkapkan Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Farid Wadjdi di tengah aksi unjuk rasa mengkritik kegagalan negara menjalankan fungsi-fungsi pokoknya, di antaranya adalah melindungi dan mencegah rakyat dan negara ini dari intervensi asing penjajah, Ahad (23/1) di depan Istana Negara, Jakarta.
Di hadapan 10 ribu massa dengan berapi-api Farid menjelaskan setidaknya ada lima alasan yang membuktikan pemerintah gagal melindungi dan mencegah rakyat dan negara ini dari intervensi asing penjajah.
Pertama, membiarkan LSM liberal yang merupakan komprador asing penjajah berada dan berkeliaran melakukan kegiatan yang merusak Indonesia. “Negara membiarkan mereka melakukan sekularisasi, liberalisasi seraya menghancurkan akidah dan syariah Islam.
Salah satunya LSM Human Right Watch (HRW), LSM yang merupakan organ PBB ini dibiarkan berkeliaran oleh pemerintah padahal nyata-nyata memerangi syariah Islam dengan menyatakan hukum busana muslimah dan larangan khalwat (bersunyi-sunyian pasangan yang bukan suami istri) melanggar HAM.
Bahkan baru-baru ini LSM Setara menyatakan umat Islam Jabodetabek intoleran karena menolak bila anak-anaknya menikah dengan orang yang berbeda agama, tetapi pemerintah membiarkan LSM seperti ini. “Sebelumnya LSM diketua Hendardi itu pun mempropokasi lepasnya Timor Timur, tapi anehnya LSM yang mendukung sparatis itu juga dibiarkan oleh pemerintah,” tegas Farid.
“Pemerintah juga membiarkan LSM Wahid Institute yang membela eksistensi aliran sesat Ahmadiyah,” ungkapnya.
Kedua, pemerintah membiarkan perusahaan asing yang rakus merampok kekayaan alam Indonesia. “Freeport, Newmont merampok emas kita; Exxon Mobile, Conoco menjarah minyak kita, bahkan perampokan dan penjarahan itu dilegalisasi dengan Undang-Undang, ini artinya pemerintah gagal!” pekiknya.
Ketiga, pemerintah membiarkan politisi asing, anggota parlemen Amerika intervensi urusan dalam negeri. “Pemerintah membiarkan politisi anggota parlemen Amerika mengunjungi kelompok sparatais di Papua, ini artinya pemerintah tidak memiliki upaya serius mencegah sparatisme,” ujarnya.
Keempat, pemerintah membiarkan berdirinya kedutaan asing poros imperialisme. Sebagai negeri Muslim terbesar di dunia, Indonesia tidak layak membiarkan bercokolnya kedutaan besar negara kafir penjajah muhariban fi’lan seperti Amerika yang merupakan penjajah dan perampok besar negeri-negeri Islam termasuk Indonesia.
Kelima, negara semakin kuat menganut ideologi kapitalisme sekularisme dan liberalisme. “Padahal lewat ideologi itulah penjajahan semakin eksis!” hardiknya.
Farid pun mengingatkan agar SBY mencamkan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 113. “Dan janganlah kamu cenderung (berkasih sayang, bermanis muka, rela. Tafsir Jalalain) kepada orang-orang yang dzalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberikan pertolongan!” teriaknya di hadapan 10 ribu massa HTI dan umat Islam.
“Takutlah presiden dari api neraka karena menyambut, berkasih sayang, dan bermanis muka kepada Obama, kepala negara penjajah!” Farid mengingatkan SBY.
“Saya ingatkan kepada kalian rezim di negeri-negari muslim termasuk Indonesia, jangan bergantung kepada kafir penjajah karena itu rapuh,” tegasnya. Ingatlah, saat rakyat marah, saat rakyat lapar, Soeharto yang setia kepada Amerika juga dijungkalkan.
Maha Benar Allah SWT dengan segala firmannya. Begitu juga Perancis mencampakkan Ben Ali, saat rakyat Tunisia berontak dari kediktatoran pemerintah boneka Perancis itu. “Padahal tidak kurang-kurangnya Ben Ali selalu ‘sujud’ kepada Perancis, tetapi Perancis menolak mentah-mentah ketika Ben Ali ingin berlindung ke Perancis!” papar Farid.
Rakyat harus belajarlah dari Tunisia. Keberanian meruntuhkan rezim diktator. Namun Farid pun mengingatkan sekedar pergantian rezim tidak menyelesaiakan masalah. Maka ganti rezim ganti sistem. “Ganti sistem kufur demokrasi ini dengan khilafah!” pekiknya dan disambut pekikan yang takbir massa.(joy)
Hal itu diungkapkan Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Farid Wadjdi di tengah aksi unjuk rasa mengkritik kegagalan negara menjalankan fungsi-fungsi pokoknya, di antaranya adalah melindungi dan mencegah rakyat dan negara ini dari intervensi asing penjajah, Ahad (23/1) di depan Istana Negara, Jakarta.
