Akhirnya Terry Jones, pendeta sebuah sekte Kristen kecil di Florida, membatalkan rencananya untuk membakar al-Quran. Semula rencana ini akan dilaksanakan untuk memperingati tragedi serangan teroris atas dua menara kembar simbol ekonomi Amerika Serikat, World Trade Center (WTC), 11 September 2001.
Awalnya, umat Islam cukup lega dengan perkembangan terakhir. Namun, pembakaran al-Quran tetap saja terjadi. Seperti dilaporkan Republika Online (12/9/2010), di Nashville, negara bagian Tennessee Amerika, terjadi pembakaran al-Quran Sabtu (11/9) lalu. Dua penginjil Evangelis membakar kitab suci umat Islam tersebut. Salah satu dari mereka, pengkhotbah Bob Old, menyebut Islam agama palsu. Polisi tidak mengeluarkan perintah penahanan atas mereka.
Sebelumnya, sekelompok Kristen konservatif Amerika melancarkan aksi merobek al-Quran di depan Gedung Putih. Satu-satunya alasan mengapa mereka tidak membakar al-Quran karena di tempat itu tak diizinkan menyalakan api, kata salah seorang dari enam aktivis kelompok itu.
Menurut mereka, Serangan 11 September 2001 itu dilakukan berdasarkan al-Quran. Kelompok itu ingin mengakhiri “cerita bahwa Islam adalah agama yang cinta damai”. Polisi mencatat nama para aktivis, namun tidak melakukan tindakan.
Penghinaan yang Berulang
Tindakan keji terhadap al-Quran baik fisik maupun isinya ini bukan pertama kali dilakukan oleh Barat. Penghinaan dilakukan oleh tentara-tentara Amerika Serikat dan sekutunya di penjara-penjara Afganistan dan Irak. Al-Quran dijadikan sasaran tembak, dibuang di toilet sampai dikencingi.
Hal yang sama terjadi di Indonesia, seperti di Bekasi, seorang Kristen menginjak al-Quran sambil mengacungkan jari tengah yang merupakan isyarat yang melecehkan. Di Batu Malang sekelompok Kristen juga mengadakan ritual yang mencaci-maki al-Quran. Sang pendeta mengatakan al-Quran telah menyesatkan berjuta-juta orang. Pendeta itu lalu meletakkan al-Quran di lantai dan kemudian menyuruh seluruh jamaah untuk bersama-sama menghujat dan memaki-maki al-Quran.
Penghinaan terhadap isi al-Quran juga gencar dilakukan, terutama tuduhan bahwa al-Quran menjadi sumber terorisme dan kekerasan. Tuduhan ini menggelikan mengingat pada saat yang sama, tentara-tentera Amerika dan sekutunya dengan semangat Perang Salib (Crusade) membunuhi jutaan umat Islam di Irak dan Afganistan; termasuk bagaimana di depan mata Barat mendukung membabi-buta pasukan penduduk Zionis Yahudi yang secara sistematis mengusir, menyiksa dan membunuh umat Islam di Palestina.
Potret Kebobrokan Demokrasi
Sikap diam pemerintah AS terhadap pembakaran dan penyobekan al-Quran menunjukkan bagaimana kebebasan berpendapat identik dengan kebebasan menghina agama. Wildert, politikus ultranasionalis Belanda yang jelas-jelas menghina Rosulullah saw. dan al-Quran, dibenarkan dengan alasan kebebasan berpendapat. Di sisi lain, siapapun yang mempertanyakan Hollacoust atau meragukan jumlah korbannya akan diseret ke meja peradilan.
Peradaban Barat diliputi dengan sikap hipokrit dan penuh dengan kontradiktif. Inilah ciri-ciri peradaban bangkrut menjelang ajal kematiannya. Di satu sisi menyerang campur tangan negara dalam kewajiban menggunakan busana Muslimah dalam ajaran Islam. Namun di sisi lain, Prancis menggunakan tangan negara untuk melarang pemakain kerudung dan burqa. Tren yang sama akan diikuti oleh negara-negara lain.
Barat sering memberikan rapor merah terhadap apa yang mereka sebut sebagai ketiadaan kebebasan beragama di beberapa negeri-negeri Islam. Namun, mereka melarang pemakaian busana Muslim yang oleh penganutnya dianggap pelaksanan ajaran agama. Terdapat larangan pembangunan menara masjid, termasuk mencegah pembangunan masjid di kawasan yang berjarak beberapa blok dari Ground Zero di New York.
Sikap kontradiktif pun tampak saat Kanselir Jerman Angela Merkel mengecam pembakaran al-Quran. Namun, di sisi lain dia memberikan penghargaan terhadap kartunis Denmark penghina Rasulullah saw. Kanselir Jerman Angela Merkel menyalami dengan penuh senyum Kurt Westergaard.
Penyesatan Politik
Dalam rangka mempertahankan Kapitalisme yang sudah sekarat dan menyerang ajaran Islam yang agung, elit-elit politik Barat merupaya melakukan penyesatan politik; seolah-olah kekacauan dunia disebabkan oleh Islam yang oleh Barat disebut radikal. Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair telah menggambarkan “Islam radikal sebagai ancaman terbesar yang dihadapi dunia saat ini”.
