"Bom Al Qaeda Tak Terdeteksi Teknologi Inggris"

LONDON (Berita SuaraMedia) – Seorang staf senior kontraterorisme Inggris mengatakan bahwa bom al-Qaeda yang ditemukan di dalam printer komputer di bandara East Midlands Jumat lalu terlalu canggih hingga bahkan tak dapat terdeteksi oleh teknologi sinar-x.
"Salah satu (bom) yang paling canggih yang pernah kami lihat, mata telanjang tak mampu melihatnya, para penjinak bom profesional tak mampu mengenalinya, sinar-x pun kemungkinan besar tidak mampu memindainya," kata sang pejabat seperti dikutip Guardian.
Para pejabat senior antiterorisme memperingatkan bahwa al-Qaeda menemukan titik lemah dalam keamanan penerbangan internasional. Terbukti, mereka berhasil menyelipkan bom ke dalam pesawat kargo komersial yang terbang menuju AS.
Intelijen Arab Saudi mendapat peringatan dari seorang informan. Hal itu berujung pada ditemukannya bahan peledak di bandara East Midlands dan Dubai. Sebuah tum khusus dari MI5, MI6, dan GHCQ yang bekerja sama dengan cabang kontraterorisme kepolisian metropolitan segera diaktifkan sesaat setelah otoritas bandara Arab Saudi memberi informasi kepada badan-badan intelijen AS dan Inggris.
Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Inggris Theresa May mengatakan bahwa bahan peledak tersebut bisa saja meledak di atas Inggris atau AS karena diketahui bahwa bom yang ditemukan di Inggris awalnya lolos dari para penyelidik dan baru ditemukan saat dilakukan pemeriksaan ulang.
Qatar Airways, yang mengungkapkan kekhawatiran karena mudahnya bahan peledak dalam bom itu, Pentaerythritol tetranitrate (PETN) lolos dari keamanan berlapis di bandara, mengatakan bahwa bom yang ditemukan di Dubai telah diterbangkan dua pesawat berbeda tanpa bisa terdeteksi.
Qatar Airways menambahkan, bahkan pemindaian dengan sinar-x atau penciuman anjing pelacak tak mampu mengenai bahan peledak itu.
"Tidak ada cara mendeteksi PETN. (Bahan) itu adalah bahaya laten," demikian kata pejabat itu seperti dikutip surat kabar tersebut.
Lord Carlile, peninjau independen undang-undang antiterorisme, mengatakan bahwa kegagalan awal menemukan bom di pesawat di Bandara East Midlands merupakan sebuah "kelemahan".
"Satu kelemahan yang bisa saya catat dari keberhasilan beberapa hari terakhir adalah, perlengkapan teknik yang dipergunakan di Bandara East Midlands tampaknya tidak mampu mendeteksi bahan peledak pada upaya pertama," tambah Lord Carlile.
Sebelumnya, Asosiasi Barang Muatan Internasional Inggris mengatakan bahwa seharusnya segala aspek kargo udara harus ditinjau kembali setelah kejadian di Bandara East Midlands, Jumat lalu.
Michael O’Leary, bos maskapai Ryanair, memperingatkan bahwa perubahan pemindaian di bandara mengakibatkan para penumpang mendapatkan pengamanan yang tidak perlu, tidak berguna, dan tidak efektif.
Tapi, meski ia memperingatkan mengenai reaksi berlebihan, sejumlah pakar industri meminta dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap keamanan penumpang dan pengenalan pemeriksaan paket per paket.
O’Leary mengatakan, aparat kini mungkin membuat perjalanan para turis "bahkan menjadi lebih tidak nyaman dan membosankan."
"Setiap kali kita melihat ketakutan terhadap teroris, hal pertama yang terbuang sia-sia adalah penilaian yang baik," katanya kepada para wartawan di London.
"Saya tidak begitu yakin mengapa Perdana Menteri mengadakan pertemuan dengan Cobra. Ia bertemu dengan orang-orang yang pernah mengenalkan tindakan keamanan yang sama sekali tidak berguna," tambahnya.
"Kami yang berkecimpung di industri penerbangan telah melakukan tindak pengamanan yang efektif, seperti menyita pisau penumpang, tapi kami semua menentang tindakan-tindakan yang menggelikan dan tidak efektif," katanya.
Ia menambahkan, "Kami akan memindai para penumpang dan mencari benda-benda seperti bom, pisau, senjata api, dan parang."
"Semua harus tenang. Orang-orang harus tetap menjaga keseimbangan dan realistis. Anda bertemu dengan Cobra karena sebagian orang ingin terlihat sibuk mengerjakan sesuatu," tambahnya.
"Cukup menggelikan jika mengklaim bahwa kita sudah menggagalkan terorisme internasional dengan melarang botol besar berisi cairan dari bagasi penumpang di pesawat," katanya. (dn/nk/tg) www.suaramedia.com