Jakarta - Pemerintah mengimbau masyarakat untuk mengurangi konsumsi nasi melalui program 'Sehari Tanpa Nasi' atau 'One Day No Rice'. Masyarakat diminta melakukan subtitusi makanan pokok ke singkong, ubi, dan bahkan pisang.
"Tapi jangan beralih ke roti dan mi instan karena terbuat dari gandum, sementara kita masih impor gandum. Jadi ke singkong, ubi, dan pisang juga bisa. Jadi lebih sehat, pisang itu baik," tutur Wakil Menteri Pertanian Bayu Krisnamurthi ketika ditemui di Hotel Nikko, Jakarta, Rabu (13/10/2010).
Bayu mengatakan, pemerintah sangat berharap masyarakat dapat menjalankan program 'Sehari Tanpa Nasi' atau 'One Day No Rice' tersebut.
"Tapi kita lihat kampanye itu tidak wajib hanya semacam imbauan, supaya kita sehat juga. Karena dilihat dari gizi, kalau kita makan beragam dan berimbang, jauh lebih bergizi. Kita nggak akan mati kalau nggak makan nasi sehari," kata Bayu.
Jadi, lanjut Bayu, program 'Sehari Tanpa Nasi' ini dilakukan untuk 3 tujuan, pertama mengurangi konsumsi beras, meragamkan pangan, dan membuka bisnis baru.
"Kalau makan beras itukan protein, kalau protein itu otot mulu tak punya otak," imbuhnya.
Seperti diketahui pemerintah tengah mengkampanyekan mengurangi konsumsi nasi masyarakat dengan kampanye 'Sehari Tanpa Nasi' atau 'One Day No Rice'. Di berbagai daerah gerakan 'One Day No Rice' sudah bergulir selama setahun ini seperti di NTT, NTB, Sulut, Maluku Utara, Sumatera.
Kepala Pusat Konsumsi dan Keamanan Pangan Badan Ketahanan Pangan (BKP) Mulyono Machmur mengatakan gerakan mengurangi makan nasi merupakan bagian upaya pemerintah mensukseskan diversifikasi pangan nasional. Hal ini agar ketergantungan pangan pada nasi/beras tidak terlalu tinggi sehingga stabilitas pangan bisa tetap terjaga.
Mulyono menuturkan pada era tahun 1950-60-an ketergantungan pangan masyarakat Indonesia pada nasi atau beras masih sebesar 53%, namun kini ketergantungan itu semakin tinggi hingga 92-95%.
"Kita inginnya kampanye ini akan berskala nasional, sekarang masih di level bawah dahulu dimulai dari Pemda-Pemda," kata Mulyono kemarin.
(dnl/qom)
http://www.detikfinance.com/read/201...isang?f9911013

Post a Comment