Di hadapan 10 ribu massa dengan berapi-api Farid menjelaskan setidaknya ada lima alasan yang membuktikan pemerintah gagal melindungi dan mencegah rakyat dan negara ini dari intervensi asing penjajah.
Pertama, membiarkan LSM liberal yang merupakan komprador asing penjajah berada dan berkeliaran melakukan kegiatan yang merusak Indonesia. “Negara membiarkan mereka melakukan sekularisasi, liberalisasi seraya menghancurkan akidah dan syariah Islam.
Salah satunya LSM Human Right Watch (HRW), LSM yang merupakan organ PBB ini dibiarkan berkeliaran oleh pemerintah padahal nyata-nyata memerangi syariah Islam dengan menyatakan hukum busana muslimah dan larangan khalwat (bersunyi-sunyian pasangan yang bukan suami istri) melanggar HAM.
Bahkan baru-baru ini LSM Setara menyatakan umat Islam Jabodetabek intoleran karena menolak bila anak-anaknya menikah dengan orang yang berbeda agama, tetapi pemerintah membiarkan LSM seperti ini. “Sebelumnya LSM diketua Hendardi itu pun mempropokasi lepasnya Timor Timur, tapi anehnya LSM yang mendukung sparatis itu juga dibiarkan oleh pemerintah,” tegas Farid.
“Pemerintah juga membiarkan LSM Wahid Institute yang membela eksistensi aliran sesat Ahmadiyah,” ungkapnya.
Kedua, pemerintah membiarkan perusahaan asing yang rakus merampok kekayaan alam Indonesia. “Freeport, Newmont merampok emas kita; Exxon Mobile, Conoco menjarah minyak kita, bahkan perampokan dan penjarahan itu dilegalisasi dengan Undang-Undang, ini artinya pemerintah gagal!” pekiknya.
Ketiga, pemerintah membiarkan politisi asing, anggota parlemen Amerika intervensi urusan dalam negeri. “Pemerintah membiarkan politisi anggota parlemen Amerika mengunjungi kelompok sparatais di Papua, ini artinya pemerintah tidak memiliki upaya serius mencegah sparatisme,” ujarnya.
Keempat, pemerintah membiarkan berdirinya kedutaan asing poros imperialisme. Sebagai negeri Muslim terbesar di dunia, Indonesia tidak layak membiarkan bercokolnya kedutaan besar negara kafir penjajah muhariban fi’lan seperti Amerika yang merupakan penjajah dan perampok besar negeri-negeri Islam termasuk Indonesia.
Kelima, negara semakin kuat menganut ideologi kapitalisme sekularisme dan liberalisme. “Padahal lewat ideologi itulah penjajahan semakin eksis!” hardiknya.
Farid pun mengingatkan agar SBY mencamkan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 113. “Dan janganlah kamu cenderung (berkasih sayang, bermanis muka, rela. Tafsir Jalalain) kepada orang-orang yang dzalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, dan sekali-kali kamu tiada mempunyai seorang penolongpun selain daripada Allah, kemudian kamu tidak akan diberikan pertolongan!” teriaknya di hadapan 10 ribu massa HTI dan umat Islam.
“Takutlah presiden dari api neraka karena menyambut, berkasih sayang, dan bermanis muka kepada Obama, kepala negara penjajah!” Farid mengingatkan SBY.
“Saya ingatkan kepada kalian rezim di negeri-negari muslim termasuk Indonesia, jangan bergantung kepada kafir penjajah karena itu rapuh,” tegasnya. Ingatlah, saat rakyat marah, saat rakyat lapar, Soeharto yang setia kepada Amerika juga dijungkalkan.
Maha Benar Allah SWT dengan segala firmannya. Begitu juga Perancis mencampakkan Ben Ali, saat rakyat Tunisia berontak dari kediktatoran pemerintah boneka Perancis itu. “Padahal tidak kurang-kurangnya Ben Ali selalu ‘sujud’ kepada Perancis, tetapi Perancis menolak mentah-mentah ketika Ben Ali ingin berlindung ke Perancis!” papar Farid.
Rakyat harus belajarlah dari Tunisia. Keberanian meruntuhkan rezim diktator. Namun Farid pun mengingatkan sekedar pergantian rezim tidak menyelesaiakan masalah. Maka ganti rezim ganti sistem. “Ganti sistem kufur demokrasi ini dengan khilafah!” pekiknya dan disambut pekikan yang takbir massa.(joy)
Post a Comment