Mahasiswi Berjilbab Kirim Petisi ke Dewan Pendidikan Tinggi Turki

Puluhan mahasiswi universitas di Turki mengirimkan surat elektronik dan petisi ke Dewan Pendidikan Tinggi (YÖK) karena universitas mereka masih melarang mahasiswinya mengenakan jilbab. Sekitar 50 mahasiswa yang menyampaikan keluhan itu berasal dari universitas-universitas di Tokat, Bursa, Zonguldak dan Ankara.
Sepekan sebelumnya, YÖK sudah mengirimkan surat edaran ke Universitas Istanbul berisi instruksi agar tidak mengusir mahasiswinya yang mengenakan jilbab dari ruang kuliah. Surat edaran ini seharusnya mengakhiri kebijakan larangan mahasiswi mengenakan jilbab yang diberlakukan mayoritas perguruan tinggi di negeri itu.
YÖK membuat surat edaran itu sebagai respon atas keluhan yang disampaikan seorang mahasiswi kedokteran di Universitas Istanbul, Zeynep Nur Incekara yang pada tahun 2009, dua kali diusir dari ruang kuliahnya oleh seorang profesor karena ia mengenakan jilbab dan dianggap melanggar aturan berbusana di kampus.
Dalam email dan petisi yang dikirim mahasiswi dari berbagai universitas tertulis, "Kami tiga mahasiswa yang mengenakan jilbab di fakultas kami. Para dosen tidak mengizinkan kami masuk ke ruang kuliah meski YÖK sudah mengeluarkan surat edaran. Mereka mengabaikan surat edaran itu."
Kepala Dewan Pendidikan Tinggi di Turki, Yusuf Ziya Ozcan menyatakan bahwa pihaknya sudah menerima keluhan dan petisi para mahasiswi itu, dan akan segera bertindak.
Seorang mahasiswi berjilbab dari Univrsitas Izmir bernama Kerime D mengungkapkan, seorang dosennya juga memberikan peringatan keras padanya ketika ia masuk ruang kuliah dengan mengenakan jilbab. Dosennya mengatakan, universitas Izmir tidak menerima surat edaran dari YÖK tentang kebebasan mengenakan jilbab, karenanya, Kerime akan dikenakan sanksi jika masih mengenakan jilbab.
Hal serupa dialami oleh seorang perempuan berjilbab saat akan memasuki gedung Universitas Aksaray. Satpam kampus melarang perempuan itu masuk karena mengenakan jilbab. Si perempuan mengatakan bahwa dia bukan mahasiswi dan baru akan mendaftarkan diri ke kampus itu.
Meski demikian, makin banyak universitas di Turki yang sudah membolehkan mahasiswinya berjilbab. Rektor Universitas Gaziantep Yavuz Coşkun mengingatkan agar peguruan tinggi di Turki tidak membuang-buang waktu hanya untuk mempersoalkan bagaimana aturan berbusana mahasiswanya. "Memilih busana yang ingin dikenakan adalah hak asasi manusia yang mendasar," tukasnya. (ln/ZT)
eramuslim.com