FPI mempertanyakan sikap Dewan Pers. Bagaimana jika kelak ada suami atau istri dan anak-anak mereka berperilaku seks bebas?
Hidayatullah.com—Sikap Dewan Pers yang menyatakan keputusannya tidak berubah sejak tahun 2007, bahwa majalah Playboy Indonesia tidak menyalahi pasal pornografi ditanggapi Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Front Pembela Islam (FPI) urusan advokasi, Munarman, SH.
Menurut Munarman, tak seharusnya Dewan Pers membela Playboy Indonesia. Menurut Munarman, Playboy Indonesia secara sengaja didesain sebagai industri pornografi dan liberalisasi seksual di Indonesia.
“Tidak ada hubungannya dengan Dewan Pers sebab terbukti di persidangan, 98 persen keuntungan Playboy Indonesia disetor ke Playboy Amerika, “ ujarnya pada hidayatullah.com, Senin (11/10) sore.
Menurutnya, bagaimanapun, isi Playboy tetap merupakan pesan liberalisasi seksual di Indonesia.
“Hanya karena keberatan dari umat Islam saja mereka tidak vulgar. Tapi misi utama mereka tetap liberalisasi seksual, “ tambah Munarman.
Sebelum ini, anggota Dewan Pers, Uni Lubis di mesia massa menyatakan keputusannya tidak berubah bahwa majalah Playboy Indonesia tidak menyalahi pasal pornografi.
"Kita tidak berubah dari 2007, keputusan kita tetap sama bahwa Playboy Indonesia tidak menyalahi pasal pornografi," kata Uni Lubis saat ikut mendampingi Erwin Arnada di Kejari Jakarta Selatan, Sabtu (9/10).
Namun menurut Munarman, sikap Dewan Pers tersebut dinilai terlalu berlebih-lebihan.
“Apa mau anggota Dewan Pers yang wanita berpose buka aurat menampilkan sekitar wilayah dada (sekwilda), paha atau hanya memakai bra dan celana dalam tidak dianggap melanggar rasa kesusilaan. Kalau berani, itu baru konsisten sebagai pembela Playboy, “ tambahnya. [cha/hidayatullah.com]
Hidayatullah.com—Sikap Dewan Pers yang menyatakan keputusannya tidak berubah sejak tahun 2007, bahwa majalah Playboy Indonesia tidak menyalahi pasal pornografi ditanggapi Ketua Dewan Pengurus Pusat (DPP) Front Pembela Islam (FPI) urusan advokasi, Munarman, SH.
Menurut Munarman, tak seharusnya Dewan Pers membela Playboy Indonesia. Menurut Munarman, Playboy Indonesia secara sengaja didesain sebagai industri pornografi dan liberalisasi seksual di Indonesia.
“Tidak ada hubungannya dengan Dewan Pers sebab terbukti di persidangan, 98 persen keuntungan Playboy Indonesia disetor ke Playboy Amerika, “ ujarnya pada hidayatullah.com, Senin (11/10) sore.
Menurutnya, bagaimanapun, isi Playboy tetap merupakan pesan liberalisasi seksual di Indonesia.
“Hanya karena keberatan dari umat Islam saja mereka tidak vulgar. Tapi misi utama mereka tetap liberalisasi seksual, “ tambah Munarman.
Sebelum ini, anggota Dewan Pers, Uni Lubis di mesia massa menyatakan keputusannya tidak berubah bahwa majalah Playboy Indonesia tidak menyalahi pasal pornografi.
"Kita tidak berubah dari 2007, keputusan kita tetap sama bahwa Playboy Indonesia tidak menyalahi pasal pornografi," kata Uni Lubis saat ikut mendampingi Erwin Arnada di Kejari Jakarta Selatan, Sabtu (9/10).
Namun menurut Munarman, sikap Dewan Pers tersebut dinilai terlalu berlebih-lebihan.
“Apa mau anggota Dewan Pers yang wanita berpose buka aurat menampilkan sekitar wilayah dada (sekwilda), paha atau hanya memakai bra dan celana dalam tidak dianggap melanggar rasa kesusilaan. Kalau berani, itu baru konsisten sebagai pembela Playboy, “ tambahnya. [cha/hidayatullah.com]
Post a Comment