Dalam wawancara dengan BBC, Blair menepis fakta yang sangat nyata bahwa apa yang dilakukan Muslim Chechnya, Kashmir, Palestina, Irak dan Afganistan adalah melawan pendudukan dan penjajahan asing. Dia juga ingin menimbulkan kesan seolah-olah perang Barat terhadap umat Islam dirancang untuk menghadapi Islam radikal karena mereka “regresif, jahat dan mundur”.
Mengomentari pernyataan Blair, Taji Mustafa, Wakil Hizbut Tahrir di Britania berkata: Komentar Blair, yang agresif dan ofensif, datang secara mengejutkan dari seorang yang bertanggung jawab terhadap tertumpahnya darah ratusan ribu Muslim di Irak dan Afganistan akibat penjajahan Barat.
Blair juga merupakan orang yang sama yang menyatakan syariah dan Khilafah sebagai ‘ideologi jahat’.
“Namun, bukan Islam yang merupakan ancaman bagi dunia, tetapi ideologi Blairlah yang mengancam dunia. Ideologi ini didedikasikan untuk melayani kepentingan perusahaan Barat dan untuk kepentingan bencana Kapitalisme yang merusak,” tegas Taji
Bukan Islam yang memimpin dunia selama 100 tahun terakhir ini, dengan dua perang dunia (PD I dan II), dan perang-perang lainnya yang tak terhitung jumlahnya. Bukan Islam yang merampok kekayaan alam India dan Afrika selama 200 tahun terakhir, kemudian meninggalkan warisan sebagai negara lemah, dipecahbelah dan terjerat dalam konflik yang berkepanjangan.
Bukan Islam yang menjatuhkan bom-bom uranium dan fosfor putih di Gaza. Bukan Islam yang menjatuhkan bom nuklir di Hiroshima atau Nagasaki. Bukan Islam yang membiarkan elit dunia yang kaya semakin kaya, sementara orang miskin di dunia semakin miskin.
Kebohongan Blair terhadap Islam adalah upaya mengalihkan perhatian dari kejahatan Kapitalisme, bukan hanya pada masa lalu, tetapi juga sekarang. Blair sangat mencintai Kapitalisme yang menarik dengan cara memaksa orang lain lewat laras senjata.
Penyesatan politik juga dilakukan oleh Obama dalam Peringatan Serangan 11 September. Obama berupaya membenarkan tindakan keji terhadap umat Islam dengan mengatakan Amerika Serikat tidak memusuhi Islam; yang menjadi musuh Amerika adalah al-Qaida.
Obama lalu mengirim 20 ribu pasukan tambahan ke Afganistan. Obama juga membangun pangkalan militer AS yang tersebar di negara Irak dengan 30 ribu pasukan, ditambah dengan mengirim 7000 pasukan swasta yang terkenal kejam.
Tentara-tentara Amerika dan sekutunya itu membunuh ribuan umat Islam di Irak dan Afganistan yang tidak ada hubungan sama sekali dengan al-Qaida.
Untuk melegalkan tindakannya, negara Paman Sam itu tinggal menyebut: yang terbunuh adalah al-Qaida. Agar sah dibunuh, siapapun yang menentang kepentingan Amerika Serikat, siapapun yang ingin membebaskan negaranya dari penjajahan, akan dicap sebagai al-Qaida—meskipun mereka adalah anak-anak dan ibu-ibu tua yang lemah! []
INSERT
Sikap Hizbut Tahrir
Hizbut Tahrir dalam berbagai pernyataan sikapnya menegaskan penghinaan yang berulang terjadi sekarang ini karena di tengah-tengah umat Islam tidak ada lagi Khilafah yang sungguh-sungguh melindungi al-Quran, menjaga kemuliaannya dan menerapkan hukum-hukumnya. Karena itu, kebutuhan akan Khilafah adalah mutlak untuk menghentikan penghinaan ini.
Utsman Bakhash, Direktur Kantor Media Pusat Hizbut Tahrir, dalam pernyataan persnya (30 Ramadhan 1431 H / 09 September 2010 M) mengatakan: Kewajiban terendah dan segera bagi umat Islam seluruhnya adalah hendaknya mereka tidak tidur hingga para duta negara-negara imperialis diusir dari negeri-negeri kita. Hendaknya mereka mengumumkan jihad untuk mengusir semua pengaruh militer Barat agresor di negeri-negeri kaum Muslim.
Kaidah syar’i menyatakan, “Suatu kewajiban yang tidak sempurna kecuali dengan sesuatu, maka sesuatu itu hukumnya wajib.” Hal itu tidak akan sempurna di bawah penguasa yang menjual diri mereka kepada setan. Karena itu, Islam mewajibkan untuk mencabut kekuasaan mereka hari ini, bukan besok; lalu membaiat seorang penguasa (khalifah) yang memerintah menurut wahyu yang telah Allah turunkan, menjunjung tinggi panji jihad, memimpin armada kaum Muslim untuk membebaskan negeri-negeri yang diduduki di Irak, Afganistan, Palestina dan lainnya.
Umat Islam harus mengambil langkah tegas yang membuat para penguasa negara-negara Barat berpikir ulang seribu kali sebelum berani lancang terhadap kehormatan dan syiar-syiar Islam. Pada saat itu seorang Muslim tidak perlu hidup dalam kerendahan dan ketidakadilan di masyarakat Barat yang menyerang agamanya pagi dan petang. []
Post a Comment