Pekerjaan sebagai nelayan di Jalur Gaza sebagai perjalanan kehidupan yang menyiksa dan mengundang maut
Hidayatullah.com--Ratusan nelayan Palestina di Jalur Gaza masih menanti datangnya hari ketika mereka dapat melihat secercah cahaya kehidupan, sebagaimana yang dapat dinikmati nelayan-nelayan lainnya di muka bumi ini.
Al-Aqsa Voice, semalam, Ahad 26 Desember, menuturkan beragam kesulitan yang dihadapi para nelayan di Jalur Gaza, mulai dari masalah dangkalnya kedalaman air di sepanjang garis perbatasan perairan di pantai Gaza yang boleh mereka layari, kecilnya kemungkinan memperoleh hasil, sampai serangan-serangan ‘petugas’ patroli laut penjajah Zionis bersenjata terhadap mereka.
Ketua persatuan para nelayan Palestina di Jalur Gaza, Nazar ‘Ayyasy, menggambarkan pekerjaan sebagai nelayan di Jalur Gaza sebagai perjalanan kehidupan yang menyiksa dan mengundang maut. Siapa siapa pun yang menjalani pekerjaan ini tidak akan tahu apa yang akan ia hadapi di penghujung perjalanannya setelah ia mulai mengarungi gelombang laut.
Militer ‘petugas’ patroli laut penjajah Zionis melarang para nelayan Gaza dari memasuki perairan yang lebih jauh dari 3 mil, padahal telah disepakati secara internasional dalam Perjanjian Oslo, bahwa warga Jalur Gaza berhak atas 20 mil perairan laut dari pantai Gaza.
‘Ayyasy mengatakan bahwa masalah paling pelik di antara masalah –masalah yang masih harus terus dihadapi oleh para nelayan di Jalur Gaza adalah sangat sempitnya wilayah perairan yang boleh mereka arungi dan serangan-serangan patroli laut penjajah Zionis yang menembaki serta merampas perahu-perahu nelayan Palestina.
Serangan-serangan itu tak jarang memakan korban di pihak nelayan, baik luka-luka maupun nyawa yang melayang.
Sementara itu seorang nelayan Palestina bernama Abu Hasan Abu Riyalah, yang sudah menjalani pekerjaannya sebagai nelayan sejak 45 tahun yang lalu, mengatakan bahwa mata pencaharian mereka sebagai nelayan adalah mata pencaharian yang bergelimang darah, karena harus menghadapi serangan-serangan penjajah Zionis yang selalu menghalang-halangi mereka dari hak mereka atas laut mereka sendiri.
Abu Hasan menjelaskan bahwa serangan-serangan Zionis yang terus-menerus terhadap mereka serta kondisi perahu-perahu mereka yang semakin rapuh, mengakibatkan kondisi yang sangat parah dan memerlukan perbaikan.
Akan tetapi blokade yang diberlakukan atas Jalur Gaza sejak lebih dari 4 tahun silam benar-benar menjadi penghalang upaya perbaikan yang seharusnya dilakukan, di samping juga membuat para nelayan tak dapat memperoleh peralatan-peralatan menangkap ikan.
Abu Hasan mengatakan bahwa penjajah Zionis terus menghalang-halangi para nelayan untuk melewati batas 3 mil pantai Gaza. Sementara perahu-perahu nelayan yang hendak menangkap ikan banyak jumlahnya, di samping itu ikan banyak terdapat di perairan yang lebih jauh dan dalam.
Ia pun memaparkan bahwa sebagian nelayan kini mulai meninggalkan pekerjaan mereka dan berusaha mendapatkan pekerjaan lain, karena sulitnya kehidupan sebagai nelayan. [ral/Sahabat Al-Aqsha/hidayatullah.com]
Post a Comment